“Berusahalah untuk tidak bersedih, baik atas sesuatu yang luput atau hilang, atau atas perlakuan seseorang pada kita. Jika pun kita akhirnya tetap merasa sedih, maka jangan terbawa sampai menjelang tidur malam. Yakinlah semua dalam pengaturan-Nya, maka mohonlah kekuatan dari-Nya.”
Nasihat bijak ini terucap dari seseorang ibu renta (87 tahun) yang Ahad kemaren kutemui di rumahnya di kawasan Depok, Jawa Barat, ketika kumintakan resep hidup sehatnya. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengkaruniakan usia yang berkah kepadanya… Amin.
Ini resep yang singkat, namun pasti tak sesingkat itu menemukan, apalagi menerapkannya. Namun ini disampaikan oleh seseorang yang telah mengalaminya, ia pasti tau bahwa itu tak mudah, namun jika itu disampaikannya, maka kita harus meyakini bahwa selalu ada peluang untuk meraih Kebaikan, yaitu menjalani hidup tanpa kesedihan yang berlarut-larut.
Susah atau mudah adalah persepsi yang akan menjebak kita. Maka keputusannya ada pada kita juga, berpikirlah positif maka keberhasilan tak pernah menjauh.
Kesedihan ibarat cairan yang mulai pekat. Semakin kita larut dan terinternalisasi di dalamnya, maka semakin kita lebih jauh tenggelam.
Semua seakan semakin gelap dan kita semakin merasa tak berdaya keluar darinya. Karena ketakberdayaan itu hakekatnya kitalah yang menciptakan.
Merasa lemah mengaburkan akal sehat, dan kita tak bisa lagi memaknai peluang serta kesempatan. Semua ikhtiar seakan terkubur dan bumi seakan diam, beku dan cuma menatap sendu.
Simaklah kata-kata Ibu di atas tadi, “Berusahalah untuk tidak bersedih.” Rasanya tak mungkin sepanjang hidup kita tak mengalami kesedihan, tetapi kita pasti bisa menghindari bahkan menghentikannya.
Sampai di sini kita faham, menjauhi atau keluar dari rasa sedih harus dimulai dari diri sendiri, jangan terlalu bergantung pada orang lain.
Yang pertama, tidak usah menyangkal bahwa kita memang sedang sedih. Kedua, cari dan sadari apa penyebabnya. Ketiga, mendekatlah pada Allah, dengan melakukan shalat di tengah malam, lalu mengadu kepada-Nya.
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”(QS: Ar-Ra’d: 28).
Jauhi atau hindari hal-hal yang memicu atau menjurus pada perasaan sedih, perbanyaklah kesibukan, mohonlah kesabaran dan tetap bersyukur kepada Allah.
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).” (QS: Al-Baqara: 156).
Bahkan sebagai seorang Muslim, kita harus mampu menjadi pribadi yang menebarkan manfaat pada sesama, memberi solusi. jJika tidak demikian, posisi kita setidaknya bukan yang malah menambah masalah.
Sedih tak boleh kita tularkan, bahkan yakinlah sebagaimana Allah telah menguatkan kita, maka kita pun mampu menguatkan sesama.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR: Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).
«إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا»
“Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.” (HR: Bukhari, dan Muslim)
Satu hal lagi yang kusaksikan dari Ibu ini ialah Ia tak merasa perlu harus membebani anak-anaknya. Misalnya untuk menolongnya berjalan, karena ia sudah merasa mampu dan tertolong dengan menggeser kursi lipat sebagai pengganti tongkat.
Sata memakna ini sebagai perasaan bersyukur yang dalam dari seseorang. Ia tak menyesali apa yang telah hilang dari dirinya, karena ia masih memiliki banyak hal sebagai karunia-Nya.
Mengingat banyak hal menyenangkan di masa lalu tak selalu berarti bahwa kita tak pernah mengalami kesedihan, tapi ini adalah pilihan cerdas dan bijak.
Ibu ini punya banyak cerita menarik tentang kriterianya dalam memilih teman. Ia lebih suka berteman dengan yang pintar, ia bisa detail menceritakan kebisaan teman sekolahnya.
Ia adalah sosok luar biasa, ia bukan saja tak mau bersedih, ia bahkan berharap tak ada yang diingat orang di sekitarnya kecuali kenangan yang indah. Inilah kelapangan hati yang dimiliki seseorang.
Inilah sikap luar biasa, agar hati tidak terus rusak dengan kenangan-kenangan buruk. Semoga Allah menjadikan beliau dan kita semua dalam ketaatan kepada-NYA.*/ Hamid Abud Attamimi