Obat bagi Hati yang Sakit (Bag. 1)

Sebagaimana dengan jasad, hati juga dapat mengalami seperti apa yang dirasakan oleh tubuh dengan berbagai kondisinya, seperti: sehat, sakit, hidup, dan mati. Pada artikel yang lalu (Berkenalan dengan Hati bag. 1 dan bag. 2), telah dijelaskan tentang sifat dan kondisi hati.

Allah Ta’ala berfirman terkait hati yang sehat dan hati yang sakit,

لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ

وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“… agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar (mati) hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu (yang hatinya sehat) meyakini bahwasanya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu. Lalu, mereka beriman dan hati mereka tunduk (sehat) kepadanya. Dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Hajj: 53-54)

Secara umum, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah membagi kondisi hati manusia menjadi tiga: hati yang hidup dan selamat (yaitu, hati orang yang beriman dan bertakwa), hati yang mati dan buta (yaitu, hati orang kafir yang telah penuh dengan syahwat dan syubhat), dan hati yang sakit (yaitu, hati orang yang terkadang kalah dengan nafsunya dan masih bisa diobati). (Lihat Ighatsatul Lahfan fii Mashayidisy Syaithan, hal. 41-43)

Hasan Muhammad As-Syarqawi membagi penyakit hati dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah, lalai, was-was, frustrasi, rakus, terperdaya, sombong, dengki, dan iri hati. (Lihat Nahwa Ilman An-Nafsi, hal. 68)

Ada beberapa obat bagi hati yang sakit sebagai berikut:

Pertama, mengagungkan syiar-syiar Allah

Syiar merupakan simbol atau tanda-tanda kebesaran agama Islam yang membuat orang mengetahui bahwa itu merupakan ajaran Islam, baik berupa perintah maupun larangan, yang terkait tempat maupun waktu. Misalnya adalah azan, jilbab, Ka’bah (haji), Ramadan, dan sebagainya. Maka, siapa saja yang mengagungkan syiar-syiar Islam, maka hal tersebut bisa menyehatkan hatinya.

Allah Ta’ala berfirman,

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32)

Cara mengagungkan syiar-syiar Islam seperti: tatkala azan berkumandang, maka baiknya diam, menirukan muazin, dan berdoa atau berselawat setelahnya; ketika hendak salat, memperbagus pakaian dan memakai wewangian. Bahkan, Tamim Ad-Dari membeli pakaian seharga 1.000 dirham untuk beliau pakai khusus di malam-malam yang diharapkan bertepatan dengan malam lailatulqadar. (Lihat Lathaif Al-Ma’arif, hal. 346-347)

Kedua, menahan diri dari terlalu banyak tertawa

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

Janganlah kalian terlalu banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati. (HR. At-Tirmidzi no. 2305)

Kita tidak terlarang untuk tertawa, tetapi yang dilarang adalah terlalu sering melakukannya. Nabi  shallallahu alaihi wasallam pun dalam beberapa riwayat juga pernah tertawa (tanpa terbahak-bahak). Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,

فَنَظَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْنَا ثُمَّ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ، ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِإِدَامِهِمْ؟

“Lantas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memandang kami dan tertawa, sehingga gigi serinya terlihat. Kemudian, Nabi berujar, ‘Maukah kamu kuberitahu lauk penghuni surga?’” (Potongan hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

قَالَتْ: أَمَا سَمِعْتَ أَنَّ لِسُلَيْمَانَ خَيْلًا لَهَا أَجْنِحَةٌ؟ قَالَتْ: فَضَحِكَ حَتَّى رَأَيْتُ نَوَاجِذَهُ

“Tidakkah engkau pernah mendengar bahwa Nabi Sulaiman mempunyai kuda yang punya banyak sayap?”

‘Aisyah berkata,Beliau lalu tertawa hingga aku dapat melihat giginya.” (HR. Abu Dawud)

Ketiga, memberikan makan orang miskin dan mengusap kepala anak yatim

Dari Abu Hurairah, bahwasanya ada seseorang yang mengeluhkan kerasnya hati kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lalu, beliau berkata kepadanya,

إن أردت أن يلين قلبك فأطعم المساكين و امسح رأس اليتيم

Jika engkau ingin melembutkan hatimu, maka berilah makan kepada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim. (HR. Ahmad)

Hal demikian dapat melembutkan hati dengan merenungi betapa beruntungnya kita. Ternyata masih banyak orang yang lebih membutuhkan dari kita. Dan betapa kasihannya anak yatim yang sejak kecil sudah ditinggal orang tuanya.

Orang miskin adalah orang yang memiliki pendapatan (pekerjaan), tetapi belum bisa memenuhi (mencukupi) kebutuhan pokok hariannya (termasuk biaya pendidikan). Orang miskin bisa jadi mempunyai rumah atau kendaraan untuk menopang penghasilannya. Sedangkan yang dimaksud anak yatim adalah anak yang belum balig (mimpi basah atau haid).

Keempat, memperbarui tobat dan memperbanyak istigfar

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}

Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristigfar, dan bertobat, maka niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa, maka niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah ‘penutup’ (hati) yang difirmankan Allah, Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka. (QS. Al-Muthaffifin: 14).” (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu. Hadis ini dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi)

Tobat hendaknya senantiasa diperbarui (diulang-ulang). Orang yang bertakwa bukanlah yang tidak pernah lepas dari dosa. Akan tetapi, orang yang bertakwa adalah yang ketika berbuat dosa (bersalah), ia segera ingat dan memohon ampun kepada Allah.

Kelima, memperbanyak zikir dan membaca Al-Qur’an dengan tadabur

Berzikir kepada Allah merupakan obat bagi hati. Semakin lalai dari berzikir dan membaca Al-Qur’an dengan mentadaburinya, maka hatinya lama-kelamaan akan sakit dan mengeras (mati).

Allah Ta’ala berfirman,

اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ

Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenang. (QS. Ar-Ra’d: 28)

Dalam firman-Nya yang lain,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada (hati) dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

Keenam, berupaya memiliki amalan yang tersembunyi

Seseorang yang beramal dalam kondisi yang tersembunyi akan membantu ia untuk semakin ikhlas dan terhindar dari berbagai penyakit hati seperti riya’, ujub, dan sum’ah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ

Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, yang hatinya selalu merasa cukup, dan yang suka mengasingkan diri (amalannya sering tidak ditampakkan pada orang lain).” (HR. Muslim)

Contoh menyembunyikan amal adalah menangis karena Allah, menyembunyikan salat sunah, puasa sunah, sedekah, berdoa, membaca Al-Qur’an, dan berzikir.

Lanjut ke bagian 2: [Bersambung]

***

Penulis: Arif Muhammad N

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/89929-obat-bagi-hati-yang-sakit-bag-1.html