Ulama asal Nusantara banyak yang menjadi ulama besar di dunia. Karya-karyanya menjadi rujukan umat. Namun, terkadang tak sedikit umat Islam di Indonesia mengenal ulama Nusantara dan karyanya yang mendunia.
Salah satu karya besar dalam bidang fikih utamanya Mazhab Syafi’i adalah kitab Sabilal Muhtadin. Kitab ini ditulis oleh ulama besar asal Banjar, Kalimantan, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Sabilal Muhtadin sangat terkenal pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Kitab ini tak hanya menjadi rujukan umat Islam di Tanah Air, namun juga dipelajari dan diajarkan di Masjidil Haram, Makkah, juga Malaysia dan Thailand. Kitab ini diajarkan oleh para ulama asal Melayu kepada orang-orang Melayu yang datang ke Makkah sebelum mereka mahir berbahasa Arab.
Sabilal Muhtadin ditulis dengan aksara Arab ber bahasa Melayu. Kitab ini adalah kitab kedua yang ditulis dengan gaya bahasa Arab pegon setelah Sirat al-Mustaqim karya Syekh Nuruddin ar-Raniri dari Aceh.
Sabilal Muhtadin adalah kitab fikih ibadah. Kitab ini dibagi dalam dua jilid. Jilid pertama diawali dengan mukadimah, pembahasan soal bersuci di bagian pertama dan diakhiri soal hal-hal yang makruh dalam shalat.
Sementara, jilid kedua diawali pembahasan tentang sujud sahwi dan diakhiri dengan al at’imah yang membahas tentang halal dan haram makanan. Tebal kitab ini 524 halaman dengan rincian jilid pertama 252 halaman dan 272 halaman di jilid kedua. Syekh Arsyad al-Banjari mulai menulis kitab ini atas anjuran Sultan Tahmidullah bin Sultan Tamjidullah yang memerintah di Kesultanan Islam Banjar (1778- 1808).