Siksa Kubur Bisa Sampai Hari Kiamat

AZAB kubur yang dirasakan penghuni kubur ada dua macam. Yaitu azab kubur yang terus-menerus sampai hari kiamat dan azab kubur yang bersifat sementara.

Di antara dalil yang menunjukkan adanya azab kubur secara terus-menerus sampai hari kiamat adalah firman Allah Taala,

“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat, (dikatakan kepada malaikat), Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (QS. Al-Mumin [40]: 45-46).

Fakhruddin Ar-Razi Asy-Syafii rahimahullah dalam kitab tafsirnya berkata,

“Demikian juga, disebutkannya (kata) “pagi dan petang” tidaklah menghalangi (bahwa yang dimaksud adalah) ungkapan atas (adzab kubur yang berlangsung) terus-menerus, sebagaimana firman Allah Taala,

Bagi mereka rizkinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang. (QS. Maryam [19]: 62)” (Mafaatihul Ghaib, 27/522).

Adapun dalil dari As-Sunah adalah hadis yang diriwayatkan dari Samrah bin Jundab tentang mimpi Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang panjang, di dalamnya diceritakan,

” Adapun orang yang kamu lihat mulutnya ditusuk dengan besi adalah orang yang suka berdusta dan bila berkata selalu berbohong, maka dia dibawa hingga sampai ke ufuq lalu dia diperlakukan seperti itu hingga hari kiamat. Adapun orang yang kamu lihat kepalanya dipecahkan adalah seorang yang telah diajarkan Alquran oleh Allah lalu dia tidur pada suatu malam namun tidak melaksanakan Alquran pada siang harinya, lalu dia diperlakukan seperti itu hingga hari kiamat ” (HR. Bukhari no. 1297).

Juga berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasululllah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Ketika seorang lelaki berjalan dengan menggunakan jubahnya, dan berjalan dengan rasa sombong dengan rambutnya yang disisir, lalu ia ditelan (oleh bumi), dan ia akan tetap berguncang-guncang (di dalam perut bumi) hingga datang hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 5789).

Berdasarkan dalil-dalil di atas, maka orang-orang kafir tidaklah berhenti untuk diadzab kubur sampai hari kiamat. Kecuali mereka akan “istirahat” (tidur sejenak atau tidak diazab) di antara dua tiupan sangkakala pada hari kiamat [1]. Hal ini berdasarkan firman Allah Taala,

“Dan ditiuplah sangkalala (yang ke dua), maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata, Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)? Inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah rasul-rasul(Nya).” (QS. Yasin [36]: 51-52).

Di dalam Tafsir Jalalain dijelaskan,

“Karena mereka (orang-orang kafir, pen.) tidur -di antara dua tiupan sangkakala-, (yaitu mereka) tidak diazab.” (Tafsir Jalalain, 1/584).

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,

“Ubay bin Kaab radhiyallahu anhu, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah mengatakan,Mereka tidur sebelum dibangkitkan. Qatadah berkata,Yaitu ketika di antara dua tiupan (sangkakala).” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/581).

Adapun orang-orang yang berbuat maksiat, namun masih beriman, maka ada di antara mereka yang diadzab secara terus-menerus sampai hari kiamat; dan ada yang diadzab sementara waktu saja dan kemudian selesai. Hal ini mungkin disebabkan karena kecilnya dosa yang dilakukan, sehingga mendapatkan adzab sesuai dengan kadar dosanya tersebut, atau mungkin juga disebabkan karena adanya doa, istighfar, sedekah, atau sebab-sebab yang lainnya. (Lihat Al-Imaanu bima Badal Maut, hal. 95-96).

Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau menceritakan,

“Nabi shallallahu alaihi wa sallam melewati dua makam, kemudian berkata,Sesungguhnya mereka sedang diadzab. Tidaklah mereka diadzab karena perkara yang besar (menurut pandangan mereka, pen.). Adapun salah satunya, dia tidak melindungi diri dari air kencing. Sedangkan yang lain, dia suka berbuat namimah (adu domba.) Kemudian beliau mengambil pelepah kurma basah, dan membelahnya (secara vertikal, pen.) dan menancapkan setiap belahan ke masing-masing makam. Para sahabat berkata,Wahai Rasulullah, mengapa Engkau melakukan hal ini? Rasulullah bersabda,Semoga mereka diringankan adzabnya, selama (pelepah kurma ini) belum mengering.” (Muttafaq alaih).

Demikianlah pembahasan tentang dua jenis adzab kubur, semoga Allah Taala menyelamatkan kita dari adzab kubur yang mengerikan.

 

 

[M. Saifudin Hakim/muslimorid]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2312723/siksa-kubur-bisa-sampai-hari-kiamat#sthash.dbQbazX2.dpuf

Bagaimana Selamat dari Siksa Kubur?

Al-Baihaqi yang berguru hadis pada Syekh Abu Abdullah al-Hakim memberikan resep sederhana agar terhindar dari azab kubur. Menurutnya, kunci yang bisa menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah amal saleh yang dikerjakan sepanjang hidupnya di dunia.

 

“Dan, barang siapa yang beramal saleh, maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan).” (QS ar-Ruum [30]: 44). Merujuk pada pendapat mujahid, tempat menyenangkan yang dimaksud ialah “kediaman” yang nyaman selama di alam barzah. 

Fakta ini juga dipertegas dalam hadis riwayat Abu Hurairah. Disebutkan bahwa ketika mayat telah diletakkan di kuburannya, ia mendengar gesekan sandal handai tolan yang meninggalkannya sendirian.  

Bila ia orang beriman maka amalan shalat akan berada di atas kepalanya, puasa di sebelah kanannya, dan zakat ada di samping kirinya. Sedangkan, amalan lainnya, seperti sedekah, silaturahim, dan perbuatan baik ada di sekitar kedua kakinya. Masing-masing akan menjadi saksi dan pelindung baginya.

Di pengujung karyanya, al- Baihaqi yang terkenal dengan mahakaryanya, as-Sunan al-Kubra dan Dalail an-Nubuwwah, menukil beberapa riwayat yang mengisahkan tentang rasa takut dan harapan besar dari para salaf agar terhindar dari siksa neraka.

Padahal, melihat hitungan matematis, tingkat kesalehan spiritual mereka terbilang mumpuni. Ini tak lain menggambarkan ketaatan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Sebut saja, misalnya, pendiri mazhab teolog Asy’ariyah, Abu Musa al-As’yari. Ia meminta agar dijauhkan dari siksa neraka. Ia bahkan memerintahkan agar kedalaman kuburnya kelak ditambahkan. “Dalamkanlah liang lahatku,” katanya.

Al-Baihaqi yang tutup usia pada umur 74 tahun itu mengutip kisah Abu ad-Darda’. Ketika sahabat Nabi tersebut menderita sakit, seorang sahabatnya datang. Lelaki itu berkata, “Wahai Abu ad-Darda’, sesungguhnya engkau hampir meninggal dunia maka perintahkanlah aku suatu perkara yang bermanfaat bagiku dan akan mengingatkanmu.”

Abu ad-Darda’ menjawab, “Sungguh, engkau di antara umat yang diampuni maka dirikanlah shalat, tunaikan zakat hartamu, berpuasa Ramadhan, dan jauhilah perkara keji, kemudian beritakanlah kabar gembira.” Merasa tidak puas, lelaki itu pun bertanya ulang. Abu ad-Darda’ membalas dan memintanya duduk dan merenung kan perkataannya.  

“Bayangkan ketika engkau berada di hari, tatkala tak ada lagi ruang kecuali liang lahat yang luasnya dua hasta sedang kan panjangnya empat hasta. Keluarga yang konon tak bisa berpisah denganmu hari itu meninggalkanmu sendiri, kolegamu yang dulu membuat megah rumahmu kelak akan menimbunmu dengan tanah lantas beranjak pergi darimu.”

Pada saat itu, sambung Abu ad-Darda’, dua malaikat berwarna hitam biru berambut keriting datang. Mereka adalah Munkar dan Nakir. Ia akan menanyakan identitasmu, agama, Tuhan, dan nabi.

“Jika jawabanmu tidak tahu menahu maka demi Allah engkau telah tersesat dan merugi. Sedangkan, bila jawabanmu adalah Muhammad Rasulullah dengan kitab sucinya Alquran maka demi Allah engkau selamat dan mendapat petunjuk. Kesemua itu tidak akan mampu engkau ucapkan kecuali dengan peneguhan yang dikaruniakan Allah.”

Oleh: Nashih Nasrullah

Selamat dari Siksa Kubur

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

 

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga. (Q.S. al-Baqarah [2]:25)

Allah yang Maha Perkasa telah berjanji kepada seluruh makhluk-Nya tentang satu hari yang pasti akan tiba dan tak satu pun dapat menolaknya. Itulah yaumil qiyamah, hari dimana setiap makhluk akan menerima. Namun, jauh sebelum itu Allah Swt. pun telah menjanjikan datangnya satu saat, khususnya untuk jin dan manusia, cepat atau lambat. Itulah sakaratul maut.

Oleh karena itu, sekiranya amalan yang banyak kita perbuat ketika di dunia adalah amalan shalih, niscaya kendati hanya sebesar dzarrah, Allah Swt. akan memperhitungkannya dan menyediakan pahala untuknya. Ingatlah janji Allah Swt, maka Allah pun akan lebih bersungguh-sungguh lagi memberikan karunia pertolongan untuk kita.

Berikut ini dikutipkan sebagian dari hadits shahih tentang amalan yang Insya Allah bisa menyelamatkan kita dari dahsyatnya azab kubur, sebagaimana yang diuraikan oleh syaikh Muhammad Majdi asy-Syahawi, dalam risalahnya, ahwatul qubur shuwaruha asbabuhan-najatu minha.

Syahawi menuliskan, antara lain, lima hal yang menyebabkan seseorang selamat dari siksa kubur:

Berjuang di Jalan Allah

Yang dimaksud berjuang di jalan Allah adalah selalu mempertahankan Islam dan wilayah Islam serta membela umat Islam dari serangan musuh-musuh Islam.

Rasulullah Saw. bersabda:

Berjuang dalam satu hari dan satu malam di jalan Allah adalah lebih baik daripada shaum sebulanpenuh yang pada malamnya melakukan shalat malam. Jika dia meninggal, maka mengalir amalnya yang dilakukan dan Allah akan memberikan balasan yang terbaik dan menyelamatkan dari siksa kubur.” (H.R. Muslim).

“Barang siapa meninggal karena jihad di jalan Allah, maka Allah Swt. akan mengalirkan rizqinya, menyelamatkannya dari semua prahara kubur dan dibangkitkan dari kubur dengan selamat dari malapetaka yang besar.” (H.R. Ibnu Majah).

Mati Syahid

“Seseorang bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, bagaimanakah orang-orang mukmin itu disiksa di dalam kuburnya, terkecuali orang yang meninggal syahid? “Cukup kilauan pedang di atas kepalanya adalah sebagai ujian baginya (di dunia).” Jawab Rasulullah.” (H.R. An-Nasai)

Imam al-Hakim at-Tarmidzi menafsirkan jawaban Nabi di atas sebagai berikut: Jika terjadi pertempuran antara dua pasukan dan pedang berkilauan, sementara perjuangan itu (termasuk golongan orang-orang) munafik, maka mereka akan lari dari medan jihad. Sebab, sifat orang munafik adalah selalu lari jika melihat kondisi yang demikian.

Sedangkan sikap orang mukmin adalah selalu mengorbankan jiwanya dalam jihad dan dia hanya pasrah kepada Allah Swt. adapun gelora amarahnya dalam hati semata-mata karena Allah, untuk memperjuangkan agama-Nya, dan menegakkan syariat-Nya. Hal ini merupakan bukti nyata tentang kebenaran hati seorang yang beriman. Dia berlaga di medan perang untuk siap mati di jalan Allah. Cukuplah hal itu sebagai pengganti ujian dalam kuburnya.

Dalam hadits lain disebutkan, Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yang meninggal syahid di sisi Allah itu mempunyai enam keistimewaan: 1) diampuni dosanya ketika mulai mgucur darahnya; 2) diperlihatkan tempat di surga; 3) di selamatkan dari siksa kubur dan prahara hari kiamat yang sangat dahsyat; 4) diletakkan di atas kepalanya sebuah mahkota dari mutiara yang lebih baik dari pada dunia dan seisinya; 5) disiapkan 72 istri bidadari; 6) diberi izin untuk memberi syafaat kepada 70 keluarga dekatnya.” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad).

  1. Meninggal karena Sakit Perut

“Abdullah bin Yasykur berkata, bahwa dia sedang duduk bersama Sulaiman bin Shard dan Khalid bin Arfadhah ketika orang-orang menyebutkan adanya seseorang yang meninggal karena sakit perut. Keduanya sangat ingin untuk melayat jenazahnya dan salah satunya berkata kepada lainnya, Barangsiapa yang meninggal karena sakit perut, maka dia tidak disiksa dalam kuburnya?” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad)

At-Thayalisi menyebutkan riwayat dalam musnadnya, bahwa salah seorang dari mereka berdua menjawab pertanyaan kawannya. Benar barang kali orang yang sakit perut itu tidak disiksa dalam kuburnya adalah karena Nabi SAW. bersabda, “orang yang meninggal karena sakit perut adalah syahid.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu dawud dan Ahmad).

1. Membaca Surat Al-Mulk

Rasulullah Saw. bersabda: “Sesunguhnya surat yang terdiri dari 30 ayat adalah surat yang memberi syafaat kepada pembacanya. Sehingga pembacanya itu diampunkan dosanya, yaitu, tabarakalladzii biyadihiln mulk” (HR. Ahmad, adz Dzahabi, dll.; al-Bani dalam shahih al-Jami).

Abdullah bin Masud berkata, “Seorang yang meninggal, dalam kuburnya itu akan didatangi oleh dua Malaikat, kemudian keduanya berkata engkau tidak berhak untuk mendapat siksa kubur. Barangsiapa yang membacanya pada malam hari maka lebih baik baginya.

2. Meninggal Hari atau Malam Jumat

Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yang meninggal pada hari atau malam jumat, maka dia diselamatkan dari siksa kubur, sedangkan pada hari kiamat dia akan datang dengan membawa stempel orang-orang yang mati syahid.” (H.R. Ahmad dan Tirmidzi).

sumber: Inilah.com

Siksa Kubur, Inilah Pandangan Agama

Sebagai muslim, kita mengakui dan menyadari akan adanya kematian. Ya, hal ini tentu sudah menjadi pengetahuan bersama. Hanya, mengenai seperti apa di alam kubur, setiap ilmu memiliki cara pandang yang berbeda. Agama pun demikian dalam memandang adanya siksa kubur ini.

Sebenarnya dalam hadis telah menceritakan bahwa memang ada siksa kubur. Hanya tidak pernah tahu bahwa apa yang terjadi setelah kematian tersebut datang menjemput ajal.

Berikut cerita mengenai gambaran seorang mayat pemuda yang berusia delapan belas tahun yang digali kembali dari kuburnya setelah tiga jam dimakamkan dan disaksikan oleh ayahnya.

Seluruh badan memar. Matanya yang terbuka memperlihatkan ketakutan, kesakitan dan keterputusasaan. Darah yang begitu jelasn menandakan bagaimana pemuda tersebut sedang mendapatkan siksaan yang amat berat.

Berdasarkan keterangan ayahnya, anaknya rusak dalam urusan beribadah. Apabila bisa mengamatinya. Ketampanan dan kecantikan sudah tidak menjadi hal yang utama lagi di saat kita sudah di alam kubur, harta, kekuasaan juga tidak dapat menolong kita dalam menghadapi siksa kubur. Hanyalah amalan kitalah yang dapat memberikan manfaat saat kita dialam kubur.

Sepertinya yang dirawayatkan hadis semuanya tidak akan dibawa kecuali tiga perkara, yaitu amal jariyah, anak shaleh yang sering mendoakan kedua orang tuanya dan yang terakhir ilmu yang bermanfaat.

Berkenaan siksaan alam kubur yang terjadi pada orang murtad kepada Allah, dan takutlah akan siksaannya pada segala larangannya dan sayangilah Allah karena rahmatnya. Dan satu lagi bukti kasih sayang Allah kepada umat-Nya tidak ke neraka dan hanya diberi peringatan sahaja.

Berikut dengan firman Allah SWT, “Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin,” (QS. Ar-Rahman: 31).

Allah juga berfirman, “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula),” (QS. Ar-Rahman: 60).[]

Sumber: 1001 Siksa Alam Kubur/Karya: Ust. Asan Sani ar Rafif/Penerbit: Kunci Iman/islampos –

Inilah.com

Benarkah Hewan Bisa Mendengar Jerit Siksa Kubur?

Mungkin di antara pembaca ada yang pernah mendengar lolongan anjing yang panjang, menyayat malam yang sunyi. Jika itu terdengar di dini hari yang gerimis, kita akan segera ingat film-film yang dibintangi mendiang Suzana.

Tapi, mungkin saja itu karena mereka ketakutan akan sesuatu, atau menyatakan keprihatinan terhadap makhluk lain. Yang paling mungkin, bisa saja mereka melolong karena kasihan dengan para penghuni kubur yang tengah mengalami siksaan akibat perbuatan buruk mereka di dunia.

Diriwayatkan oleh Muslim dari Zaid bin Tsabit bahwa ia berkata, Suatu hari kami sedang bersama Nabi di tanah pekarangan milik Bani Najjar. Saat itu beliau menaiki seekor keledai betina miliknya. Tiba-tiba binatang itu terperanjat kaget dan berhenti di dekat empat sampai enam kubur, dan hampir saja beliau terjatuh.

Beliau lalu bertanya, Siapa yang tahu penghuni kubur-kubur ini? Seorang sahabat menjawab, Saya. Beliau bertanya, Lalu kapan mereka mati? la menjawab, Mereka mati pada zaman jahiliah. Beliau bersabda, Sesungguhnya umat ini akan diuji dalam kuburnya. Seandainya kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku akan berdoa kepada Allah agar Dia membuat kalian mendengar siksa kubur seperti yang aku dengar.

Menurut para ulama, keledai yang sedang dinaiki Nabi tersebut sampai terperanjat kaget, karena mendadak ia mendengar suara orang-orang yang sedang disiksa di dalam kubur. Hanya saja makhluk yang berakal seperti jin dan manusia tidak bisa mendengarnya.Allah sengaja menyembunyikan hal itu dari kita supaya kita menguburkan mayit. Itulah kebijaksanaan dan kasih sayang Allah kepada kita, agar kita tidak takut mendengarnya.

Selama masih di dunia, kita tidak akan sanggup mendengar azab Allah yang ditimpakan kepadanya di dalam kubur. Bayangkan, ketika mendengar suara halilintar yang menggelegar atau gempa yang dahsyat saja banyak orang yang langsung mati. Apalagi jika sampai jeritan orang di dalam kubur yang sedang disiksa oleh rnalaikat dengan menggunakan palu dari neraka didengar oleh orang yang berada di dekatnya?

Rasulullah sendiri pernah menyatakan, Seandainya seseorang mendengar suara mayit yang sedang disiksa, ia akan pingsan. Itu baru siksa yang ditimpakan pada orang-orang mukmin, apalagi dengan siksa yang ditimpakan kepada orangng kafir.Kita senantiasa memohon keselamatan, ampunan, dan rahmat kepada Allah Yang Maha Dermawan.

Diceritakan bahwa pada suatu hari ada beberapa orang yang saleh mengubur mayit di sebuah desa bagian timur Isbiliyah. Sesudah itu mereka duduk-duduk santai di sebuah tempat. Tidak jauh dari tempat mereka, beberapa ekor kambing yang merumput.

Mendadak ada seekor kambing yang berlari menghampiri kubur tersebut. la mendekatkan telinganya seolah-olah sedang mendengarkan suara. Setelah itu ia lari terbirit-birit ke tempatnya semula dan bergabung dengan teman-temannya. Mendengar hikayat tersebut, Abul Hakam berkata, Aku tiba-tiba jadi teringat akan kematian, dan ingat sabda Nabi, Sesungguhnya mereka sedang disiksa dengan azab yang bisa didengar oleh binatang.

 

sumber: Inilah.com

Siksa Kubur Bagi Orang yang Meremehkan Cebok

Islam datang dengan membawa peraturan yang semuanya demi kemaslahatan umat manusia, di antaranya tentang menghilangkan najis.

Islam mensyariatkan agar umatnya melakukan istinja (cebok dengan air) dan istijmar (membersihkan kotoran dengan batu), lalu menerangkan cara melakukannya, sehingga tercapai kebersihan yang dimaksud.

Sebagian orang menganggap enteng masalah menghilangkan najis. Akibatnya badan dan bajunya masih kotor. Dengan begitu, shalatnya menjadi tidak sah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa perbuatan tersebut salah satu sebab dari azab kubur.

Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata, “Suatu kali Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melewati salah satu kebun di Madinah. Tiba-tiba beliau mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kuburnya. Lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,”Keduanya diazab, tetapi tidak karena masalah besar (dalam anggapan keduanya) -lalu bersabda- benar (dalam riwayat lain, “Sesungguhnya ia masalah besar”), salah satunya tidak meletakkan sesuatu untuk melindungi diri dari percikan kencingnya dan yang satu lagi suka mengadu domba.”( HR. Al-Bukhari , lihat Fathul Bari; 1/317.)

Bahkan Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan,”Kebanyakan azab kubur disebabkan oleh buang air kecil.”( HR. Ahmad, 2/236; Shahihul Jami’; 1213.)

Termasuk tidak cebok setelah buang air kecil adalah orang yang menyudahi hajatnya dengan tergesa-gesa sebelum kencingnya habis, atau sengaja kencing dalam posisi tertentu atau di suatu tempat yang menjadikan percikan air kencing itu mengenainya atau sengaja meninggalkan istinja dan istijmar tidak teliti dalam melakukannya.

Saat ini, banyak umat Islam yang menyerupai orang-orang kafir dalam masalah kencing. Beberapa kamar kecil hanya dilengkapi dengan bejana air kencing permanen yang menempel di tembok dalam ruangan terbuka. Setiap yang kencing, dengan tanpa malu berdiri dengan disaksikan orang yang lalu lalang keluar masuk kamar mandi. Selesai kencing ia mengangkat pakaiannya dan mengenakannya dalam keadaan najis.

Orang tersebut telah melakukan dua perkara yang diharamkan; pertama, ia tidak menjaga auratnya dari penglihatan manusia dan kedua, ia tidak cebok dan membersihkan diri dari kencingnya.

Sumber: Kitab Muharramat Istahana Bihan Naaskarya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjidatau alsofwah

Siksa Kubur Itu Nyata

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

“Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah Swt. (perkataan) yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (Q.S. al-Anam [6]:93).

Andaikata Allah Swt. yang Maha Perkasa menakdirkan pendengaran manusia mampu menangkap betapa dahsyat dan menyayatnya jeritan dan rintihan para ahli kubur yang sedang didera siksaan karena perbuatan durjananya ketika di dunia, tentulah segenap manusia yang masih hidup ini akan sangat meyakini bahwa siksa kubur itu memang nyata adanya. Hanya karena kasih sayang-Nya juga, ternyata yang mampu mendengarkan azab kubur itu hanyalah semua binatang di bumi ini, serta tentunya Rasulullah sendiri.

Betapa Rasul sendiri yang mendapat karunia Allah Swt. berupa kemampuan mendengarkan siksa kubur tersebut, tatkala memperingatkan kaumnya. Kedua mata beliau sampai memerah. Aisyah Ra. bercerita,: “Pada suatu siang Rasulullah Saw. keluar dari rumahnya dengan menyingsingkan bajunya sementara kedua matanya memerah dan beliau memanggil para sahabatnya dengan suara lantang. “Wahai manusia, kalian telah diingkari dengan beberapa fitnah seperti malam yang kelam. Wahai manusia, jika kalian mengetahui apa yang kuketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Wahai manusia, memohonlah perlindungan kepada Allah Swt, dari siksa kubur. Sungguh siksa kubur itu benar!.” (H.R. Muslim).

Sungguh siksa kubur itu benar! Masih adakah yang meragukan perkataan Rasulullah sementara beliau sendiri memang ditakdirkan mampu mendengarkan siksa kubur? “Suatu ketika Rasulullah bersama para sahabatnya sedang berada di kebun milik Bani an-Najr, sementara beliau sendiri tengah mengendarai bighal-nya. Tiba-tiba bighal yang tengah ditungganginya berlari, sehingga hampir saja beliau terjatuh karenanya. Ternyata di kebun tersebut terdapat lima atau enam buah makam.

“Siapakah yang mengetahui mereka yang berada dalam kubur itu? Tanya Rasul. “Saya”, jawab seseorang, “Kapan mereka meninggal? “Mereka meninggal pada masa jahilliyah dalam keadaan musyrik”.

Mendengar hal itu, Rasulullah Saw. kemudian bersabda, “Sesungguhnya umat ini dicoba dengan siksa di dalam kuburnya. Dan seandainya bukan karena aku kuatir kepada umat untuk tidak berani lagi menguburkan mayat, maka aku (akan) berdoa kepada Allah Swt. agar Dia memberikan kamu kemampuan mendengar siksa kubur, yang aku sendiri mendengarnya.” (H.R. Muslim).

Bagi orang-orang kafir kepada Allah Azza wa Jalla, saat-saat menghadapi kematian adalah saat-saat yang teramat sangat menakutkan. Sakitnya diderita yang dirasakan ketika nyawa tercabut dari badan sungguh tak terperkirakan. Tatkala meregang nyawa, ia akan merasakan seperti kawat-kawat berduri itu yang menghujam di sekujur tubuh, lalu kawat itu ditarik, sehingga mengelupaskan daging dari seluruh tubuh tersebut.

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, dimana para Malaikat memukul (mereka) dengan tangannya (sambil berkata). “Keluarkanlah nyawamu. “Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah Swt. (perkataan) yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat Nya.” (Q.S. al-Anam [6]:93).

Saat ajal menjelang kepadanya akan datang malaikat yang sangat keras dan hitam wajahnya dengan membawa kain yang kasar dari neraka. Malaikat itu lalu duduk di depannya. Tak lama kemudian datang pula malaikat pencabut nyawa dan duduk disamping kepalanya. Malaikat berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah kamu menuju murka Allah Swt.”

Malaikat itu lalu mencabik-cabik tubuhnya dan mencabut nyawanya seperti mencabut kain dari duri, sehingga keluarlah keringat dingin dan uratnya. Semua Malaikat yang berada di antara bumi dan langit pun ramai-ramai mengutuknya, tak terkecuali Malaikat yang berada di langit. Semua pintu langit ditutup baginya, sedangkan setiap Malaikat yang berada di dekat pintu-pintu tersebut berdoa agar ruh manusia durjana itu tidak melintas di samping mereka.

Selanjutnya sang Malaikat pencabut nyawa itu mengambil nyawa orang tersebut dan melemparkannya ke kain kasar dari neraka itu. Dibawanya nyawa tersebut, yang baunya begitu menjijikan dan tercium sampai di muka bumi.

Ketika Malaikat membawa naik nyawa itu ke langit, para Malaikat yang terlewati olehnya bertanya, “Ruh siapakah yang buruk ini?” malaikat yang membawa ruh menjawab, “Si fulan bin fulan (dengan menyebut namanya yang buruk ketika di dunia).” Manakala sampai di pintu langit dan meminta dibukakan untuknya, ternyata pintu itu tidak dibuka.

Allah Azza wa jalla berfirman; “Tidak dibukakan kepada mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak masuk surga, sehingga unta masuk ke lubang jarum.” (Q.S. al-Muthaffifiin [83]:7-11).

Kemudian, diperintahkan-Nya, “Kembalikanlah hamba-Ku ini ke bumi Aku menjanjikan mereka, bahwa Aku menciptakan mereka dari bumi dan ke bumi mereka Aku kembalikan. Kemudian, akan Ku keluarkan mereka dari bumi untuk yang kedua kalinya.”

Maka, ruh itu pun terlemparkanlah dari langit sampai jatuh ke jasadnya, “Barangsiapa mempersekutukan Allah Swt, maka seolah-olah ia jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Q.S. al-Hajj [22] :31).

Sungguh, sabda Rasul Saw, dia (orang yang meninggal itu) mendengar gesekan suara sandal kawan-kawannya ketika mereka meninggalkannya. Tak lama kemudian dia didatangi oleh dua Malaikat yang membentak seraya mendudukkannya, “Siapa Tuhanmu?”

“Saya tidak mengerti,” jawab si ahli kubur.

Apa agamamu?”

Saya tidak tahu”.

“Apa yang kamu katakana kepada seorang lelaki yang ditus kepadamu?” Ahli kubur itu ternyata tidak mengetahui namanya, sehingga diapun diberi tahu, “Muhammad

“Ah..ah saya tidak mengerti. Saya telah mendengar manusia mengatakan itu.

Kamu tidak mengerti dan kamu tidak membaca al-Quran, “hardik kedua Malaikat.

Datanglah seruan dari langit, “Dia hamba yang pendusta. Karenanya, hamparkanlah baginya hamparan dari api dan bukakanlah kepadanya pintu neraka!.” Orang tersebut merasakan panas dan racun api neraka, sementara kuburnya menjadi sempit hingga memutuskan tulangtulang iganya.

Selanjutnya datanglah kepadanya seorang lelaki sangat buruk wajah dan perangainya, buruk pula pakaiannya, serta sangat busuk baunya. Orang tersebut berkata, “Rasakanlah (balasan atas) kejahatan yang kamu lakukan. Ini adalah hari yang dulu dijanjikan kepadamu!.”

“Dan kamu, orang yang dijadikan Allah buruk sementara wajahmu pun sangat buruk, siapakah kamu ini?” Tanya si kafir ahli kubur.

“Aku adalah amalmu yang buruk. Demi Allah., aku tidak melihatmu, melainkan sangat lamban untuk taat kepada Allah dan sangat cepat melakukan maksiat kepada-Nya. Karenanya semoga Allah membalasmu dengan keburukan.”

Amal buruk tersebut sengaja dibentuk oleh Allah berwujud manusia yang buta, tuli dan bisu sementara di tangannya tergengam martil yang kalau digunakan untuk memukul gunung niscaya gunung itu akan hancur lebur menjadi debu, Allah kemudian mengembalikan jasadnya yang sudah hancur lebur itu, sehingga menjadi seperti semula. Setelah itu dipukul lagi dengan martil, sehingga ia menjerit keras sekali yang jeritannya bisa didengar oleh segala sesuatu, kecuali oleh jin dan manusia.

Pintu neraka pun dibukakan untuknya dan diberinya hamparan dari api neraka. Si kafir durjana itupun berteriak, “Ya Rabbi, janganlah sampai terjadi hari kiamat.”

Demikianlah rangkaian perjalanan yang pasti dialami manusia yang ingkar tatkala memasuki alam kubur. Sebagian uraian di atas merupakan rangkaian hadits shahih yang dikumpulkan oleh syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, seorang ulama ahli fiqih, sebagaimana termaktub dalam kitabnya, Ahkam al-Janaiz.

Itulah berita yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. yang tidak perlu diragukan lagi kebenarannya. Siapapun yang ketika hidup di dunia ini senantiasa bergelimang maksiat, ingkar kepada Allah Swt., maka tunggulah akibat yang akan menjemputnya kelak.

Karenanya, tidaklah heran kalau Allah memperlihatkan kepada kita suatu kejadian tentang jenazah yang wajahnya selalu berpaling dengan sendirinya ketika ke liang lahat wajahnya dihadapkan kea rah kiblat. Adapula yang ukuran panjang kuburnya sepeti terus menerus menyempit dan tidak cukup untuk dimasuki jenazah yang siap diturunkan ke liang lahat.

Kejadian-kejadian yang seperti itu seakan-akan pemberitahuan kepada manusia yang masih hidup, bahwa lubang kuburpun seperti enggan menerima jasad durjana yang penuh berlumur dosa. Naudzu billahi min dzaalik!.

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka dan fitnah dalam hidup dan mati, serta dari finah dajjal.” (H.R. Bukhari-Muslim).

 

sumber: Inilah.com