Kota Tua Jeddah atau dikenal Al-Balad bisa menjadi destinasi ideal merayakan bulan suci Ramadhan di Arab Saudi. Tempat ini menjadi salah satu landmark atau tempat bersejarah yang paling populer di kota Jeddah.
Penduduk lokal dan non-lokal bisa menikmati jalanan dengan menyusuri gang-gang tua dan menyaksikan sisa-sisa Hijaz tua. Al-Balad merupakan tempat wisata favorit di kota Jeddah.
Menurut sumber dari Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional (SCTH), keberadaan Al-Balad diperkirakan berasal dari zaman sebelum Islam. Beberapa bangunan di sana berusia 400 tahun. Karena itulah, Kota Tua Jeddah terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.
Titik balik dalam sejarah di Jeddah terjadi selama masa pemerintahan Khalifah Ustman bin Affan pada 26 Hijriyah/647 Masehi. Kala itu, sahabat Nabi tersebut memerintahkan Jeddah menjadi pelabuhan laut dari kota suci Makkah. Hal itu untuk memfasilitasi perdagangan regional serta menerima jamaah haji dan umrah.
Di Kota Tua Jeddah, ada sejumlah monumen dan bangunan peninggalan bersejarah, seperti tembok Jeddah Tua dan alun-alun terbuka bersejarah, yaitu Al-Mazloom, Al-Sham, Al-Yaman, dan Al-Bahr Haras. Kawasan ini juga merupakan rumah bagi sejumlah masjid bersejarah, di antaranya Masjid Ustman bin Affan, Masjid Al-Syafe’i, Masjid Al-Basha, Masjid Akkash, Masjid Al-Mi’maar dan Masjid Al-Hanafi.
“Ramadhan dan bangunan bersejarah sama-sama menciptakan atmosfer yag cukup,” kata Mohammed Basha, dilansir di Arab News, Jumat (25/5).
Warga bisa berjalan menyusuri jalan kenangan di Al-Balad. Area bersejarah itu merupakan tempat abadi yang bisa dinikmati orang-orang dari semua usia. Seorang Jeddawi (warga Jeddah) bernama Waleed Shalabi mengatakan, Ramadhan di Al-Balad mengingatkannya pada masa kecilnya.
“Adalah suatu keharusan bagi saya mengunjungi Al-Balad di bulan Ramadhan agar saya dapat menghidupkan kembali kenangan itu,” kata Shalabi.
Jeddawi lainnya, Nawal Aburehla, mengatakan baginya Ramadhan di Kota Tua Jeddah telah menjadi sebagian dari hidup mereka dan yang lainnya sebelum mereka telah menjalaninya. “Itu adalah sesuatu yang akan kami berikan kepada generasi mendatang, suasana indah Ramadhan di Jeddah Bersejarah,” kata Aburehla.
Pemilik kafe budaya dan warisan di Kota Tua Jeddah bernama ‘Cafe Magad’, Mazen Al-Saqaf, memuji aktifnya area bersejarah tersebut. Ia mengatakan, umumnya Kota Tua Jeddah sangat istimewa saat Ramadhan. Di samping, dengan festival yang menghidupkan kembali area bersejarah itu, orang-orang di kota itu secara alami menikmati mengunjungi Kota Tua Jeddah pada bulan Ramadhan.
“Penduduk setempat, non-lokal, turis, semua orang mengunjungi ‘Old Jeddah’ di Ramadhan karena keaktifannya,” ujar Al-Saqaf.
Banyak penduduk setempat yang menyimpan kenangan mereka di Kota Tua Jeddah ini. Menurut Fouad Hakeem, tempat itu mengingatkannya tentang masa lalu seperti yang diceritakan oleh kakek mereka. Di Al-Balad, mereka bisa langsung melihat kisah-kisah tersebut.
“Suasana di sini di Al-Balad berbeda dari suasana di utara kota di Jeddah, anda mengalami masa lalu. Di sini, kami masih merasa sangat muda, ketika saya berkumpul dengan teman-teman saya di sini, saya tidak merasa lebih tua. Saya menikmati waktu saya bersama teman-teman saya seperti masa lalu yang baik. Membawa saya kembali ke masa lalu,” kata Hassnaa Abdulwasi.
Warga bernama Zakia Al-Qurashi mengatakan di Kota Tua Jeddah mereka bisa benar-benar menikmati pengalaman Ramadhan. Menurutnya, komunikasi di antara orang-orang, baik itu di pasar tumpah (jalanan), saat berjalan melalui gang-gang, sangat terasa manusiawi. Mereka saling menyapa dan mendoakan satu sama lain akan Ramadhan yang bahagia.
“Tidak seperti jenis komunikasi di luar area bersejarah, di mana komunikasi lebih digital. Di sini, orang-orang masih berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain,” kata Al-Qurashi.