Rahasia Di Balik Berkah Hujan

Ada rahasia di balik berkah hujan yang tidak banyak diketahui manusia., yaitu setiap tetes airnya diiringi satu malaikat., menurut Al-Hafizh Ibnu Katsir

Hidayatullah.com | UMUMNYA kita menganggap hujan sebagai kejadian normal. Kita memperbincangkannya sebagai fenomena fisika atau kejadian alam yang biasa.

Padahal, apa yang sebenarnya terjadi di balik hujan itu, di alam metafisika, seringkali tidak terpikirkan.

Menurut Al-Qur’an, hujan merupakan salah satu ayat Allah, sebagaimana firman-Nya;

وَمِنۡ اٰيٰتِهٖ يُرِيۡكُمُ الۡبَرۡقَ خَوۡفًا وَّطَمَعًا وَّيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَيُحۡىٖ بِهِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا ‌ؕ اِنَّ فِىۡ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَّعۡقِلُوۡنَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.” (QS. Ar-Ruum: 24).

Air hujan adalah salah satu tanda kekuasaan Allah sering kita abaikan begitu saja. Kita pun lupa memperhatikannya. Dalam Surah Yusuf: 105.
Allah menyindir kenyataan ini:

وَكَأَيِّنْ مِّنْ اٰيَةٍ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّوْنَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُوْنَ
“Dan berapa banyak tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling darinya?”

Rahasia di Balik Air Hujan

Padahal, ada banyak keajaiban metafisika di balik turunnya hujan. Sebab ada rahasia di balik berkah hujan yang tidak banyak diketahui manusia.

Tahukah Anda bahwa setiap tetes airnya diiringi satu malaikat? Al-Hafizh Ibnu Katsir menulis dalam al-Bidayah wan Nihayah (I/105), “Mika’il diberi tugas untuk mengurusi hujan dan tetumbuhan, yang mana dari keduanya diciptakan aneka rezeki di dunia ini.

Mika’il mempunyai sejumlah pembantu. Mereka melaksanakan perintahnya atas perintah Tuhannya.

Allah yang memerintahkan malaikat secara langsung membawa air hujan. Mereka menggerakkan angin dan awan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.

Telah diriwayatkan kepada kami bahwa tidak setetes pun air hujan yang turun dari langit melainkan ia disertai seorang malaikat yang akan menetapkan di mana tempatnya di muka bumi.”

Jika demikian, sungguh kita tidak tahu sebanyak apa malaikat yang turun ketika hujan mengguyur kampung kita, kota kita, pulau kita, negeri kita, seluruh dunia.

Maha Benar Allah dalam firman-Nya;

كَذَٰلِكَ يُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ

“Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.” (QS. Al-Muddatsir: 31).

Karena itulah bedanya berkah hujan dan air sumur. Mungkin, ini pula rahasia di balik mustajabnya doa di saat hujan turun.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya: “Carilah (waktu) terkabulnya doa pada saat bertemunya pasukan (di medan perang), dilaksanakannya shalat, dan turunnya hujan.” (Riwayat asy-Syafi’i dalam al-Umm).

Hadits mursal-shahih, dan terdapat penguatnya dalam Sunan Sa’id bin Manshur dengan sanad maqthu’-jayyid, dan dihukumi mursal).

Hujan Berkah dalam Islam

Hujan adalah rahmat Allah dan penuh berkah, sehingga Rasulullah ﷺ pernah membuka sebagian bajunya agar terbasahi oleh sebagian dari airnya.

عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ : قَالَ أَنَسٌ : ” أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ ، قَالَ : فَحَسَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ ، فَقُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا ؟ قَالَ : ” لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى ”

Anas RA berkata, “Kami bersama-sama Rasulullah ﷺ pernah ditimpa hujan, lalu Rasulullah ﷺ menyibakkan pakaiannya, sehingga hujan menimpa (tubuhnya). Kami bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa engkau lakukan hal ini. Baginda ﷺ menjawab: Karena ia adalah makhluk yang Allah baru ciptakan. (Sahih Muslim).

Menurut Syaikh Muhammad Fu’ad Abdul Baqiy, maksudnya: “hujan merupakan rahmat Allah, dan ia baru saja diciptakan oleh-Nya (alias masih fresh), sehingga beliau pun berusaha mendapatkan berkahnya.”

Berkah hujan tidak hanya yang kasat mata.Berkah hujan lainnya adalah menyingkirkan gangguan setan.

Allah Azza wajalla berfirman:

اِذۡ يُغَشِّيۡكُمُ النُّعَاسَ اَمَنَةً مِّنۡهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيۡكُمۡ مِّنَ السَّمَآءِ مَآءً لِّيُطَهِّرَكُمۡ بِهٖ وَيُذۡهِبَ عَنۡكُمۡ رِجۡزَ الشَّيۡطٰنِ وَلِيَرۡبِطَ عَلٰى قُلُوۡبِكُمۡ وَيُثَبِّتَ بِهِ الۡاَقۡدَامَؕ

“(Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketenteraman dari-Nya, dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu (teguh pendirian).” (QS: Al-Anfal: 11)

Hanya saja, akibat ulah manusia sendiri, kesegaran rahmat Allah ini banyak ternodai di zaman sekarang. Asap industri, pembangkit listrik berbahan bakar fosil, dan kendaraan bermotor telah mengubah sifat air hujan menjadi beracun dan membahayakan, terutama di kawasan China, Eropa Barat, Rusia, dan daerah arah anginnya. Jelas, Sunnah Nabi tadi tidak bisa ditiru di tempat-tempat tersebut. Aduh, betapa ruginya!

Apa Manfaat Air Hujan?

Sudah sangat jelas, berkah hujan yang diturunkan Allah untuk penduduk bumi. Di antara berkah hujan adalah manusia dapat minum darinya, serta hewan-hewan ternak dan melata.

Ketika hujan datang mengguyur, bumipun akan menjadi hijau karenanya, udara sejuk menyegarkan menyeruak ke berbagai penjuru arah, menjadikan dunia terasa begitu subur, indah dan berseri. Oleh karena itu, air dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

وَجَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ كُلَّ شَىۡءٍ حَىٍّ‌ ؕ اَفَلَا يُؤۡمِنُوۡنَ

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?.” (QS: Al-Anbiyaa:30).

Berkah hujan menjadikan munculnya rezeki berupa buah-buahan dari bumi.

الَّذِىۡ جَعَلَ لَـكُمُ الۡاَرۡضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَآءَ بِنَآءً وَّاَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَخۡرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزۡقًا لَّـكُمۡ‌ۚ فَلَا تَجۡعَلُوۡا لِلّٰهِ اَنۡدَادًا وَّاَنۡـتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ

“Dialah Allāh Zat yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dari hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Maka dari itu janganlah kamu mengadakan sekutu bagi Allāh padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 22).

Berkah hujan juga dapat menumbuhkan buah-buahan, pepohonan, tanaman dan rerumputan

Berkah hujan sebetulnya tidak turun begitu saja, namun sudah diukur dengan sangat cermat. ‘Ali bin Abi Thalib berkata, “Tidak setetes air pun yang turun (dari langit) melainkan dengan suatu takaran di tangan seorang malaikat. Namun, ketika banjir (di zaman) Nabi Nuh terjadi, Allah mengizinkan air (untuk turun) tanpa melalui (takaran dari) para penjaganya, sehingga air pun menenggelamkan gunung-gunung.

(Pada saat itu), ia keluar (begitu saja). Itulah yang dimaksud dalam firman Allah:

اِنَّا لَمَّا طَغَا الۡمَآءُ حَمَلۡنٰكُمۡ فِى الۡجَارِيَةِ ۙ‏

“Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (para leluhur)mu ke dalam bahtera.” (QS: al-Haqqah: 11).

Tidak sedikit pun angin yang turun melainkan dengan suatu takaran di tangan seorang malaikat; kecuali pada hari (terjadinya bencana terhadap) kaum ‘Ad. Sebab, Allah mengizinkannya (untuk turun) tanpa melalui (takaran dari) para penjaganya.

Lalu, ia pun keluar (begitu saja). Itulah makna firman Allah: “…dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang.” (QS. Al-Haqqah: 6).

Yakni, angin yang memberontak dan tidak mampu dikendalikan oleh para penjaganya.” (Lihat: Tafsir ath-Thabari, penafsiran Qs. al-Haqqah: 6).

Riwayat diatas mauquf kepada ‘Ali, namun mustahil dari hasil ijtihad beliau sendiri. Berita-berita gaib semacam ini biasanya langsung bersumber dari Rasulullah ﷺ.
Ada riwayat lain yang senada, bersumber dari Ibnu ‘Abbas yang statusnya marfu’, meski sanad-nya lemah. Riwayat terakhir ini dikutip Abu asy-Syaikh dalam al-‘Azhamah, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, juga Ibnu Jarir sendiri di tempat yang sama.

Terlepas dari status sanad-nya, sebetulnya makna hadits ini dibenarkan oleh banyak ayat Al-Qur’an, diantaranya:

وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۢ بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّٰهُ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ وَإِنَّا عَلَىٰ ذَهَابٍۭ بِهِۦ لَقَٰدِرُونَ

“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” (QS: Al-Mu’minun: 18).

Juga, firman Allah lainnya:

وَالَّذِىۡ نَزَّلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءًۢ بِقَدَرٍ‌ۚ فَاَنۡشَرۡنَا بِهٖ بَلۡدَةً مَّيۡتًا‌ ۚ كَذٰلِكَ تُخۡرَجُوۡنَ

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati. Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf: 11).

Kemudian, dalam surah al-Hijr: 21-22 dijelaskan pula:

وَاِنۡ مِّنۡ شَىۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآٮِٕنُهٗ وَمَا نُنَزِّلُهٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ‏
وَاَرۡسَلۡنَا الرِّيٰحَ لَوَاقِحَ فَاَنۡزَلۡنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَسۡقَيۡنٰكُمُوۡهُ‌ۚ وَمَاۤ اَنۡتُمۡ لَهٗ بِخٰزِنِيۡنَ

“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan suatu ukuran yang tertentu. Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.”

Alhasil, hujan sebenarnya bukan sesuatu yang biasa-biasa saja. Sebab, ia merupakan salah satu ayat Allah. Dan, selalu ada keajaiban di dalam ayat-ayat-Nya. Wallahu a’lam.*

Oleh: Alimin Mukhtar

Penulis pengasuh PP Arrahmah, Batu, Jawa Timur 

HIDAYATULLAH