KH Hasyim Muzadi Ajak Marwah Daud Kembali ke Jalan Benar

KH Hasyim Muzadi mengaku mengenal Marwah Daud sebagai orang yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi. Setelah mengetahui Marwah menjadi pengikut di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, ia pun segera mengajak Marwah untuk kembali ke jalan yang benar.

Hasyim bercerita pertama kali mengenal Marwah saat bertemu di London, Inggris bersama istrinya. Saat itu Marwah tengah kehilangan kopernya sehingga Hasyim memberikan bantuan dengan meminjamkan baju istrinya pada Marwah.

Sedangkan terkait nama Taat Pribadi, Hasyim mengaku tidak pernah mendengar sama sekali. Dia pun mengaku baru mengetahui belakangan ini bahwa ada orang yang memiliki kekuatan untuk menggandakan uang.

Namun Hasyim mengaku tidak habis pikir jika temannya, Marwah yang dia kenal sebagai wanita cerdas justru menjadi pengikut Taat Pribadi. Hasyim pun meminta Marwah untuk kembali dan tidak lagi menjadi bagian dari pengikut Taat Pribadi.

“Bu Marwah kembali sajalah pada kita-kita ini,” ujar Hasyim pada Marwah dalam acara Indonesia Lawyers Club di TV One, Selasa (4/10) malam.

Ia mengaku mendapatkan pelajaran dari kasus Taat Pribadi yakni kecerdasan dan kepandaian seseorang bukanlah segalanya, bila terhadap fenomena kezaliman yang beraromakan agama bisa begitu dipercaya.

“Kecerdasan dan kepandaian belum segalanya. Karena kondisi kejiwaan juga berpengaruh pada kecerdasan dan kepandaian seseorang,” ujarnya.

 

Republika Online

Kemenag: Jangan Terkecoh dengan Istilah Padepokan

Kementerian Agama (Kemenag) meminta masyarakat agar tidak salah mengartikan istilah-istilah seperti pesantren dan padepokan, yang belakangan muncul dengan adanya fenomena Taat Pribadi dan Gatot Brajamusti.

Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Machasin mengatakan tidak sama apa yang belakangan disebut padepokan seperti milik Taat Pribadi dan Gatot Brajamusti dengan pesantren.

“Padepokan tidak terdaftar di Kemenag, sebagai lembaga pendidikan, karena yang resmi seperti pondok pesantren terdaftar,” kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (5/10).

Padepokan, kata dia, itu sifatnya umum, dan sudah menjadi penyebutan sejak dahulu bagi siapapun yang ingin mencari apapun, mulai seni, ilmu agama, hingga beladiri. Sedangkan pesantren itu khusus tempat untuk belajar agama Islam, dan sekarang pesantren itu terdaftar di Kemenag.

“Kalau padepokan itu tidak terdaftar di Kemenag, saya tidak tahu terdaftar di mana. Jadi masyarakat yang ingin menuntut ilmu agama dan mencari pesantren lebih baik melihat itu resmi atau tidak, agar tidak terkecoh,” ujarnya.
Baca juga: Heboh Gatot dan Dimas Kanjeng, Ternyata Ini Biangnya
Kalau ada yang mengistilahkan pesantren dengan nama padepokan, ia meminta masyarakat agar mulai berhati-hati. Apalagi belakangan dengan fenomena yang terjadi, istilah padepokan lebih mengarah pada tempat mencari keilmuan dengan hal-hal yang tidak masuk akal dan metafisika. Dia pun meminta masyarakat menghindarinya.

 

sumber:Republika Online