Kepada Siapa Saya Harus Bertanya?

ORANG ini sepertinya sudah buntu pikirannya setalah kesana-kemari mencari solusi masalah hidupnya dan ternyata tak pernah ada yang cocok sebagai solusi. Masalah hidupnya sebenarnya sangat klasik dan juga dialami banyak orang. Orang tuanya yang dahulunya terkenal sebagai orang paling kaya di desa kini jatuh bangkrut.

Sawah ladang yang menjadi simbol kekayaan orang desa satu persatu lepas dan kini sudah habis sama sekali. Orang kaya itupun kini terbaring di rumah sakit, anaknya pontang panting mencari hutangan demi merawat orang tuanya. Tak ada yang bernani memberikan hutangan karena hutang-hutang yang sebelumnya tidak ada yang terbayar.

Tidak selesai sampai di situ kisah deritanya. Tatangganya memusuhinya, ada yang mefitnah dan ada pula yang mencibir atau menghina. “Apa salahku? Mengapa hidupku menjadi begini?” Pertanyaan ini diulang-ulangnya dan berulang-ulang ditanyakannya kepada siapapun yang berjumpa tak ada yang menyangka nasibnya setragis ini. Membaca kejayaannya pada jaman dahulu yang sampai menjadikan keluarga ini sebagai “tuan desa,” seakan tak mungkin hancur secepat ini. Namun beginilah kisah dunia, sangat banyak kemungkinan bisa terjadi di luar dari duga dan sangka.

Adalah pelajaran berharga kepada kita agar tidak terlalu yakin dan percaya diri akan duga dan sangka kita sendiri dengan melupakan Allah yang Mahakuasa menentukan apapun yang Allah suka. Jawaban yang diterima orang itu saat berkeluh kepada setiap yang berjumpa dengannya adalah: “Sabar ya. Dunia memang sulit ditebak.” Jawaban lainnya adalah: “Entah ya, apa yang dimaui Allah.” Jawaban-jawaban begini membuatnya semakin bingung: “Lalu saya harus bagaimana? Haruskah saya mati sesangsara dan terhina?” Orang ini akhirnya juga bertaya kepada saya dengan pertanyaan yang sama. Lama tak saya jawab, karena saya masih menjadi jawaban apa yang harus saya sampaikan.

Teringatlah saya pada dawuh orang lama: “Kalau kamu mendapatkan masalah apapun dalam hidupmu, bertanyalah kepada SIAPA YANG PALING TAHU AKAN MASALAHMU.” Iya, kesalahan kita seringkali adalah bahwa saat kita punya masalah kita biasanya bertanya kepada setiap orang yang ada di dekat kita. Sementara orang yang ada di dekat kita itu bisa jadi juga sedang bingung dengan masalahnya sendiri. Bisa jadi nantinya, keluhannya akan mendapat jawaban keluhan, sehingga jalan pikirannya semakin runyam.

Guru saya memberikan syarah (penjelasan) akan dawuh orang lama tersebut di atas. Beliau berkata kepada saya: “Bertanyalah dan berkonsultasilah dengan YANG TAK PERNAH BINGUNG DAN GELISAH. Dialah ALLAH SWT. Di sanalah dan dari sanalah Anda akan mendapatkan jawaban pasti.” Saya terperangah dengan penjelasan beliau. Inilah yang saat ini jarang dilakukan oleh kebanyakan manusia. Guru saya kemudian melanjutkan dawuhnya: “Lalu, tanyakan pula masalahmu kepada ORANG YANG PALING TAHU TENTANG DIRIMU.” Saya terdiam lama, dan beliau juga terdiam lama sambil senyum-senyum. Saya bertanya pelan: “Siapakah yang paling tahu tentang saya, guruku?” Beliau menjawab: “DIRIMU sendiri yang paling tahu tentang dirimu.”

Beliau melihat ke atap-atap langgar sambing tersenyum. Sepertinya beliau sedang berdialog dengan seseorang. Saya tak paham, karena kita hanya berdua. Saya memecahkan keheningan dengan memberanikan bertanya sambil memijat betis beliau yang sedang selonjor: “Bagaimana cara atau teknik bertanya kepada Allah dan kepada diri sendiri yang paling tepat, guruku?” Langsung dijawabnya: “Tunggu jadwal buka puasa.” Saya pijat kuat-kuat saraf betisnya. Beliau setengah teriak sambil tertawa: “Ow sakit Cong.” Salam, AIM. [*]

Oleh KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK