Sebastian Van’t Hoff adalah seorang dosen. Dia saat ini tinggal di Oxford, Inggris. Dirinya mempelajari sejarah seni dan merupakan pecinta seni.
Menurut situs volzin.nu, Van’t Hoff aktif dalam gerakan antaragama dan menjadi manajer pusat retret multiagama Loudwater Farm. Van ‘t Hoff seringkali menulis tentang perjumpaan dengan sesama manusia, Islam, seni dan budaya.
Di Facebook, pria yang juga pemilik galeri itu menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Islam dan alasan sehingga akhirnya memilih untuk menjadi masuk Islam dan menjadi mualaf.
“Saya masuk Islam sekitar empat puluh tahun yang lalu. Alasannya, saya terharu sampai menitikkan air mata membaca Al-Qur’an dan Sirah; Saya tahu saya sedang membaca kebenaran,” tulisnya.
Van’t Hoff mengaku pada saat itu ia memiliki beberapa kenalan Muslim dan merasakan bahwa mereka “memiliki sesuatu”.
“Pada masa itu saya juga memiliki beberapa rekan dan teman Muslim. Saya sangat menyukai mereka dan merasakan bahwa mereka ‘memiliki sesuatu’. Saya sangat merasakannya di rumah mereka. Ada kemurnian dan kedamaian di rumah-rumah ini di mana orang mengarahkan diri mereka kepada Tuhan lima kali sehari,” imbuh Van’t Hoff. Selain itu, ia menyukai kebersihan yang diajarkan oleh Islam.
“(Saya juga menyukai kebersihan saat melepas sepatu saat memasuki rumah.) Belakangan saya menyadari perasaan yang sama di masjid yang seringkali seperti oasis di kota yang sibuk. Saya menyukai “perasaan Muslim” yang bersih ini,” ujarnya kagum.
Menariknya, meski memiliki beberapa teman Muslim, Van’t Hoff mengungkapkan bahwa mereka tidak pernah berbicara tentang Islam dengannya dan dirinya pun tak pernah bertanya kepada mereka.
“Perilaku merekalah yang menyentuh saya dan membuat saya merasakan cinta kepada mereka,” aku Van’t Hoff.
Ketertarikannya kepada Islam terutama adalah karena Al-Quran, kitab yang diturunkan Allah untuk umat manusia. Hal tersebut tidak lepas dari kesukaan Van’t Hoff dalam membaca.
“Saya seseorang yang mengambil pengetahuan melalui membaca, saya selalu suka membaca. Itulah mengapa membaca Al-Qur’an adalah alasan utama saya tertarik pada Islam. Saya tidak suka ceramah dan khotbah dan tentunya bukan seseorang yang mencoba meyakinkan saya tentang sesuatu. Salah satu keajaiban Al-Qur’an adalah bahwa bahkan dengan terjemahan yang buruk (jelas, tidak ada yang bisa melampaui bahasa Arab yang luar biasa yang terkandung di dalamnya) Al-Qur’an masih dapat menggerakkan orang dan membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan,” ungkap Van’t Hoff.*