Tetap Ingat Nikmat dari Allah Saat Virus Corona Mewabah

Umat Islam diingatkan untuk selalu ingat nikmat Allah kala ditimba musibah corona.

Ustaz Bendri Jaisyurrahman mengatakan kualitas iman seorang muslim dapat terlihat saat musibah datang menimpanya. Termasuk saat umat muslim yang saat ini juga tengah dilandah wabah corona.

“Momentum ini sekaligus menunjukan kualitas keimanan kita di antara yang lainnya,” ujar Ustaz Bendri dalam Tabligh Akbar Online, Jumat (3/4).

Dalam kondisi ini, terang Bendri, umat muslim bisa memanjatkan doa sebagaimana yang Rosulullah SAW ajarkan dan diriwayatkan oleh imam Abu Dawud. “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari penyakit baros (penyakit kulit terkelupas), penyakit Junun (penyakit gila), penyakit lepra atau kusta, dan terakhir dari penyakit ganas yang mewabah.”

“Dalam kondisi ini kita berdoa supaya kita dilindungi dari empat hal tadi (penyakit). Yang menarik Rosul menyisipkan agar kita terlepas dari penyakit gila, ini penyakit psikis,” terangnya.

Dalam doa tersebut, menurut Bendri, bukan hanya sekedar selamat dan bebas dari wabah corona saja tapi juga bebas dari tekanan psikis. Misalnya banyak yang jadi kehilangan penghasilan karena adanya wabah, atau banyak tuntutan karena pendapatan yang berkurang.

“Doa ini mengingatkan kita agar memohon pada Allah agar kita selamat dari penyakit fisik dan selamat dari penyakit psikis. Virus ketakutan ini yang (justru) paling fatal,” terangnya.

Oleh karena itu dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, menurut Bendri, kualitas iman seorang muslim dapat terlihat. Apakah seseorang tersebut akan tetap bersyukur saat diberikan musibah atau justru berkeluh kesah.

“Sungguh ajaib, urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusan itu baik, kenapa demikian, (karena) kalau dia ditimpa, dia akan mendapatkan rasa syukur, kalau ditimpa kesulitan dia akan bersabar. Jadi situasi ini hanya dua, bersyukur saat mendapatkan kesenangan dan sabar saat mendapatkan kesulitan,”terang Bendri.

Bendri lalu menceritakan tentang penyakit yang pernah menimpa Nabi Ayub AS, penyakit judzam atau penyakit kulit yang saat itu sampai membuat Nabi Ayub kurus dan diasingkan. Bahkan orang-orang di masa itu telah menyarankan Nabi Ayub agar meminta kepada Allah untuk mengangkat penyakit tersebut dan Allah tentu akan mengabulkan.

“Kenapa tidak meminta kepada Tuhanmu untuk kesembuhan, maka Nabi menjawab aku malu, aku diberikan nikmat (sehat) 70 tahun tapi ketika dikasih ujian dua pekan saja aku sudah protes, keluh kesah. Malu lah aku sama tuhanku,” ucap Bendri.

Dari kisah Nabi Ayub menerima cobaan ini terangnya, mengajarkan bagaimana saat Ayub ditimpa kesulitan Nabi Ayub justru menghitung nikmat Allah yang telah diterima begitu banyak. Nabi terus bersabar dan Ridho dengan penyakitnya.

Dalam konteks kekinian kata Bendri, maka penting supaya umat muslim menjaga lisan dari kata-kata dan kalimat yang tidak baik. Sebagaimana Rosulullah SAW, ajarkan agar dalam kesulitan Rosul tetap berucap Alhamdulillah ‘ala kulli haalin. Artinya segala puji bagi Allah dalam segala urusan

“Termasuk dalam situasi ditimpa musibah ini. Allah ingin melihat bagaimana kita dalam situasi ditimpa musibah ini, Allah ingin melihat sejauh mana kita, apakah kita masih (dapat) melihat banyaknya nikmat yang diberikan Allah kepada kita,” ucapnya.

Selain itu, Bandri juga berpesan agar umat muslim terus menunjukkan sikap optimis dan selalu berkata-kata baik. Karena kalimat positif itulah yang akan menjadi isyarat kehidupan dimasa datang.

“Lisan yang mengeluarkan (kata-kata) negatif atau sumpah serapa dalam situasi ini maka bisa jadi berdampak pada kehidupan kita buruk di masa depan. Makanya lisan ini bagian dari ketakwaan. Menjaga lisannya agar senantiasa baik,” jelasnya.

KHAZANAH REPUBLIKA