Khutbah Jumat: Lima Karakter Pemuda Ideal

Di antara karakter pemuda ideal  adalah mereka yang berani menyatakan yang haq (benar) itu haq (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah) dan siap menghadapi resiko

Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil

Berkaitan dengan Hari Sumpah Pemuda, Khutbah Jumat kali ini membahas karakteristik pemuda ideal dan pilihan. Pemuda ideal yang memiliki keberanian dan siap bertanggung jawab serta menanggung risiko ketika mempertahankan keyakinannya.

Khutbah Jumat Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Bangsa Indonesia memiliki satu hari yang bersejarah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Yaitu lahirnya pertemuan para pemuda dari berbagai daerah.

Mereka mencari solusi terbaik bagi kemerdekaan Republik Indonesia. Hari itu kita kenal sebagai Hari Sumpah Pemuda yang jatuh tiap tanggal 28 Oktober.

Semangat juang para pemuda dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan patut kita acungi jempol. Dengan keadaan yang serba darurat dan fasilitas yang minim, tidak mengendorkan semangat berkorban yang berkobar di dada.

Jauh sebelum itu semua, telah lahir dari rahim sejarah Islam, pemuda-pemuda ideal, sehingga Rasul ﷺ pernah bersabda, “Para pemuda bersekutu denganku dan orang tua memusuhiku.” Perjuangan dakwah Rasul ﷺ tidak bisa dilepaskan dari dukungan kawula muda. Di sana muncul Babul `Ilm (pintu ilmu) Sayidina Ali bin Abi Thalib, Sayidina Usamah bin Zaid, Sayidina Abdullah bin Abbas sang Turjumanul Qur`an (juru bicara Al-Quran) dan masih banyak lagi.

Ali misalnya, ia menjadi pahlawan di beberapa peperangan. Bahkan perang Khaibar menjadi saksi bisu atas kepahlawanannya. Pernah diriwayatkan bahwa beliau berkata, “Demi jiwa anak Abu Thalib yang berada di tangan-Nya, seandainya aku terkena seribu hantaman pedang, hal itu lebih ringan ketimbang aku harus mati di atas ranjang.” Lain pula dengan Usamah bin Zaid. Dia dipercaya sebagai panglima pasukan yang diutus melawan negara super power saat  itu, Romawi. Begitu juga dengan Abdullah bin Abbas. Kedalaman ilmunya dan ketajaman pikirannya menjadikan sosok yang satu ini begitu terasa istimewa.

Namun, lambat laun para pemuda muslim mulai terseret ke pusaran yang merusak nilai-nilai keluhuran. Hari ini, kita saksikan dengan mata kepala kita betapa banyak kasus tawuran antara pemuda, pemakaian dan pengedaran Narkoba, dan hubungan seks bebas. Keadaan semacam ini melahirkan bencana sosial dan moral.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Jamaah shalat Jumat

Berkaitan dengan Hari Sumpah Pemuda, kita temukan setidaknya lima karakteristik pemuda ideal itu. Pertama, memiliki keberanian. Pemuda ideal adalah pemuda yang berani menyatakan yang haq (benar) itu haq (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah). Lalu, siap bertanggung jawab serta menanggung risiko ketika mempertahankan keyakinannya.

Contohnya adalah pemuda bernama Nabi Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala kecil, lalu menggantungkan kapaknya di leher berhala yang paling besar, untuk memberikan pelajaran kepada kaumnya bahwa menyembah berhala itu (tuhan selain Allah ﷻ) sama sekali tidak ada manfaatnya.

Kedua, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan serta keyakinan. Artinya, seorang pemuda yang baik tidak pernah berhenti belajar dan menuntut ilmu.

Ketiga, selalu berusaha untuk mencari komunitas dalam bingkai keyakinan dan kekuatan akidah yang lurus, seperti pemuda-pemuda Ashabul Kahfi yang dikisahkan Allah ﷻ pada surah al-Kahfi [18] ayat 13-25. Jadi, berkelompok bukan untuk hura-hura atau sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

Para pemuda ideal mempunyai karakter persatuan, keguyuban, dan menyukai kebersamaan. Sayangnya, kebersamaan dan loyalitas yang diberikan oleh sebagian pemuda kita justru untuk melakukan tindakan-tindakan negatif.

Maraknya Geng Motor yang meresahkan masyarakat merupakan secuil contohnya. Ditambah aksi kriminal dengan melakukan pembegalan yang sarat dengan kekerasan dan kezaliman.

Ashhabul-Kahfi berjamah dalam menentang kemunkaran dan memperjuangkan agama serta keyakinannya sampai titik darah terakhir. Loyalitas yang mereka berikan adalah wujud persembahan dan ketulusan seorang hamba pada Tuhannya.

Keempat, selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusila. Hal ini seperti kisah Nabi Yusuf dalam surah Yusuf [12] ayat 22-24. Kisah Nabi Yusuf sangat layak dijadikan pegangan para pemuda.

Di usia yang masih muda belia, Yusuf berhasil menjadi pujaan wanita di zamannya karena ketampanan wajahnya yang menyihir. Berbagai godaan dan rayuan mesra ia tampik sembari berlindung kepada Allah ﷻ.

Kelima, tidak pernah menyerah dengan rintangan dan hambatan. Hal itu dicontohkah pemuda Muhammad ﷺ yang menjadikan tantangan sebagai peluang hingga ia menjadi pemuda yang  bergelar Al-Amin (terpercaya) oleh masyarakatnya.

Sejak kecil, Nabi Muhammad ﷺ telah bekerja dengan kedua tangannya, membanting tulang memeras keringat sebagai ikhtiyar mencari karunia Allah ﷻ yang terhampar di muka bumi. Beliau tidak duduk manis, berpangku tangan menunggu uluran tangan orang lain namun justru beliau membantu mengurangi beban penderitaan orang lain.

Sosok pemuda seperti Nabi Muhammad ﷺ yang seharusnya diteladani oleh para remaja, para pemuda kita, sehingga mempunyai etos kerja dan usaha yang profesional, yang baik dan mumpuni. Lewat etos kerja dan usaha itulah, dalam usia yang sangat muda gemblengan Rasulullah ﷺ telah mampu memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap Islam dan umat Islam.

Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, sosok pemuda ideal yang dicontohkan oleh tokoh-tokoh yang kami sebutkan di atas diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi para pemuda Indonesia. Eksistensi pemuda memang sangat penting. Jatuh bangunnya sebuah peradaban tergantung pada potensi yang dimiliki para pemudanya. Tidak heran jika Sayyidna Abdullah bin Abbas suatu saat pernah berkata,

مَا بَعَثَ اللهُ نَبِياًّ إِلاَّ وَهُوَ شَابٌّ وَلاَ أُوْتِيَ العِلْمَ عاَلِمٌ إِلاَّ وَهُوَ شَابٌّ

“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali ia seorang pemuda dan tidak pula seseorang diberi ilmu oleh Allah kecuali ia adalah pemuda.”

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Jumat kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Khutbah Jumat: 5 Karakteristik Pemuda ini dikeluarkan, DPC Rabithah Alawiyah Kota Malang. Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI

HIDAYATULLAH

Wasiat dan Pesan Penting Nabi Untuk Pemuda Muslim (2)

Jika Engkau Meminta, Mintalah Kepada Allah

Ini adalah pengajaran tauhid/keimanan dari Nabi. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah.Jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan hanya kepada Allah.Serupa dengan bacaan dalam suratalFatihah yang selalu diulang oleh setiap orang yang sholat pada setiap rokaatnya:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepadaMu kami menyembah, dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan.” (QS: alFatihah:5).

Sebagaimana kita menyembah hanya kepada Allah, maka meminta pertolongan juga hanya kepada Allah. Apakah kita tidak boleh meminta pertolongan kepada selain Allah? Ya, untuk permintaan pertolongan yang hanya Allah saja yang bisa memenuhinya, maka wajib bagi seseorang untuk meminta pertolongan itu hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain. Seperti : permohonan ampunan, meminta dikaruniai anak, panjang umur, kesembuhan dari penyakit, jodoh, ketentraman hati, keselamatan dunia dan akhirat, hidayah (taufiq), dan semisalnya. Hal-hal semacam ini hanya Allah saja yang bisa memenuhi.Meminta hal-hal semacam itu kepada selain Allah adalah kesyirikan, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama  dalam kitab-kitab tentang aqidah.

Meski kita meminta pertolongan kepada seseorang yang mampu mengerjakannya, namun kepasrahan dan ketawakkalan hati hanya kepada Allah, karena hanya Dialah saja yang Maha Berkuasa di atas segala sesuatu. Jika tidak Allah kehendaki, maka upaya makhluk apapun, sebesar apapun, tak akan bisa membantu kita mendapatkan yang kita harapkan.

Bahkan, dalam hal-hal yang remeh sekalipun, meski tali sandal putus, seorang Muslim hendaknya meminta ganti kepada Allah dalam doanya, dengan berupaya (ikhtiar) sesuai kemampuannya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:  “Mintalah kepada Allah segala sesuatu, sampai-sampai tali sandal, karena sesuatu yang tidak diberi kemudahan oleh Allah tidaklah berjalan dengan mudah.” (riwayat Abu Ya’la)

Jika makhluk sering diminta akan marah (karena memiliki banyak kekurangan), sebaliknya Tuhan kita Allah Yang Maha Kaya akan murka jika seseorang hamba tidak meminta kepadaNya.

مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, Allah murka kepadanya.” (H.R atTirmidzi)

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو اللهَ بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا مَأْثَمٌ وَ لاَ قَطِيْعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِحْدَى ثَلاَثٍ : إِمَّا أَنْ يَسْتَجِيْبَ لَهُ دَعْوَتَهُ أَوْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَهَا أَوْ يَدَّخِرَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلَهَا قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِذًا نُكْثِرُ قَالَ : اللهُ أَكْثَرُ

Tidaklah seorang muslim berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturrahmi, kecuali akan diberikan kepadanya salah satu dari 3 hal: bisa jadi Allah akan kabulkan doanya(di dunia), atau Allah palingkan (jauhkan) darinya keburukan yang setara dengan hal yang diminta, atau Allah simpan sebagai perbendaharaan pahala semisalnya di akhirat. Para Sahabat berkata: Wahai Rasulullah, kalau demikian kami akan memperbanyak (doa), Rasul bersabda: Allah lebih banyak lagi (mengabulkan).”(H.R atTirmidzi,Ahmad, alHakim, al-Bukhari dalam Adabul Mufrad)

Kenalilah Allah di Masa Lapang Dan Sempit

Di dalam riwayat hadits yang lain, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ

“Kenalilah Allah di masa lapang (senang), niscaya Allah akan mengenalimu di masa engkau menghadapi kesulitan.” (Dalam Shahihul Jaami’)

Makna hadits tersebut adalah : ingatlah selalu Allah (banyak berdzikir), banyak bersyukur terhadap nikmat-nikmatnya, banyak beribadah, dan banyak berdoa di masa-masa kita mendapatkan kelapangan hidup/ kesenangan, niscaya di saat kita mengalami kesusahan dan kesempitan Allah akan mengenali kita dan menolong kita.
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَلْيُكْثِرْ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ

Barangsiapa yang senang (ingin) Allah kabulkan doanya di masa kesulitan dan genting, hendaknya memperbanyak doa (ketika) di masa lapang.” (H.R at Tirmidizi)

Seperti Nabi Yunus yang di masa susah ( dalam perut ikan) berdoa kepada Allah, Allah pun kemudian memberi jalan keluar baginya. Hal itu dikarenakan dulunya saat hidup di daratan (di masa lapang) Nabi Yunus sering melakukan sholat, sehingga Allah selamatkan ia ketika kesulitan, sehingga tidak sampai mati di dalam perut ikan.
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ (143) لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (144)

“Kalaulah ia tidak termasuk orang yang dulunya banyak bertasbih (sholat), niscaya ia akan tetap tinggal di perutnya (hiu) hingga hari dibangkitkan.” (QS as-Shoffaat:143).

Perhatian Rasulullah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam mengajarkan kepada kita bahwa pemuda adalah asset utama bangsa, dan pelanjut, penerus estafet kepemimpinan. Menurut ahli kepribadian, usia itulah (15-30) yang menentukan arah dan pertumbuham kehidupan seseorang.Generasi muda adalah istilah yang mengacu kepada tahapan masa kehidupan seseorang yang berada diantara usia remaja dan tua.

Antara fase murohaqah dan syaikhukhah.Ia sudah meninggalkan masa remajanya, namun belum memasuki masa tua. Dalam posisinya yang sedemikian itu, generasi muda sering tampil dengan ciri-ciri fisik dan psikis yang khas dan unik.Secara fisik, ia telah tampil dengan format tubuh, panca indera yang sempurna pertumbuhannya. Tinggi badan, raut muka, tangan, kaki dan sebagainya terlihat segar, laksana bunga yang baru tumbuh. Sedangkan secara psikisi tampil dengan jiwa dan semangat yang menggebu-gebu, penuh idealisme, segalanya ingin cepat terwujud dan seterusnya.

Dalam keadaan yang demikian itu ia sering menunjukkan dinamika dan kepeloporannya dalam menegakkan dan membela sebuah cita-cita. Dengan demikian gerakan sosial, protes, demontrasi dan sebagainya sering dipelopori generasi muda.

Nabi Muhammad misalnya mengingatkan dalam sabdanya sebagai berikut:

اُوْصِيْكُمْ بِالشَّبَابِ خَيْرًا فَاِنَّهُمْ اَرَفُّ اَفْئِدَةً اِنَّ اللهَ بَعَثَنِيْ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا فَخَالَفَنِى الشُّيُوْخُ ثُمَّ تَلاَ قَوْلَهُ تَعَالَى فَطَالَ عَلَيْهِمُ اْلاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ.

“Aku wasiat-amanatkan kepadamu terhadap pemuda-pemuda (angkatan muda) supaya bersikap baik terhadap mereka.Sesungguhnya hati dan jiwa mereka sangat halus. Maka sesungguhnya Tuhan mengutus aku membawa berita gembira, dan membawa peringatan. Angkatan mudalah yang menyambut dan menyokongaku, sedangkan angkatan tua menentang dan memusuhi aku. Lalu Nabi membaca ayat Tuhan yang berbunyi: “Maka sudah terlalu lama waktu (hidup) yang mereka lewati, sehingga hati mereka menjadi beku dan kasar”.

Ahli hikmah mengatakan, siapa yang tumbuh pada masa mudanya dengan orientasi, akhlak, kepribadian, karakter tertentu, maka rambutnya akan memutih dalam kondisi ia memiliki karakter yang telah diperjuangkannya itu (man syabba syaaba ‘alaihi).

Imam Syafii mengatakan : Sungguh pemuda itu distandarisasi dari kualitas ilmu dan ketakwaannya. Jika keduanya tidak melekat pada struktur kepribadiannya.Ia tidak layak disebut pemuda. Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan (syubbanul yaum rijalul ghod).

Allah Subhanahu Wata’ala mengingatkan kepada kita agar tidak meninggalkan generasi yang lemah.Lemah iman, lemah ilmu, lemah akhlak, dan lemah ekonomi.

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْتَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا

Artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS: An-Nisa/4:9).

Balasan Sesuai dengan Perbuatan

Hadits ini menunjukkan bahwa balasan yang didapat seseorang sesuai dengan perbuatannya. Al Jazau ‘ala jinsil ‘amal. Al Ujratu ‘ala qadril masyaqqah (pahala itu berbanding lurus dengan tingkat kepayahan). Barangsiapa yang menjaga (syariat/batasan) Allah, niscaya Allah akan menjaganya. Hal yang semakna dengan ini sangat banyak dijumpai dalam al-Quran maupun hadits, di antaranya:

إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolong kalian, dan mengokohkan kaki-kaki kalian.” (QS: Muhammad:7)

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ

Maka ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” (Q.S al-Baqarah:152)

وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ

“Dan penuhilah perjanjian denganKu, niscaya Aku penuhi perjanjian dengan kalian.” (QS: al-Baqarah:40). (Dalam faidah yang disarikan dari Jaami’ul Uluum wal Hikaam karya Ibnu Rajab)

Point-poin pesan Nabi tersebut bisa disimpulkan

1. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu
2. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu
3. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah
4. Jika engkau meminta tolong, mintalah tolong hanya kepada Allah
5. Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu manfaat (keuntungan), maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu
6. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu
7. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. Artinya, pena yang menuliskan taqdir telah diangkat (tidak menulis lagi) dan lembaran-lembaran yang ditulisnya pada Lauhul Mahfudzh sudah kering, tidak akan lagi tambahan dan pengurangan. Taqdir semua makhluk yang telah Allah tuliskan, dan hanya Allah saja yang tahu, tidak akan pernah berubah sama sekali.*

 

 

Oleh: Shalih Hasyim, Penulis kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah

Wasiat dan Pesan Penting Nabi untuk Pemuda Muslim (1)

MENGELOLA masa muda agar memili karakter kuat dalam keagamaan, merupakan suatu perjuangan yang tidak mudah dan sederhana. Sebab pertentangan yang paling berat dan sulit serta menantang dalam fase kehidupan kita adalah menundukkan masa muda untuk tumbuh dalam beribadah kepada Allah (syaabun nasya-a fi ‘ibadatillah).

Dorongan kebaikan dan keburukan sama kuatnya. Semakin sering kita kalah dalam menghadapi godaan, seperti itulah akhir kehidupan kita. Semakin sering kita menang dalam pertarungan melawan musuh internal dan eksternal, akan seperti itulah akhir/ending kehidupan kita.

Itulah sebabnya Rasulullah menyebutkan di antara tujuh golongan yang memperolah naungan pada saat tiada naungan kecuali naungan dari-Nya pada hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh dalam kerangka beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Pemuda yang ingin sukses adalah pemuda yang pandai memanfaatkan peluang masa mudanya untuk maju dan berubah.Ia menyadari bahwa peluang itu tidak akan berulang. Ia memanfaatkan masa muda sebelum datang masa lemahnya (tua), masa sehat sebelum sakitnya, masa lapang sebelum sempitnya, masa terang sebelum masa gelapnya.

Ada ungkapan dalam sastra Arab yang melukiskan sebuah penyesalan di masa beruban. “Aduhai alangkah indahnya jika masa muda kembali lagi hari ini, akau akan menceritkan kepahitan pada masa beruban.”

Mencermati dinamika kehidupan yang fluktuatif dan terus berubah, para pemuda Muslim dituntut memiliki modal kuat khususnya dari ajaran Islam, agar kelak di masa tua tak menyesal.

Setidaknya ada beberapa kemampuan yang perlu dimiliki para pemuda Muslim hari ini; mencakup daya pikir (ijtihad), daya kalbu (mujahadah), dan daya raga (jihad) dalam arti yang seluas-luasnya.Termasuk jihad peradaban (kehidupan) di mana memilih hidup dalam kemuliaan Islam dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah.

Jagalah Allah
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ: يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ [رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].

Dari Abu Al ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Pada suatu hari saya pernah berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah kepada Allah.Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Tirmidzi). (dari Syarh Hadits Ke-19 Arbain an Nawawiyyah)

Makna ‘menjaga Allah’ dalam hadits di atas adalah menjaga hak-hak Allah, perintah-perintah, dan larangan-laranganNya.Karena Allah sendiri tidak butuh dengan penjagaan siapapun, bahkan Dialah yang Menjaga seluruh makhluk di alam semesta.

Hak Allah yang paling pertama harus dijaga oleh seorang hamba adalah tauhid.Tauhid adalah penentu utama seseorang untuk masuk surga atau neraka. Hal yang pertama dinilai adalah: apakah ia mensekutukan Allah (berbuat syirik) atau tidak, sesuai dengan hadits:

مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ

“Barangsiapa yang bertemu dengan Allah tidak mensekutukanNya dengan suatu apapun, maka ia masuk Jannah (surga). Barangsiapa yang bertemu denganNya mensekutukanNya dengan sesuatu, maka ia masuk anNaar (neraka).” (H.R Muslim).

Di antara hak-hak Allah yang paling agung yang wajib dijaga oleh seorang hamba adalah memurnikan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Mu’adz, “Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas hamba-Nya?”Mu’adz menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Hak Allah atas hamba-Nya adalah beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya.” (HR. Bukhari: 2856 dan Muslim: 48)…

Jagalah tauhid (keimanan) dari kemusyrikan (selingkuh dengan Allah SWT), niscaya Allah akan menjaga kita agar tidak terjerumus ke neraka.

مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ

… Barangsiapa yang mensekutukan Allah, maka Allah haramkan baginya surga, dan tempat tinggalnya adalah neraka… (Q.S al-Maidah (5) :72)..

Setelah tauhid, penentu berikutnya adalah jagalah syariat (sholat). Jika baik sholatnya, maka akan baik seluruh amalannya.

Jagalah shalat, niscaya Allah akan menjaga kita

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً مِنَ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يكُنْ لَهُ نُورٌ ، وَلاَ بُرْهَان ، وَلاَ نَجَاة وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ ، وَفِرْعَونَ ، وَهَامَانَ ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ

Barangsiapa yang menjaganya (sholat) maka ia akan memiliki cahaya, penjelas, dan keselamatan dari anNaar pada hari kiamat. Barangsiapa yang tidak menjaganya, ia tidak akan memiliki cahaya, penjelas, dan keselamatan dan pada hari kiamat akan dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haaman, dan Ubay bin Kholaf.”  (H.R Ahmad)

Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjaga kita di dunia dan di akhirat

Jaga larangan-larangan Allah jangan dilanggar, dan jaga perintah-perintahNya jangan ditinggalkan. Demikian juga termasuk dalam upaya menjaga Allah adalah menjaga lisan dari segala bentuk kedustaan, perkataan kotor, adu domba, menggunjing, dan menjaga kemaluan serta menundukkan pandangan.

Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda;

“Jika kalian bisa menjamin enam hal, maka aku akan jamin kalian masuk surga: [1] Jujurlah dalam berucap; [2] tepatilah janjimu; [3] tunaikanlah amanatmu; [4] jaga kemaluanmu; [5] tundukkan pandanganmu; [6] dan jaga perbuatanmu.” (HR. Al Hakim:8066 dan Ibnu Hibban: 107)

Doa Meminta Penjagaan dari Allah pada Seluruh Sisi

Disunnahkan untuk membaca doa pagi petang yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam guna memohon penjagaan dari Allah pada seluruh penjuru:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

“Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu ‘afiat (keselamatan dari segala keburukan) di dunia dan di akhirat.Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu pemaafan dan ‘afiat pada agamaku dan kehidupan duniaku, keluarga, dan hartaku.Ya Allah tutuplah aurat-auratku, berikan rasa aman padaku. Ya Allah jagalah aku dari arah depan, belakang, kanan, kiri, dari atas, dan aku berlindung pada keagunganMu agar aku tidak tersambar dari bagian bawahku.” (H.R Abu Dawud)

Beberapa Contoh Penjagaan Allah dalam Kehidupan Dunia

Barangsiapa yang menjaga Allah, menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan di masa muda, Allah akan menjaga badannya di masa tua. Abu  Thoyyib at Thobary yang berusia melewati 100 tahun masih memiliki kekuatan yang luar biasa. Pernah suatu ketika ia melompat dari perahu ke tepi daratan, sehingga orang-orang di sekelilingnya mengkhawatirkan keadaanya yang sudah tua. Tapi beliau mengatakan :Tubuhku ini aku jaga dari kemaksiatan sejak muda, sehingga Allah menjaganya ketika aku sudah tua. (Dalam Jaami’ul Uluum wal Hikaam (1/186)).

Para ulama dikenal kuat menjaga hafalan, pemahaman, dan kefaqihannya di usia yang sudah sangat tua, terhindar dari kepikunan, di saat orang-orang lain seusianya sudah banyak yang lupa bahkan tidak mengenal lagi anak-anak dan orang terdekatnya.

Suwaid bin Ghoflah –salah seorang tabi’i yang pernah mengambil ilmu dari Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali- masih kuat hafalannya dan menjadi imam pada sholat tarawih di bulan Romadhan pada saat usianya sudah 120 tahun (Riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’(4/175).

Harta kedua anak yatim dijaga Allah melalui perbuatan Nabi Khidhr yang menegakkan dinding rumahnya yang miring, sedangkan di bawah dinding tersebut terdapat simpanan harta mereka (Qur’an surat al-Kahfi ayat 82). Nabi Khidhir menyatakan bahwa ayah kedua anak yatim itu adalah orang yang sholeh. Para ulama menjelaskan bahwa inilah bukti bahwa keshalehan dan ketakwaan dari seseorang menjadi sebab Allah akan menjaga dirinya dan keturunannya.

Tentang kasus pagar halaman sebuah rumah itu adalah milik dua anak laki-laki yatim di negeri itu.Di bawah pagar rumah itu ada harta simpanan berharga milik kedua nak itu. Dahulu ibu bapaknya adalah orang-orang shalih. Tuhanmu ingin agar kedua anak itu mencapai umur dewasa, dan keduanya dapat mengeluarkan harta simpanan berharga itu sebagai rahmat dari Tuhanmu.Aku melakukan semua itu bukan karena kemauanku sendiri (QS. Al Kahfi (18) : 82).*/bersambung “Jika Engkau Meminta, Mintalah Kepada Allah”

 

 

Oleh : Sholih Hasyim, Penulis kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah

Untaian Nasehat Untuk Mahasiswa Baru: Masa Muda Untuk Apa?

Setiap orang tua yang melepas keberangkatan buah hatinya untuk menimba ilmu di perguruan tinggi sering memesankan kepada anaknya,

“Jaga diri baik-baik ya nak … Jangan lupa belajar yang baik, manfaatkan waktumu dengan baik.”

Mukadimah

Bismillah, telah menjadi sunnatullah datang generasi baru yang meneruskan perjuangan generasi terdahulu. Para pemuda, sejak dulu selalu memendam asa dan cita-cita untuk memperbaiki kondisi bangsa. Di dalam Al-Qur’an misalnya, kita mengenal para pemuda bertauhid yang disebut Ashabul Kahfi.

Di dalam sejarah Islam pun kita mengenal pemuda-pemuda pembela agama dari kalangan para sahabat yang mulia seperti Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid, dan Ibnu Abbas yang tersohor keahliannya dalam hal tafsir Al-Qur’an.

Di dalam hadits pun kita membaca salah satu golongan yang diberi naungan oleh Allah pada hari kiamat; seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Rabbnya. Pemuda yang tidak silau oleh gemerlapnya dunia. Pemuda yang memancangkan cita-cita setinggi bintang di langit dan berjuang keras menggapai surga.

Namun, realita tidak seindah yang dikira. Banyak pemuda yang justru hanyut dalam arus kerusakan dan penyimpangan. Bukan hanya masalah narkotika, tawuran, atau pergaulan bebas. Lebih daripada itu, kerusakan yang menimpa para pemuda juga telah menyerang aspek-aspek fundamental dalam agama. Munculnya para pengusung pemikiran liberal, merebaknya gerakan-gerakan yang mencuci otak anak muda dengan limbah kesesatan.

Oleh sebab itulah, perlu kesadaran dari semua pihak untuk ikut menjaga tunas-tunas bangsa ini agar tumbuh di atas jalan yang lurus, jalan yang diridhai Allah Ta’ala.

Mahasiswa, Bukan Lagi Anak SMA …

Dunia mahasiswa tidak sama dengan dunia SMA. Kebebasan dalam atmosfer mahasiswa lebih besar dan lebih kuat daripada kebebasan yang ada di masa SMA. Bebas bukan saja dalam hal seragam atau upacara, tetapi lebih daripada itu bebas menentukan prioritas dan jadwal kegiatan sehari-hari untuk dirinya.

Salah satu tanda bahwa seseorang mahasiswa mulai menapaki jalan hidupnya yang ‘baru’ adalah ketika dia memilih dengan orang seperti apa dia berteman dan mengambil nasihat dan arahan.

Bisa jadi seorang pemuda yang di kala SMA rajin ikut kegiatan rohis kemudian berubah drastis setelah mencium aroma kebebasan yang ada di atmosfer perkuliahan. Shalat berjamaah di masjid pun mulai dia tinggalkan. Menghadiri pengajian pun seolah menjadi beban dan momok dalam aktifitas keseharian. Al-Qur’an pun ditinggalkan, tidak dibaca atau direnungkan.

Di sisi lain, ada juga anak-anak muda yang kembali menemukan taman-taman surga di majelis ilmu agama. Mereka menjumpai nasihat-nasihat indah dan peringatan untuk jiwanya agar tidak terlena oleh gemerlapnya dunia. Di situlah, anak-anak muda itu mencari jalan untuk menghimpun bekalnya menuju surga.

Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (Al-’Ashr: 1-3)

Waktulah yang akan membuktikan, jalan seperti apa yang Anda pilih dalam kehidupan. Apakah jalan menuju kebahagiaan atau jalan menuju jurang kehancuran …

Ingat, Pesan Orang Tua

Setiap orang tua yang melepas keberangkatan buah hatinya untuk menimba ilmu di perguruan tinggi sering memesankan kepada anaknya, “Jaga diri baik-baik ya nak … Jangan lupa belajar yang baik, manfaatkan waktumu dengan baik.” Kiranya ini adalah nasihat yang sangat berharga untuk kita.

Bagaimana menjaga diri kita dari hal-hal yang negatif. Tentu, itu bukan perkara sepele dan remeh. Bahkan inilah yang diperintahkan Allah kepada kita untuk menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah berpesan kepada kita untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya Allah tetap menjaga dan melindungi kita.

Banyak sekali godaan dan rintangan yang harus kita hadapi di tengah dunia mahasiswa dan anak muda pada umumnya. Sebagian anak muda bahkan punya semboyan ‘mumpung masih muda’ dengan maksud untuk memuaskan segala keinginan hawa nafsunya sampai-sampai ada ungkapan, ‘muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga’.

Sungguh sebuah semboyan yang sarat dengan tanda tanya. Dari pintu surga manakah kiranya masuk orang yang mudanya selalu berfoya-foya dan melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya ?

Anda kuliah dengan amanah dari orangtua dan juga kesadaran diri anda sendiri. Oleh sebab itu sudah saatnya anda meluruskan niat anda dalam mencari ilmu, yaitu untuk memberi manfaat bagi kaum muslimin dan juga dalam rangka membela agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu dinilai dengan niatnya dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ilmu Agama Perisai Jiwa

Mahasiswa yang baik bukan hanya yang peduli dengan indeks prestasi dan nilai kuliahnya. Lebih daripada itu, mahasiswa yang baik adalah yang senantiasa menimba ilmu agama. Ilmu Al-Qur’an dan As Sunnah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu (agama) maka Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Bagi anda yang dulu di SMA sekolah di pesantren atau madrasah jangan terburu-buru merasa hebat. Betapa sering kita temukan, orang-orang yang dulunya mengenyam pendidikan di pesantren atau madrasah namun ketika kuliah menjadi berubah.

Tadinya rajin mengaji kemudian berubah rajin menyanyi. Tadinya rajin membaca Qur’an kemudian berubah rajin fesbukan. Tadinya rajin membeli buku agama kemudian berubah rajin membeli novel pujangga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah melakukan amal-amal sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita, di pagi hari seorang masih beriman tetapi tiba-tiba sore hari menjadi kafir dan di sore hari beriman lalu pagi harinya menjadi kafir. Dia rela menjual agamanya demi mengais kesenangan dunia.”(HR. Muslim)

Oleh sebab itu besar sekali kebutuhan kita terhadap ilmu. Karena ilmu akan menyirami hati kita, meneranginya dengan kebenaran dan memuliakannya dengan keimanan. Imam Ahmad berkata, “Manusia jauh lebih membutuhkan ilmu daripada kebutuhan mereka kepada makan dan minum. Karena makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau 2 kali. Adapun ilmu dibutuhkan sebanyak hembusan nafas. ”

Tujuan Hidup Kita

Mahasiswa adalah manusia. Dan sebagaimana manusia yang lain ia harus tunduk beribadah kepada Allah. Inilah tujuan keberadaan kita di alam dunia ini. Bukan semata-mata untuk memenuhi nafsu dan mengumbar keinginan.

Allah berfirman (yang artinya), ”Tidaklah Aku ciptakan jindan manusia melainkan supaya beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

Jangan mengira bahwa ibadah terbatas pada sholat dan puasa, atau berzakat dan naik haji. Ibadah itu luas, mencakup segala ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Segala ucapan dan perbuatan serta keyakinan yang dicintai dan diridhai Allah, maka itu adalah ibadah. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan yang paling rendah -dari cabang iman- itu adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hal ini menunjukkan kepada kita, bahwa ibadah kepada Allah bisa kita lakukan dimanapun dan kapanpun. Bukan hanya di masjid, di pesantren, di bulan Ramadhan, atau di tanah suci. Bahkan, ibadah bisa dilakukan di rumah dengan mengerjakan shalat sunnah, dengan berbakti kepada orang tua, dengan mendengarkan lantunan murottal Al-Qur’an, berdzikir pagi dan petang, dan lain sebagainya. Ibadah juga bisa kita lakukan ketika berada di kampus, dengan menghormati orang-orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menebarkan salam, menundukkan pandangan dari lawan jenis, tidak berdua-duaan dengan wanita bukan mahram, dsb.

Dengan demikian, seorang mahasiswa muslim akan mengarungi lautan ibadah dalam hidupnya, dari satu ketaatan menuju ketaatan yang lain, dari satu amalan menuju amalan yang lain. Sepanjang hayat dikandung badan maka selama itu pula ia tunduk kepada Ar-Rahman.

Bertaubat Dari Kesalahan

Manusia adalah anak keturunan Adam ‘alaihis salam. Dan setiap bani Adam banyak berbuat kesalahan. Sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang senantiasa bertaubat. Oleh sebab itu Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang banyak beristighfar, dalam sehari bisa sampai 70 bahkan 100 kali. Lalu siapakah kita ini jika dibandingkan dengan beliau. Kita tentu lebih butuh kepada taubat dan istighfar di sepanjang hari yang kita lalui.

Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu ini adalah kumpulan perjalanan hari. Setiap hari berlalu maka pergi pula sebagian dari dirimu.”

Kita sering lalai dari berzikir kepada Allah, padahal zikir adalah sebab ketenangan hati dan kesejukan jiwa. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Zikir bagi hati seperti air bagi ikan, bagaimanakah keadaan ikan apabila dikeluarkan dari air.”

Kita juga sering lalai dari membaca Al-Qur’an dan merenungkan kandungan ayat-ayat-Nya. Padahal kemuliaan hanya akan dicapai oleh orang yang mengikuti petunjuk Al-Qur’an. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka ia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (Thaha: 123).

Ibnu Abbas berkata, ”Allah menjamin bagi orang yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya, bahwa dia tidak akan sesat di dunia serta tidak celaka di akhirat.”

Oleh sebab itu marilah kita memperbanyak taubat dan istighfar, berusaha mengevaluasi dan memperbaiki diri. Jangan sampai kita termasuk orang yang digambarkan dalam ungkapan, ‘semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak’. Kita sibuk mengkritik orang namun lalai dari mengkritik diri sendiri. Nas’alullahal afiyah …

Siapakah Kita Dibanding Mereka?

Para pendahulu kita yang salih -sahabat-sahabat Nabi- adalah orang-orang yang tidak diragukan keimanannya. Sampai-sampai orang sekelas Abu Bakar dikatakan bahwa imannya lebih berat daripada iman seluruh penduduk bumi selain para Nabi. Orang-orang yang telah mendapatkan janji surga. Meskipun demikian, mereka bukan orang yang sombong dan angkuh dengan prestasinya.

Justru mereka khawatir akan diri dan amal-amalnya. Ibnu Abi Mulaikah berkata, “Aku berjumpa dengan tiga puluh orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara mereka semua takut dirinya tertimpa kemunafikan.”

Ya, siapakah kita jika dibandingkan dengan mereka ? Sebagian pemuda atau mahasiswa begitu bangga dan pede dengan kecerdasan dan prestasinya, seolah-olah kesuksesan adalah buah ciptaannya. Dialah yang menjadi penentu atas segalanya. Dia lupa bahwa kepandaian, kecerdasan, dan pemahaman adalah karunia dari Allah Ta’ala.

Betapa seringnya kita lalai dari bersyukur kepada Allah. Meskipun demikian, kita sering merasa bahwa diri kitalah yang berjasa, diri kitalah yang menjadi kunci kebaikan, padahal di tangan Allah semata segala kebaikan. Oleh sebab itu kita harus merasa khawatir akan nasib amal-amal kita. Di samping kita terus berharap dan berusaha menggapai ridha-Nya.

Mensyukuri Nikmat Allah

Banyak anak muda yang lalai terhadap masa mudanya, lalai dari nikmat kesehatan dan waktu luang yang diberikan kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dalam hal keduanya; sehat dan waktu luang.” (HR Bukhari).

Kesehatan adalah nikmat dari Allah. Waktu luang adalah juga nikmat dari Allah. Wajib bagi kita untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah itu. Nikmat yang sedemikian banyak, sampai-sampai kita pun tidak bisa menghingganya.

Dikatakan oleh Salamah bin dinar, “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan diri kepada Allah, maka itu adalah malapetaka.”

Banyak orang yang larut dalam kesenangan-kesenangan semu. Mereka tertawa-tawa, bersuka ria dan membuang-buang waktunya dalam perkara yang sia-sia bahkan dosa. Mereka mengira bahwa semua itu bisa dibiarkan berlalu begitu saja. Hanya sekedar untuk mengisi malam minggu katanya.

Atau sekedar mengisi kekosongan waktu dengan mengobrol dan merokok sampai larut malam hingga akhirnya tidak shalat subuh berjamaah di masjid. Padahal salah satu ciri orang munafik adalah malas mendirikan sholat dan berat untuk hadir sholat subuh dan isyak berjamaah di masjid (bagi kaum lelaki).

Begitu juga dari kalangan wanita. Tidak sedikit kaum mahasiswi dan remaja putri yang keluar malam-malam untuk berdua-duaan dengan pacarnya, mendengarkan lagu-lagu penuh hembusan nafsu dan menonton konser band idola sambil berdesak-desakan dengan lawan jenis. Tentu perkara-perkara semacam ini akan mendatangkan banyak kerusakan. Dan yang lebih dalam lagi, bahwa itu bukan termasuk bentuk bersyukur kepada Allah …

Jalan Kebahagiaan

Ketahuilah, wahai saudaraku -semoga Allah merahmatimu- sesungguhnya kebahagiaan yang kita idam-idamkan adalah sebuah kenikmatan abadi di akhirat nanti.

Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman, “Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang salih, kesenangan yang belum dilihat oleh mata, belum didengar oleh telinga, dan belum terbersit dalam hati manusia.” (HR. Bukhari)

Iman dan takwa adalah bekal kita untuk meraih kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang akan dirasakan oleh orang-orang yang beriman di dunia dan di akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan merasakan lezatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim).

Kebahagiaan di dalam hati orang-orang yang beriman adalah kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan dengan untaian pantun dan sajak pujangga. Kebahagiaan yang membuat seorang budak hitam yang bernama Bilal bin Rabah lebih memilih disiksa daripada kembali kepada kekafiran. Kebahagiaan yang membuat seorang Salman Al Farisi berpetualang mencari kebenaran Islam tanpa kenal lelah. Kebahagiaan yang membuat seorang Abu Bakar Ash-Shiddiq rela mencurahkan semua hartanya untuk sedekah di jalan Allah.

Kebahagiaan yang tidak lekang oleh masa, tidak hancur oleh umur dan tidak surut karena ocehan dan cercaan manusia. Sebab kebahagiaan itu telah bersemayam di dalam lubuk hatinya. Kemanapun dia pergi maka kebahagiaan selalu menyertainya.

Selamatkan Hatimu…!

Setan telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan manusia. Ia datang dengan berbagai tipu daya dan bala tentaranya.. Ia juga mengalir dalam tubuh manusia seperti peredaran darah. Ia memberikan rayuan dan menebar angan-anagn palsu. Ia hanya akan mengajak kelompok/hizb-nya untuk bersama-sama menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.

Setan mengutus pasukan-pasukannya setiap hari untuk menebar fitnah dan kekacauan. Baik fitnah berupa kesenangan hawa nafsu yang terlarang, demikian pula fitnah berupa pemyimpangan pemikiran dan pemahaman. Inilah dua senjata iblis dalam menyesatkan bani Adam dari jalan yang lurus.

Oleh sebab itu sudah menjadi tugas kita bersama untuk menjauhi langkah-langkah setan dan tipu dayanya. Kita harus menjaga hati kita dari bujukan dan godaannya.. Lebih daripada itu kita harus memurnikan ibadah kepada Allah semata, inilah sebab utama agar bisa terbebas dari jebakan dan godaannya, dengan pertolongan Allah jua.

Allah berfirman (yang artinya), “Pada hari itu (kiamat) tidaklah bermanfaat harta dan keturunan, kecuali bagi orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (Asy-Syu’araa: 88-89).

Hati yang selamat adalah hati yang beriman, hati insan bertauhid, hati yang bersih dari syirikdan kemunafikan. Abu ‘Utsman An-Naisaburi berkata, bahwa hati yang selamat (qalbun salim) itu adalah hati yang bersih dari bid’ah dan merasa tentram dengan sunnah/tuntunan Nabi.

Marilah, kita memohon kepada Allah untuk mensucikan jiwa-jiwa kita, dan memberikan ketakwaan ke dalam hati kita, sebagaimana kita memohon agar Allah mematikan kita dalam keaadaan Dia ridha kepada kita …

Maut Tidak Pandang Bulu

Anak muda bukan jaminan jauh dari maut. Betapa sering kita mendengar anak kecil yang mati karena kecelakaan atau menjadi korban penganiayaan. Kita juga mendengar anak muda yang mati tertabrak dan ada juga yang mati karena menjadi korban kerusuhan dan tawuran.

Bahkan, anak muda yang soleh, rajin ke masjid, aktif membantu kegiatan dakwah, bahkan sudah hampir lulus kuliah pun ada yang tidak luput dari jemputan malaikat maut. Siapa diantara kita yang merasa aman ? Siapa diantara kita yang merasa dirinya pasti selamat di akhirat ?

Umar bin Khaththab berkata, “Seandainya ada yang berseru dari langit: masuklah kalian semua ke dalam surga kecuali satu, aku takut satu orang itu adalah aku. Dan seandainya ada yang berseru dari langit masuklah kalian semua ke dalam neraka kecuali satu: aku berharap satu orang itu adalah aku.”

Kematian pasti datang, dan kita tidak bisa mengundurkan atau memajukannya walaupun 1 jam saja. Siapa yang menunda-nunda taubat dan kebaikan pasti akan menyesalinya. Orang kafir di akhirat pun ingin dikembalikan ke alam dunia untuk melakukan amal salih yang dulu ditinggalkannya. Namun angan-angan pada hari itu tinggal angan-angan saja.

Tsabit Al-Bunani berkata, “Beruntunglah orang yang banyak mengingat kematian. Tidaklah seorang yang memperbanyak mengingat kematian melainkan pasti tampak pengaruhnya di dalam amal perbuatannya.”

Wahai anak muda, anda dan kita semua tidak tahu kapankah malaikat maut datang untuk mencabut nyawa kita … maka bersiaplah; bersiaplah dengan iman dan amal salih …

Saatnya Melangkah…

Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan datang menghampiri, kita semakin dekat menuju kematian. Hanya ketakwaan bekal terbaik yang bisa kita siapkan. Barangsiapa yang bertakwa dan bersabar maka sesungguhnya Allah tidak akan mneyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. Allah mencintai orang-orang yang rajin bertaubat dan mensucikan diri. Allah mencintai orang-orang yang bersabar dalam menghadapi cobaan.

Seorang ulama besar pernah berkata, “Aku memohon kepada Allah yang Maha Mulia Rabb pemilik ‘Arsy yang agung, semoga Allah melindungi dirimu di dunia dan di akhirat dan menjadikan dirimu diberkahi dimanapun kamu berada, dan menjadikan kamu termasuk orang yang apabila diberi nikmat bersyukur, apabila diberi cobaan bersabar, dan apabila berbuat dosa beristighfar. Sesungguhnya ketiga hal itu adalah pertanda kebahagiaan.”

Mahasiswa muslim -dimanapun anda berada- tugas dan tanggung jawab masa depan bangsa ini ada di pundak kita. Sebagaimana dikatakan oleh seorang tokoh gerakan Islam, “Dirikanlah negara Islam di dalam hati kalian, niscaya ia akan tegak di bumi kalian.”

Kita tentu berharap negeri ini menjadi negeri yang aman dan berlimpah rizki dan kebaikan dari langit dan dari bumi, dan itu semuanya terpulang kepada perjuangan dan upaya kita untuk terus belajar dan memperbaiki diri.

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada dirinya sendiri.” (Ar-Ra’d: 11).

Maka, mulailah perbaikan itu dari diri kita masing-masing …

Barakallahu fiikum !            

***

Penulis: Ari Wahyudi

Artikel Muslim.or.id