Tolak Hari Valentine dengan Tagar #PalestineDay

Beragam cara dilakukan untuk menolak hari Valentine, seperti yang terjadi di Palestina. Alih-alih ikut arus dan merayakan hari Valentine, sejumlah orang beramai-ramai memilih untuk menyuarakan kampanyenya mendukung Palestina lewat tagar #HappyPalestineDay di Twitter.

Lewat tagar #HappyPalestineDay, para netizen mengatakan, hal itu adalah sebuah cara untuk menunjukkan solidaritas mereka dengan rakyat Palestina yang hidup di bawah pendudukan brutal Israel.

Pembangunan permukiman Israel dan blokade yang dilakukan sekitar delapan tahun terhadap warga Gaza membuat miris sebagian orang di seluruh dunia.

Sastrawan terbesar Amerika dan aktivis anti rasisme, Maya Angelou pernah berkata, “Cinta tidak mengenal hambatan, melawan rintangan, melompati pagar, menembus dinding untuk tiba di tempat tujuan yang penuh harapan.”

“Dengan tembok pemisah yang sangat besar yang didirikan Israel di tanah Palestina dan pagar kawat berduri yang menghalangi warga Palestina tampaknya hampir mustahil untuk menemukan harapan di tengah-tengah semua ini,” lanjutnya, seperti dikutip IMEMC, Ahad (15/2). Tapi, rakyat Palestina terus melakukan itu demi terwujudnya sebuah harapan, lanjutnya.

Angelou menambahkan bahwa baru-baru ini ia bertemu dengan seorang pemuda Palestina bernama Ziad yang tinggal di Betlehem di sisi dinding pembatas Israel. Menurut dia, Ziad menjalin komunikasi dengan kekasihnya yang tinggal di sisi berlawanan dinding melalui surat yang dikirim lewat lubang-lubang yang ada di dinding tersebut.

Dia menambahkan, cinta tidak mengenal hambatan sesulit apapun itu termasuk tembok pemisah yang didirikan Israel. Angelou melanjutnya, di Twitter pada hari yang dikenal orang sebagai hari Valentine ini ada sebuah kampanye dengan tagar #HappyPalestineDayatau hanya #PalestineDay.

 

 

sumber: Republika Online

Erick Yusuf: Pelaku Serangan Paris Spiritualnya Kosong

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif (iHaqi), Ustaz Erick Yusuf menilai aksi penembakan dan pengeboman yang terjadi di Paris, Jumat malam waktu setempat (13/11), adalah keganasan yang sudah menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.

Ia melihat hal ini terjadi karena pelaku tidak memiliki nilai-nilai spritual dan ketuhanan. “Orang yang membantai ini tidak memiliki nilai-nilai spiritual dan ketuhanan di dalam dirinya,” ujar Ustaz Erick saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (14/11).

Menurut Erick, orang yang memiliki nilai-nilai ketuhanan akan senantiasa dilimpahkan kasih sayang oleh Allah SWT. Sehingga, ia pun akan terhindar dari perbuatan-perbuatan menzalimi baik terhadap dirinya maupun orang lain.

Untuk itu, kata Erick, sebagai umat Islam kita harus menunjukkan kerpihatinan atas tragedi nahas itu. Sebabnya, Islam melihat hal tersebut sebagai suatu kezaliman dan Islam menentang keras semua bentuk kezaliman.

Terkait siapa pelaku aksi teror tersebut, Erick mengimbau agar semua pihak tidak terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. Umat Islam khususnya, tambah Erick, harus mengutamakan sikap tabayyun atau klarifikasi.

Erick Yusuf: Teror di Paris Timbulkan Fitnah Terhadap Islam

Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif (iHaqi), Ustaz Erick Yusuf khawatir tragedi penembakan dan pengeboman yang terjadi di Paris, Jumat malam waktu setempat (13/11), menimbulkan fitnah terhadap umat Islam.

“Kita harus optimis dan berharap ini tidak menjadi fitnah,” ujar Ustaz Erick saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (14/11).

Untuk itu, Ustaz Erick pun mengimbau agar pemimpin Islam dunia segera mengecam aksi tersebut dan menunjukkan keprihatinannya. Menurut dia, umat Muslim harus muncul dan memperlihatkan kepada dunia bahwa aksi teror ini menentang nilai-nilai Islami.

Dalam rangka menangkal fitnah, Ustaz Erick melihat pelebaran dan perluasan dakwah sangat perlu dilakukan. Ustaz Erick menambahkan umat Islam perlu mencerminkan bahwa Islam merupakan agama yang terdepan dalam nilai-nilai perdamaian.

Dakwah juga bisa berperan sebagai bentuk klarifikasi bahwa aksi teror yang memakan ratusan korban itu tidak mengatasnamakan Islam atau agama apapun. “Apabila umat Islam dan tokoh-tokoh Islam memperlihatkan keprihatinannya maka dunia akan melihat bahwa ini bukan atas nama agama,” katanya.

 

sumber: Republika Online