Intelektual Islam Said Hawa dalam bukunya, Ar-Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam, menyebutkan, untuk menjaga keimanan dan keseimbangan alam, Allah mengutus para nabi dan rasul. Merekalah yang mengingatkan manusia tentang kehendak Allah agar manusia menyembah-Nya, menjaga keimanan dan alam raya. Perilaku manusia harus mulia agar mereka hidup saling menyayangi.
Para rasul mencerminkan puncak kesempurnaan manusia. Keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah adalah teladan yang menginspirasi masyarakat pada berbagai zaman dalam menjalani kehidup an dunia yang bersifat sementara. Mereka mengajarkan Kitab Allah yang berisikan hikmah dan berbagai macam hal yang belum diketahui (al-Baqarah: 151).
Para nabi dan rasul membawa ajaran Allah yang jika dijalankan akan membersihkan diri mereka dari kotoran jiwa, seluruh pengaruh hewani, materi, atau yang asing dari fitrahnya. Dengan mengakui keesaan dan kebesaran Allah, manusia akan tetap berada pada keimanannya. Mereka tidak mengklaim sebagai tuhan seperti yang dilakukan Fir’aun (Ali Imran: 79). Mereka yang sudah sampai ke derajat kenabian dan menjadi manusia pilihan (Rasulullah) tetap pada keimanan, seperti Isa Alaihissalam. Dia tidak pernah enggan menjadi hamba Allah dan selalu menyebut keagungan asma-Nya (an-Nisa: 172).
Pada saat datang dan menyebarkan risalah Ilahiyah, Rasulullah menampakkan tanda-tanda kenabian. Sebagian orang mengetahui tanda itu sehingga mereka beriman kepadanya. Secara umum, tanda itu adalah membawa orangorang kepada hidayah Allah sehingga mereka mendapatkan ganjaran atau pahala.
Setelah mengutus nabi dan rasul, dan mereka menjelaskan berbagai kebijaksanaan, Allah mulai memberlakukan azab bagi mereka yang mengingkarinya (alIsra: 15). Azab merupakan peringatan untuk semua manusia agar mereka mengetahui ada kekuatan Maha Pencipta yang mengalahkan kesombongan, keangkuhan, dan kekafiran manusia ingkar.