16 Cara Meningkatkan Iman (2-Habis)

ORANG yang hidup tanpa iman ia seperti rumah tanpa pondasi dan akar yang kuat. Ia akan mudah rapuh, rapuk, dan bahkan tidak akan bisa melindungi orang yang menghuni rumah. Begitupun iman dan taqwa dalam diri manusia. Ia akan melindungi dari segala macam kesesatan, keterperukan, dan berbagai bencana lainnya dalam hidup manusia.

Manusia adalah makhluk yang sering lalai dan tidak awas diri, untuk itu masalah iman dan taqwa pun juga bisa menurun tanpa mengenal waktu. Berikut adalah 16 cara agar manusia dapat meningkatkan iman,

9- Cara Meningkatkan Iman: Menjauhi Lingkungan yang Buruk

Jika kita merasa belum bisa untuk beradabtasi dan menghindari segala kemaksiatan, maka pilihan kita bisa menjauhi lingkungan tersebut sampai kekuatan iman dan taqwa kita meningkat. Menjaga diri lebih baik ketimbang harus tetap berada dalam lingkungan yang membuat diri kita semakin memburuk.

Akan tetapi, menjauhi lingkungan yang buruk bukan berarti kita harus bersikap eksklusif sehingga tidak ada interaksi sosial dengan manusia lainnya. Allah sendiri menyuruh kita untuk bersosialisasi dan bersyiar agar tercitrakan islam yang baik di masyarakat.

Ilmu, Ilahi Rabbi, sabar, manusia hebat
Foto: Unsplash

10- Cara Meningkatkan Iman: Tidak Terlena dengan Kehidupan Dunia

Dunia bisa menawarkan kebahagiaan ataupun kesedihan walaupun semuanya hanya sementara. Untuk itu, menjaga dan meningkat keimanan dan ketaqwaan dapat kita lakukan dengan cara menjaga diri agar tidak terlena dengan kehidupan dunia. Biasanya dengan terlena kehidupan dunia, kita juga lupa dengan Allah dan perintahnya. Untuk itu, berhati-hati baik dalam kondisi apapun agar tidak terjebak pada urusan duniawi semata.

Untuk itu bisa juga kita mempelajari bagaimana cara sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam agar tidak salah menempatkan dunia dalam hidup.

11- Cara Meningkatkan Iman: Mengikuti Majelis Ilmu

Menghadiri majelis ilmu adalah cara juga agar keimanan dan ketaqwaan kita bisa meningkat. Majelis ilmu tentu akan memberikan kita banyak hikmah dan juga pencerahan. Bagaimanapun, ilmu selalu kita butuhkan dan membuat diri kita semakin baik setiap saat. Hadirilah majelis ilmu, yang membahas ilmu islam, ilmu pengetahuan yang bermanfaat, agar kebesaran Allah semakin hadir dalam diri kita.

Hal ini juga disampaikan dalam Al-Quran, “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadilah : 11)

12- Cara Meningkatkan Iman: Mengasah Akal dan Menjauhi Hawa Nafsu

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.” (QS Ar-Rum : 24)

Surah Al-Kahfi Langkah, Zuhud menurut Imam Al-Ghazali Taubat Laki-Laki Penghuni Surga Tanda Allah Mencintai Hamba-Nya, Kunci Agar Awet MudaWaktu Mengucapkan Subhanallah, Selamat Dunia Akhirat, Syarat Taubat Diterima, Keutamaan Menunjukkan Kebaikan dalam Islam, Makna Rukun Iman, Tujuan Hidup, iman, Keutamaan Akhlak Mulia, Batasan Aurat Lelaki, muslim terbaik, Syafaat Nabi, Cara Meningkatkan Iman
Foto: Pixabay

Ayat tersebut menunjukkan bahwa keimanan dan rasa takut kepada Allah hanya akan muncul jika kita menggunakan akal dengan benar. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita bukan hanya persoalan spiritual tapi membutuhkan daya pikir dan nalar yang baik. Untuk itu, dalam meningaktkan keimanan maka dibutuhkan terus menerus mengasah akal agar akal kita tunduk kepada yang benar bukan kepada hawa nafsu semata.

Maksiat menjadi penyebab kendornya iman seseorang. Untuk itu, wajib bagi Anda untuk menghindari maksiat sebagai salah satu cara menguatkan iman Anda. Godaan melakukan maksiat sangatlah kuat di dunia ini. Karena itu, Anda harus benar-benar menjaga tangan, kaki, mata, telinga, lidah, dan anggota tubuh yang lainnya untuk tidak bergerak melakukan kemaksiatan.

BACA JUGA:

13- Cara Meningkatkan Iman: Memperbanyak Syukur, Menjauhi Mengeluh

Memperbanyak syukur dan menjauhi mengeluh bisa juga meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita. Syukur berarti kita selalu mencari nikmat dan rezeki Allah di setiap saat dalam kondisi apapun. Dengan begitu kita bisa tetap yakin bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan senantiasa membantu kita untuk mendapatkan nikmat dan rezeki yang banyak.

14- Cara Meningkatkan Iman: Memperbanyak Dzikir

Dengan berdzikir artinya kita sedang mengingat Allah. Dzikir tidak selalu dalam bentuk bacaan yang panjang atau dalam berbagai hitungan. Berdzikir mengingat Allah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Mengingat segala hukum Allah, hukum pengetahuan yang ada di alam ciptaan Allah ataupun adzab atau hukuman Allah. Untuk itu, orang yang berdzikir akan mendekati kepada Allah dan semakin cinta akan syariat Allah.

15- Cara Meningkatkan Iman: Mengikuti Sunnah Rasul

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS Al Baqarah : 285)

Dalam ayat diatas, menunjukkan bahwa mengikuti sunnah Rasul adalah cara yang bisa juga dilakukan untuk meningkatkan iman dan taqwa. Sunnah rasul atau apa yang Rasulullah lakukan sejatinya adalah jalan-jalan yang diarahkan menuju Ridho Allah SWT. Untuk itu, muslim yang mengikuti sunnah rasul tentu akan mendapatkan juga jalan dan arah yang sama sebagaimana Rasulullah.

16- Cara Meningkatkan Iman: Menikmati Hidup yang Allah Berikan

Iman dan taqwa yang kuat serta senantiasa meningkat hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang menikmati hidup dari Allah SWT. Mereka akan mendapatkan keimanan dan ketaqwaan karena merasakan hidup yang penuh syukur, nikmat, pertolongan Allah, dan rezeki. Mereka yang merasakan ini tentu akan mendapatkan kenikmatan hidup dunia dan akhirat.

Keutamaan Tawadhu, Peran Pemuda dan Santri, Selamat Dunia Akhirat, Ketidaktahuan Hamba, Amalan Pelebur Dosa di Bulan Ramadhan, Sifat Lelaki Sejati, ibadah, keutamaan berdoa, obat hati, Ustadz Adi Hidayat, Kandungan Doa Sapujagat, Cara Meningkatkan Iman
Foto: Unsplash

Hal ini juga disampaikan dalam ayat berikut, “Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata” (QS Adh Dhukan : 33)

BACA JUGA: Percik-Percik Keimanan

Kunci dari semua jalan meningkatkan iman adalah menjalankan semuanya secara bertahap, konsisten, sungguh-sungguh, niat yang lurus dan selalu berusaha untuk mencari lingkungan atau proses kondisi diri yang baik. Bagaimanapun juga manusia memiliki kelemahan dan semua itu harus dicoba dengan pengondisian eksternal.

Tanpa konsisten yang tinggi tentu saja iman  tidak akan meningkat, justru malah stagnan atau bahkan melemah. Maka itu iman  jika ingin meningkat ia harus dipupuk terus menerus, dipelihara dan jangan sampai terperosok jurang kesesatan yang lebih dalam.

Untuk itu, umat islam harus senantiasa mengingat bahwa sekali terpuruk maka syetan akan selalu menggoda untuk jatuh lebih dalam. Sebelum terpuruk, maka jangan sampai kita mendekati atau menyentuh lingkaran yang dibuat oleh setan untuk menjebak manusia. Hal ini sebagiamana juga disampaikan dalam ayat,

“Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan bagi mereka azab yang pedih.” (QS Ali Imran : 177). []

HABIS

16 Cara Meningkatkan Iman (1)

IMAN kepada Allah merupakan modal dasar paling berharga bagi seorang mukmin agar selamat hingga negeri akhirat. Sebagai seorang Muslim di zaman sekarang ini, bagaimana cara meningkatkan iman bagi kita?

Para salafuna ash-shalih sangat memperhatikan perkara keimanan karena iman itu fluktuatif, bisa bertambah dan berkurang sebagaimana keyakinan ahlus sunnah wal jama’ah. Generasi terdahulu senantiasa berupaya menaikkan kualitas iman dengan ilmu dan amal sholih.

Sebagai manusia, Allah menciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah SWT sekaligus untuk diuji kelak untuk menentukan nasib hidup manusia selanjutnya di akhirat. Untuk bisa menjalankan tujuan tersebut tentu saja manusia wajib untuk memiliki iman dan taqwa agar ia mampu juga mau menjalankan segala perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Jika itdak, tentu akan mendatangkan kemalasan untuk melaksanakan segala perintah Allah tersebut.

Tanpa adanya iman  manusia tidak akan bisa menjalankan kehidupan dengan ridho dan petunjuk Allah SWT. Untuk itu, iman dan taqwa mampu menyelamatkan kita bukan hanya di dunia namun juga kelak di akhirat. Untuk itu, ia adalah pondasi kehidupan manusia.

Orang yang hidup tanpa iman  ia seperti rumah tanpa pondasi dan akar yang kuat. Ia akan mudah rapuh, rapuk, dan bahkan tidak akan bisa melindungi orang yang menghuni rumah. Begitupun iman dan taqwa dalam diri manusia. Ia akan melindungi dari segala macam kesesatan, keterperukan, dan berbagai bencana lainnya dalam hidup manusia.

Manusia adalah makhluk yang sering lalai dan tidak awas diri, untuk itu masalah iman dan taqwa pun juga bisa menurun tanpa mengenal waktu. Berikut adalah 16 cara agar manusia dapat meningkatkan iman,

1- Cara Meningkatkan Iman: Memperbaiki Shalat

Untuk bisa meningkatkan iman salah satu caranya adalah dengan memperbaiki shalat. Shalat saja tidak cukup, melainkan membutuhkan shalat khusuk dan berkualitas. Itulah shalat yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan.

Rahasia Shalat Dhuha, Waktu Terlarang Shalat Dhuha,, Cara Sujud yang Benar
Foto: Unsplash

Hal mengenai shalat juga disampaikan dalam ayat sebagai berikut, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”  (QS Al Ankabut : 45)

Selain shalat wajib juga bisa melaksanakan shalat sunnnah seperti : Shalat Taubat , Shalat Lailatul Qadar, Shalat Malam Sebelum Tidur, dll.

2- Cara Meningkatkan Iman: Mentadaburi Al-Quran

Darimana kita bisa meyakini dan memiliki ketaqwaan kepada Allah? Tentu saja sumbernya adalah Al-Quran yang memberikan kita petunjuk. Untuk itu dalam meningkat iman dan taqwa membaca sumbernya adalah jalan yang tepat.

Dengan membaca Al-Quran bukan berarti membaca teksnya, melainkan mentadaburi isinya, dan menjadikannya Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan Sehari-hari serta Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia.

Hal ini sebagaimana Allah sampaikan dalam Surat Yunus ayat 37, “Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.”

3- Cara Meningkatkan Iman: Berkumpul dengan Orang Shaleh

Salah satu Cara Meningkatkan Iman  yaitu bercengkrama dengan orang saleh. Orang shaleh memupuk iman, sedangkan bersamanya maka kita akan termotivasi dan semangat menjalankan segala perintah-perintah Allah.

Manusia makhluk sosial, membutuhkan teman dan pendampingan agar hidupnya berwarna dan terdapat dorongan yang berasal dari luar.

Carilah orang-orang yang shaleh. Bentuklah interaksi bersamanya dan biarkan kita bersosialisasi dan saling mengingatkan kebaikan dengan mereka untuk membantu kita tetap dalam keimanan kepada Allah SWT.

4- Cara Meningkatkan Iman: Membaca Buku-Buku Islam

Salah satu sumber keimanan adalah ilmu yang kita miliki. Adanya kebermanfaatan ilmu membuat iman dan taqwa kita semakin bertambah.

https://youtube.com/watch?v=_RGowO3ju-E%3Fstart%3D4%26feature%3Doembed

Salah satunya dengan membaca buku-buku islam yang diwariskan ulama atau orang berilmu secara benar lainnya. Ilmu Tasawuf Modern, Ilmu Tauhid Islam, dan Ilmu Kalam dalam Islam  bisa juga dipelajari karena sebagai bagian dari ilmu yang membentuk pondasi keimanan.

5- Cara Meningkatkan Iman: Mempelajari Ilmu Pengetahuan

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya” (QS Al Hajj : 8)

Ilmu di dunia ini segalanya milik Allah. Yang benar adalah milik Allah, hanya manusia saja kadang tidak menangkapnya secara seksama dalam kehidupan sehari-hari. Membaca ilmu pengetahuan dan mempelajarinya akan membuat kita semakin tunduk dan takjub, karena ilmu manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang Allah miliki.

Ilmu manusia hanya setetes dari luasnya samudera. Hal ini karena Islam dan Ilmu Pengetahuan tentu saling mendukung bukan bersebrangan.

6- Cara Meningkatkan Iman: Mentadaburi Alam Semesta

Alam semesta jagad raya ini adalah milik Allah SWT. Untuk itu, mentadaburi alam semesta juga salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa.

Aktivitas ini membuat kita semakin yakin dan takjub akan segala ciptaan Allah SWT. Dengan mempelajari kebesaran Allah dan segala isinya, maka keyakinan dan ketaqwaan kita kepada Allah juga akan semakin meningkat.

Hal ini juga disampaikan Allah dalam QS Fushilat ayat 37, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.”

Manfaat Wudhu, adab wudhu, Tata Cara Wudhu, Kesalahan ketika Wudhu, Keutamaan Wudhu, Obat Hati Gelisah, Manisnya Iman,
Foto: iStock

7- Cara Meningkatkan Iman: Menjalankan Perintah Allah Secara Konsisten

Menjalankan perintah Allah tentu akan memiliki dampak. Untuk itu, merasakan manfaat dan kebermaknaan dari perintah Allah hanya akan didapatkan ketika kita benar-benar menjalankannya.

Misalnya saja, ibadah puasa sebagai bentuk pelatihan diri. Kita tidak akan bisa merasakan manfaat puasa terhadap kesehatan jika tidak melaksanakan amalan ibadah puasa itu sendiri.

Semakin tinggi dan sering kita melaksanakan perintah Allah maka akan semakin tinggi pula kita merasakan kebermaknaan akan nilai-nilai islam dan kebermanfaatannya bagi diri kita.

8- Cara Meningkatkan Iman: Melakukan Evaluasi Diri

Sebelum melakukan peningkatan biasanya maka diperlukan evaluasi terlebih dahulu. Untuk bisa terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tentu manusia juga harus melaksanakan evaluasi diri. Evaluasi ini adalah untuk mengukur sejauh apa kita telah beriman dan melaksanakan perintah Allah.

Evaluasi harus dijalankan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain. Untuk itu, yang mengukurnya adalah diri kita sendiri, karena diri lah yang lebih tau bagaimana keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. []

BERSAMBUNG

3 Tanda Iman Melemah

APA tanda iman melemah?

Memang, iman itu terkadang naik dan turun, ketika iman kita sedang naik maka rasa dekat dengan Allah pun semakin terasa, dan ibadah akan lebih nikmat.

Beda rasanya jika iman kita sedang turun, rasa malas itu senantiasa menggelayuti setiap ativitas ibadah kita. Ada beberapa hal yang akan membuat iman kita melemah, diantaranya yaitu.

1- Tanda Iman Melemah: Menuruti Angan-angan

Terkadang, secara tiba-tiba seseorang bisa saja mengalami kekesalan, merasa apa yang diupayakan tidak akan bisa mencapai apa yang diinginkan, yang telah lama menjadi angan-angan dalam hidupnya.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu beliau berkata, “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membuat segi empat, kemudian membuat garis panjang hingga keluar dari persegi tersebut, dan membuat garis-garis kecil dari samping menuju ke tengah.

Kemudian beliau berkata, Inilah manusia, dan garis yang mengelilingi ini adalah ajalnya, dan garis yang keluar ini adalah angan-angannya.

Garis-garis kecil ini adalah musibah dalam hidupnya, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini.” (HR. Bukhari).

Demikian juga yang sudah tidak lagi diuji dengan masalah ekonomi, tetapi hidupnya telah diperkuda ambisi. Sehari-hari hanya pusing menghendaki ambisinya menjadi kenyataan.

Dari Anas beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap anak Adam akan menjadi tua dan hanya tersisa darinya dua hal: ambisi dan angan-angannya.” (HR. Baihaqi).

Di sinilah setiap Muslim penting memahami makna dan implementasi dari perintah untuk ridha dengan apa yang Allah berikan di dalam kehidupan dunia ini. Harapan terbesar yang harus terus diperkuat adalah teguhnya iman demi kebahagiaan di akhirat.

2– Tanda Iman Melemah: Tidak Mencintai Majelis Ilmu

Orang yang diperkuda angan-angan dan ambisi biasanya tidak tertarik dengan ilmu, sehingga sulit baginya berdzikir dalam makna yang sesungguhnya.

Akibatnya hidup kian tidak tenang dan hati semakin kering kerontang dari siraman iman yang sangat dibutuhkan.

Padahal, taman surga ada di dalam majelis ilmu. Rasulullah bersabda, “Jika kalian melewati taman surga maka singgahlah dengan hati senang.”

Para sahabat bertanya, “Apakah taman surga itu?” Beliau menjawab, ” halaqoh-halaqoh dzikir” (atau halaqoh ilmu).” (HR. Tirmidzi).

Dikatakan taman surga, karena hanya orang yang benar-benar berilmulah yang takut kepada Allah Ta’ala.

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-orangyang berilmu.” (QS. Fathir [35]:  28).

3- Tanda Iman Melemah: Tidak Mau Lepas Dari Pergaulan Yang Salah

Salah satu poin dari syair tombo ati yang populer adalah “Wong Kang Sholeh Kumpulono” yang artinya “Berkumpullah dengan orang-orang yang sholeh.”

Rasulullah menegaskan bahwa iman seseorang juga dipengaruhi oleh dengan siapa ia bergaul. “Seseorang dapat dinilai dari agama kawan setianya, maka hendaklah di antara kalian melihat seseorang dari siapa mereka bergaul.” (HR. Al-Hakim).

Tanda Iman Melemah, Tidak Akan Sulit Jika Punya Tekad

Sejauh seseorang mengerti kebaikan, namun enggan atau mungkin menunda-nunda untuk meninggalkan pergaulan yang ia tahu sebenarnya mesti segera ditinggalkan, tetapi malah tidak memupuk tekad yang sungguh-sungguh, maka pasti akan semakin sulit baginya untuk mengembalikan kebeningan hatinya.

Seorang maling tidak mungkin memikirkan majelis taklim. Artinya, kebiasaan, pergaulan benar-benar menentukan pola pikir dan perilaku keseharian seseorang.

Tanda Iman Melemah, Peringatan dari Rasulullah

Oleh karena itu, Rasulullah memberikan rambu yang jelas dan tegas. “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia duduk (di suatu majelis) yang dihidangkan padanya minuman keras.” (HR. Abdu Dawud dan Ibn Majah).

Jadi, mari bersungguh-sungguh, mencari dan berteman, bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang yang sholeh. Hal ini akan sangat membantu akal sehat segera pulih dan hati secara perlahan-lahan akan kembali bisa menangkap cahaya Ilahi (hidayah), sehingga semakin kuat keimanan di dalam dada. []

SUMBER: HIDAYATULLAH

ISLAMPOS

Mengenal Tanda Fluktuasi Iman

Iman bisa naik turun dan mengalami fluktuasi, iman tidak hanya dibernarkan di hati, ia diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal

SEBAGAIMANA arus listrik, iman bisa mengalami naik dan turun atau mengalami fluktuasi. Karena itu diperlukan penjagaan agar terus berjalan stabil.

Iman menjadi sumber energi bagi seorang mukmin untuk bergerak menyemai kebaikan, kebenaraan dan keindahan dalam kehidupan. Iman juga energi untuk mencegah kejahatan, kebatilan dan kerusakan di muka bumi.

Iman pula yang merubah individu menjadi baik. Ujungnya, dengan kebaikan individu menjalar dalam kehidupan masyarakat sehingga membentuk masyarakat yang baik.

Pengaruh iman terhadap individu Muslim yang kaya menjadi dermawan; yang miskin mampu menjaga kehormatan dan harga diri dari sikap meminta-minta; yang berkuasa mampu berbuat adil; yang kuat menjadi penyayang; yang cerdas menjadi rendah hati; yang bodoh menjadi pembelajaran; begitu seterusnya. Intinya, iman membentuk individu Muslim menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat (umat).

Yang perlu dipahami adalah bahwa iman mengalami fluktuasi, naik dan turun. Iman dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Oleh karena itu, pelaku dosa dari kalangan orang yang beriman tidak sama dengan orang yang tidak melakukannya, namun ia juga tidak dikeluarkan dari keimanan. Pelaku dosa tersebut dikatakan mukmin yang minim (lemah) iman (mu’min naqishul iman), atau orang mukmin dengan keimanannya dan fasik dengan dosanya (mu’min bi imanihi wa fasiq bi kabiratihi).

Ahlussunnah memandang bahwa keimanan dan dosa besar bisa berkumpul dalam diri seseorang tanpa ia keluar dari keimanannya selama dosa besar tersebut bukan dosa syirik, tetapi ia juga tidak lagi sempurna keimanannya akibat melakukan dosa tersebut. Bertolak dari konsep fluktuasi iman, orang yang beriman berada pada tingkatan yang berbeda-beda.

Diantara mereka, terdapat orang yang memiliki keimanan sempurna, seperti para nabi dan para shiddiqin; juga ada yang imannya sedang; dan ada pula yang sangat kurang. Ahlussunnah mengklasifikasi orang yang beriman secara global menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat dzalim linafsihi, muqtashid, dan sabiqun bil-khairat sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran.

ثُمَّ اَوۡرَثۡنَا الۡكِتٰبَ الَّذِيۡنَ اصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۚ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِهٖۚ وَمِنۡهُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ۚ وَمِنۡهُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَيۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰهِؕ ذٰلِكَ هُوَ الۡفَضۡلُ الۡكَبِيۡرُؕ

“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS: Fathir [35]: 32).

Untuk mengetahui seseorang dikatakan beriman atau tidak, tidak bisa hanya melihat pengakuannya saja. Para ulama mengatakan “Iman adalah membenarkan di dalam hati (at Tashdiqu bil qalbi), diucapkan dengan lisan (qaulun billisan), dan dibuktikan dengan amal anggota tubuh (amalun bil arkan wal jawarih).
Berikut hal-hal yang dapat meningkatkan keimanan, karenanya seorang Muslim harus berupaya untuk melakukan hal-hal tersebut agar keimanan tetap terjaga dengan baik.

Pertama, ilmu

Menambah ilmu merupakan jalan untuk meningkatkan keimanan. Ilmu dalam hal ini adalah ilmu mengenal Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan ayat-ayat-Nya.

الَّذِيۡنَ يَذۡكُرُوۡنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوۡدًا وَّعَلٰى جُنُوۡبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُوۡنَ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
الَّذِيۡنَ يَذۡكُرُوۡنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوۡدًا وَّعَلٰى جُنُوۡبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُوۡنَ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ilmu mengenai Rasulullah ﷺ termasuk akhlak, syariat yang dibawanya, memahami perjalanan hidupnya dalam ibadah dan muamalah, termasuk dalam memahami Kitabullah dengan segala isinya.

Kedua, amal

Keimanan akan semakin kuat dengan memperbanyak amal shaleh dan melakukan ketaatan. Sedangkan sedikit amal shaleh dan tenggelam dalam nafsu syahwat akan sangat mudah melemahkan iman.

Ketiga, dzikir

Dzikir adalah mengingat Allah dengan segala sifat dan keagungan-Nya, membaca firman dan ayat-ayat-Nya. Dzikir dapat melestarikan keterpautan hati dengan Sang Pencipta. Sebaliknya, kurang dzikir akan menimbulkan kelalaian dan lupa kepada Allah SWT.

Allah berfirman bahwa di antara sifat-sifat orang yang beriman adalah selalu berdzikir dalam berdiri, duduk, dan berbaring.

HIDAYATULLAH

Faktor Internal Perusak Iman (Bag. 1)

Iman seorang mukmin bisa bertambah dan bisa pula berkurang. Ada beberapa hal yang bisa merusak iman seseorang, baik menyebabkan berkurang atau bahkan membatalkan iman. Berikut akan disebutkan hal-hal yang bisa merusak iman, baik berupa faktor internal maupun faktor eksternal. Pada kesempatan ini akan dijelaskan telebih dahulu mengenai faktor-faktor internal perusak iman.

Faktor pertama, kebodohan

Faktor internal yang pertama adalah al-jahl (الجهل) yaitu bodoh karena tidak berilmu. Kebodohan merupakan faktor internal paling utama yang akan merusak iman seseorang. Bodoh adalah lawan dari ilmu. Sebagaimana halnya ilmu akan menambah iman dan memperkokoh keimanan seseorang, maka kebodohan berupa ketiadaan ilmu akan menyebabkan lemahnya iman. Oleh karena itu, para nabi menjelaskan kepada kaumnya dalam banyak ayat bahwa sebab mereka terjerumus dalam perbuatan syirik dan maksiat adalah karena kebodohan. Allah Ta’ala berfirman tentang kaum Nabi Musa,

قَالُواْ يَا مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَـهاً كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

Bani lsrail berkata, ‘Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala).’ Musa menjawab, ‘Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang bodoh (tidak mengetahui)’” (QS. Al-A’raf: 138).

Allah Ta’ala berfirman tentang kaum Nabi Luth,

وَلُوطاً إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ النِّسَاء بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)? Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang bodoh (tidak mengetahui) (akibat perbuatanmu)’” (QS. An-Naml: 54-55).

Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam,

قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ

Katakanlah, ‘Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang bodoh?’” (QS. Az-Zumar: 64).

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS. Al-Ahzab: 33).

Masih banyak ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat-ayat di atas.

Kebodohan adalah induk berbagai macam penyakit dan sumber musibah. Ketika seseorang bodoh tentang agama Allah dan tentang hal-hal yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, maka akan muncul darinya perbuatan maksiat dan menyimpang dari agama Allah. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوَءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلَـئِكَ يَتُوبُ اللّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللّهُ عَلِيماً حَكِيماً

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kebodohan/kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nisa: 17).

Kebodohan yang dimaksud dalam ayat ini adalah kebodohan pelaku maksiat terhadap dampak maksiat – yaitu akan menyebabkan murka Allah dan datangnya azab – sehingga dengan mudahnya dia tenggelam dan bergelimang dalam kemaksiatan. Oleh karena itu, setiap yang bermaksiat kepada Allah, sejatinya dia berada dalam keadaan bodoh terhadap dampak maksiat berupa kebinasaan di dunia dan akhirat.

Faktor kedua, lalai

Faktor internal yang kedua yaitu al-ghafla (الغفلة) yang berarti lalai. Apabila seorang hamba lalai tentang tujuan untuk apa dia diciptakan, maka imannya pun akan melemah. Allah Ta’ala mencela sifat lalai dalam kitab-Nya, dan memperingatkan dengan keras kepada orang-orang yang lalai. Allah Ta’ala menerangkan dalam Al Qur’an bahwasanya hal tersebut merupakan sifat orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنَّ كَثِيراً مِّنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lalai/lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami” (QS. Yunus: 92).

Allah Ta’ala juga berfirman,

يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai” (QS. Ar-Rum: 7).

Sifat lalai merupakan penyakit berbahaya yang menimpa seseorang dan akan menjauhkannya dari mengingat Allah dan melaksanakan perintah-Nya.

Faktor ketiga, berpaling dari kebenaran

Faktor internal yang ketiga adalah al-a’radh (الأعراض) yang maknanya berpaling. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa” (QS. As-Sajdah: 22).

Berpaling dari perintah Allah Ta’ala adalah sifat orang-orang yang ingkar yang Allah murkai. Tidak selayaknya seorang hamba ketika mendengar kalam Allah atau mendengar hadis nabi berpaling darinya. Kewajibannya adalah menerimanya dengan menaati perintah dan mengikutinya.

Telah sahih dari Abu Waaqid al Laitsi Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah duduk di masjid bersama para sahabat, kemudian datang kepada mereka tiga orang. Dua orang mendatangi Rasulullah dan satu orang lagi pergi. Keduanya tetap berada di hadapan Rasul. Orang pertama melihat ada celah kosong di majelis dan dia segera duduk. Orang yang kedua memilih duduk di belakangnya. Adapun orang yang ketiga pergi keluar. Ketika telah selesai, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ألا أخبركم عن النفر الثلاثة‏:‏ أما أحدهم، فأوى إلى الله، فآواه الله ، وأما الآخر فاستحيى فاستحيى الله منه، وأما الآخر، فأعرض، فأعرض الله عنه‏

“Maukah kuberitahu tentang tiga orang tadi ? Adapun yang pertama dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah pun melindunginya. Adapun orang yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Adapun orang yang ketiga, dia berpaling, maka Allah pun berpaling darinya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikianlah di antara faktor-faktor internal yang bisa merusak iman seseorang. Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari perkara-perkara yang bisa merusak keimanan.

[Bersambung]

***

Penulis: Adika Mianoki

Artikel: Muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/72023-faktor-internal-perusak-iman-bag-1.html

Obat bagi yang Lemah Iman

Iman akan bertambah dan berkurang dalam hati orang mukmin. Dan seseorang perlu untuk memperbarui iman di dalam hatinya.

Dilansir dari laman Islam Online pada Senin (1/11), Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

“Iman di dalam hati salah seorang di antara kalian sudah aus (terkikis) sebagaimana usangnya pakaian, maka mintalah kepada Allah untuk memperbarui iman di dalam hati kalian.” (HR Al Haakim)

Terdapat beberapa cara untuk memperkuat iman dalam hati seorang muslim, ringkasnya, sarana untuk meningkatkan keimanan dapat dirangkum dalam tauhid dan taubat, menghindari terjerumus ke dalam dosa besar, memohon ampun, wudhu, shalat, banyak melangkah ke masjid, zakat, puasa, dan zikir.

1. Tauhid: Keyakinan akan keesaan mutlak Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk meningkatkan iman

2. Tobat yang tulus: dan ini adalah pertobatan yang murni.

 3. Menghindari dosa besar: dosa besar adalah dosa yang memiliki hudud (hukuman atau batasan tertentu).

4. Peningkatan dalam mencari pengampunan: terutama pada sepertiga terakhir malam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: : “Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir. Alhamdulillahi wa subhaanallah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illa billah. (Artinya, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah dan Mahasuci Allah dan tidak ada ilah kecuali Allah dan Allah Mahabesar dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Dia) Kemudian dia mengucapkan: Allahummaghfir Lii (Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku) atau Dia berdoa (dengan doa apa saja), niscaya istigfar maupun doanya itu akan dikabulkan. Jika dia berwudhu, maka salatnya pasti diterima. (HR Bukhari).

 5. Wudhu:

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan amalan yang dengannya akan menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat? Para sahabat menjawab: mau wahai Rasulullah. Beliau bersabda: menyempurnakan wudhu di saat yang sulit, banyak melangkah menuju masjid, dan menunggu sholat setelah sholat, itulah ribath (perjuangan).” (HR Muslim)

6. Sholat dan berjalan kaki ke masjid:

“Dari Ibnu Mas’ud dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Amalan yang paling afdhal adalah mendirikan shalat (lima waktu) di awal waktu,” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. 

7. Puasa Ramadhan.

8. Membersamai hamba-hamba Allah Ta’ala yang saleh.

9. Banyak mengingat Allah: Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma. berkata bahwa Rasulullah ﷺ  bersabda, “Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air.” Beliau ditanya “Wahai Rasulullah, bagaimana cara membersihkannya?” Rasulullah ﷺ bersabda, “Memperbanyak mengingat maut dan membaca Alquran.” (HR Baihaqi)

IHRAM

Merasakan Manisnya Iman

Menguatkan iman akan meningkatkan ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT.

Iman adalah keyakinan yang diteguhkan dalam hati, diikrarkan dalam lisan, dan dibuktikan dalam tindakan. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Iman memiliki lebih dari 70 cabang. Yang paling tinggi ialah bersyahadat. Adapun yang terendah, menyingkirkan gangguan dari jalan.” (HR Muslim).

Menguatkan iman akan meningkatkan ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT. Sebaliknya, melemahnya iman akan membuat orang tersebut cenderung mengabaikan perintah-Nya dan mudah terjerumus dalam maksiat.

Sering kali, intensitas keimanan tidak stabil. Adakalanya naik. Tidak jarang pula melandai. Karena itu, penting sekali untuk selalu berupaya menjaga kualitas dan kuantitas amalan. Berikut ini adalah beberapa perbuatan yang, insya Allah, membuat seseorang bisa merasakan lezatnya iman.

Cinta yang Utama

Rasulullah SAW pernah mengungkapkan, “Ada tiga perkara yang apabila ada dalam diri seseorang, niscaya ia akan merasakan manisnya iman.” Hal pertama ialah menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yang lain. Itu selaras dengan firman Allah Ta’ala dalam Alquran surah at-Taubah ayat 24.

Artinya, “Katakanlah, ‘jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”

Maka, dalam hidup ini seorang Muslim hendaknya menyadari adanya cinta yang utama. Yakni, mencintai Allah dan Nabi Muhammad SAW.

Alasan Mencinta

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, hakikat cinta merupakan gerak jiwa dari sang pencinta menuju yang dicintainya. Dalam pandangan seorang sufi abad ke-10 M, ar-Rudzbari, cinta berarti menanggalkan egoisme pribadi. Katanya, “Selama belum keluar sepenuhnya dari dirimu, engkau belum masuk ke dalam batas cinta.”

Apabila cinta dihubungkan dengan keterangan dari Nabi SAW, maka diperoleh kesimpulan bahwa Allah-lah tujuan cinta yang paling luhur. Karena itu, lezatnya iman akan dirasakan orang yang mencintai hanya karena-Nya. Dalam rumusan Rasulullah SAW, “Mencintai seseorang, dan ia (seorang Muslim) tidaklah mencintai kecuali karena Allah.”photoILUSTRASI Salah satu perkara yang memungkinkan orang merasakan manisnya iman ialah benci tidak berislam. – (DOK EPA Bagus Indahono)

Alasan Membenci

Ada cinta, ada pula kebencian. Perasaan itu bisa timbul dari dalam diri seorang manusia. Islam mengajarkan bahwa rasa benci tidak otomatis salah, asalkan diarahkan secara tepat. Misalnya, benci bermaksiat.

Dalam hadis sahih riwayat Imam Bukhari di atas, Nabi SAW menjelaskan, salah satu perkara yang memungkinkan seseorang merasakan manisnya iman ialah benci tidak berislam. “Benci untuk kembali pada kekufuran, sebagaimana ia (seorang Muslim) enggan dilemparkan ke neraka.”

Dengan demikian, benci dengan alasan itulah yang sebenarnya dianjurkan. Pada akhirnya, seorang Mukmin akan betul-betul bersyukur bahwa dirinya telah meyakini kebenaran Islam.

OLEH HASANUL RIZQA

KHAZANAH REPUBLIKA

Tanda Sabar, Iman, dan Berakal Menurut Rasulullah SAW

Di antara wasiat Rasulullah kepada sahabat Ali bin Abi Thalib adalah tentang tanda-tanda orang yang sabar, beriman, dan berakal. 

Ini dapat ditemukan dalam kitab Washiyat Al-Musthafa yang berisi wasiat-wasiat Rasulullah ke Ali bin Abi Thalib yang disusun Syekh Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy Syarani Al Anshari Asy Syafi’i Asy Syadzili Al Mishri atau dikenal sebagai Imam Asy Syaran.

Tanda orang sabar

يَا عَلِيُّ، عَلَامَاتُ الصَّبْرِ حُسْنُ السَّرِيْرَةِ عِنْدَ اللهِ وَحُسْنُ الْخِدْمَةِ “Wahai Ali, Tanda-tanda orang sabar itu bagusnya hati di sisi Allah, dan bagus khidmatnya (pada agama).” 

Maksudnya orang tersebut memiliki hati yang baik dan ditunjukan dengan khidmat yang baik kepada agama, ulama, umat. 

Tanda orang beriman

يَا عَلِيُّ، لِلْمُؤْمِنِ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ بُغْضُ الْمَالِ وَبُغْضُ النِّسَاءِ وَبُغْضُ الْكَلَامِ فِيْ أَعْرَاضِ النَّاسِ “Wahai Ali, orang yang beriman itu punya tiga tanda, tidak senang menumpuk-numpuk harta (adapun punya harta digunakan untuk kemaslahatan di jalan Allah), dan tidak senang wanita (yang melemahkan dalam agama), dan tidak senang membicarakan tentang kecacatan orang lain.” 

Tanda orang berakal

يَا عَلِيُّ، لِلْعَاقِلِ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ اَلْاِسْتِعَانَةُ بِالدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَاخْتِمَالُ الْجَفَا وَالصَّبْرُ عَلَى الشَّدَائِدِ “Wahai Ali, orang yang punya akal waras itu tandanya ada tiga. Yaitu menggunakan dunianya untuk kepentingan akhirat, dan sabar diperlakukan kasar orang lain, dan sabar atas situasi-situasi sulit.”  

KHAZANAH REPUBLIKA

6 Langkah untuk Mempertahankan Iman Bagi Mualaf

Iman bagi setiap Muslim terkadang naik dan turun tak terkecuali mualaf

Bagi seorang mualaf, momen menemukan Islam adalah agama yang benar dan jalan hidup terbaik terkadang menjadi fase yang sulit. Namun mempertahankan keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT juga menjadi fase yang lebih sulit.

Kondisi keimanan yang lemah ini tidak bisa dihindari dan tidak berarti bahwa seorang yang sedang  merasakannya adalah seorang Muslim yang buruk. Karena mempertahankan keimanan dengan banyak jug dirasakan oleh Muslim yang telah lama memeluk Islam. Hal ini karena Iman itu surut dan mengalir seperti sungai yang mengoceh di tengah padang rumput yang berumput. Nabi Muhammad SAW bersabda:

إن الإيمان ليخلق في جوف أحدكم كما يخلق الثوب، فاسألوا الله أن يجدد الإيمان في قلوبكم  “Iman di dalam hati salah seorang di antara kalian sudah aus (terkikis) sebagaimana usangnya pakaian, maka mintalah kepada Allah untuk memperbarui iman di dalam hati kalian.”  (HR Al Haakim)

Ada beberapa alasan mengapa iman berkurang setelah syahadat, seperti terlibat dalam kegiatan yang melanggar hukum hingga melakukan dosa besar dan kecil.  Kabar baiknya adalah bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan tingkat iman seperti dilansir dari About Islam sebagai berikut:

1. Meminta pertolongan Allah SWT

Ketika seseorang merasa imannya melemah atau hatinya sedang sakit, kembalilah kepada Tuhan dalam doa dengan permohonan yang tulus. Ketika hati seorang Muslim dipenuhi dengan ketaatan, cinta dan rasa syukur kepada Tuhan, Setan meningkatkan usahanya untuk membawa Muslim yang beriman menjauh dari Penciptanya. 

Dia melakukannya dengan was-was (bisikan) yang membuat seorang Muslim mempertanyakan imannya, merasa gugup tentang pilihannya atau bahkan menyebabkan dia lupa untuk melakukan ibadah tertentu seperti sholat wajib.

Cara lainnya adalah memperbanyak amal shaleh dan memperbanyak amal ibadah lainnya.  Lakukan dzikir (mengingat Allah), sesering mungkin dan membaca Alquran setiap hari.  Bersedekahlah semampumu, meski hanya senyuman atau uluran tangan kepada orang yang membutuhkan.  Yang terpenting, ingatlah bahwa Anda tidak sendirian menderita karena lemahnya iman, hal ini bisa terjadi pada setiap muslim.

2. Jalankan rukun Islam

Tuhan telah memberi kita resep sempurna untuk sukacita dan kesuksesan di dunia ini dan di akhirat.  Bagian pertama dari resep itu adalah dengan anugerah Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.  Bagian kedua adalah rukun Islam yang lima, yakni syahadat, sholat, zakat, puasa Ramadhan dan Haji.

Dalam arsitektur, pilar digunakan untuk menstabilkan bangunan dan memberinya kekuatan.  Demikian juga lima rukun Islam memberikan kekuatan bagi seorang Muslim.  

Dengan mengikuti lima rukun Islam, Anda menciptakan landasan yang kokoh bagi kehidupan sebagai seorang Muslim.  Sama seperti sebuah bangunan dengan pilar-pilar lemah yang terancam roboh, tidak mengikuti lima rukun Islam akan memiliki efek yang sama pada iman.

Sebagai seorang Muslim yang baru, mungkin para Mualaf membutuhkan waktu untuk mempelajari rukun Islam dengan sempurna.  Maka dibutuhkan juga beragam buku atau bacaan yang sejalan. Namun, memperdalam ilmu agama harus disegerakan agar bisa melakukan setiap rukun dalam lima pilar Islam.

3. Renungkan ciptaan Allah SWT

Keindahan bunga mawar saat kelopaknya berkembang dengan baik, kecerahan matahari saat terbit setiap fajar, tawa riang bayi untuk pertama kalinya, ini hanya beberapa dari tanda-tanda Tuhan yang nyata dalam ciptaan-Nya.  Yang harus Anda lakukan hanyalah membuka mata, melihat, dan merenung.  Allah SWT mengungkapkan dalam Alquran:

وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

“Dan di bumi terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman dengan pasti.  Dan juga dalam diri Anda sendiri.  Apakah kamu tidak akan melihat?.” (QS Az Zariyat 20-21)

4. Pelajari sifat-sifat Allah SWT

Ada 99 nama-nama indah Allah SWT dan mempelajarinya dengan sempurna adalah salah satu kunci surga menurut sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah RA:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال أنَّ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ قالَ: إنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وتِسْعِينَ اسْمًا مِئَةً إلَّا واحِدًا، مَن أحْصَاهَا دَخَلَ الجَنَّةَ

“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama (seratus dikurangi satu), siapa yang menghafalnya akan masuk Jannah.”  (HR Al-Bukhari)

Beberapa nama tersebut adalah: Ar Razzaq (Yang Maha Memberi), Al Sami’ (Yang Maha Mendengar) dan Al Ghafur (Yang Maha Pemaaf).  Dengan mempelajari nama dan sifat Pencipta kita, kita dapat lebih mengenal Tuhan kita. 

Cobalah untuk mempelajari setidaknya tiga nama sehari beserta artinya.  Pada akhir tiga puluh tiga hari, Anda akan mempelajari semua sembilan puluh sembilan nama Allah SWT.

5. Ketaatan 

Tidak ada yang bisa menghentikan seorang Muslim untuk mendengarkan lagu hit terbaru di pemutar lagu daring atau sekedar dari radio atau bahkan menyalakan TV untuk mendengarkan drama atau sitkom terbaru dari Hollywood.  Itulah sebabnya manusia memiliki kehendak bebas.

Namun, sebagai Muslim, kita tahu bahwa sebagian besar musik dan sebagian besar aspek televisi tidak menambah keimanan.  Kata-kata yang dirangkai menjadi sebuah lagu atau gambar-gambar kegiatan haram yang diputar di TV memiliki efek langsung pada hati manusia. 

Ini adalah kesalahpahaman besar jika Anda percaya bahwa melakukan kegiatan yang sia-sia ini tidak akan merugikan. Kebiasaan ini tidak hanya akan menyebabkan kerusakan, tetapi juga akan menghitamkan hati dan menyebabkan iman berkurang.

Dengan mentaati apa yang telah Allah tetapkan dalam Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad, dalam setiap aspek kehidupan. Umat Islam dapat memetik manfaat dari iman yang teguh dan tidak pernah goyah.

6. Bersahabat dengan orang saleh

Ingatlah bahwa sebagai seorang Muslim baru, Anda harus mengelilingi diri dengan orang-orang yang akan meningkatkan iman dan tidak sebaliknya.  Bertemanlah dengan seorang Muslim yang baik atau hubungi Imam di masjid setempat untuk mendapatkan bimbingan dan nasihat lebih lanjut.   

KHAZANAH REPUBLIKA

Bagan Tingkatan Iman (Bag. 2)

Bismillah walhamdulillah, washshalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Dari tafsir ayat dan syarah hadis yang telah disebutkan sebelumnya, maka tingkatan iman dapat digambarkan sebagai berikut.

Tingkatan iman terbagi menjadi dua : 1) Dasar Iman,  2) Kesempurnaan Iman.

Berikut penjelasannya :

  1. Dasar Iman

Yaitu batasan minimal kesahan iman. Tidaklah ada keimanan jika tanpanya.

Dalilnya adalah Alquran surat Fathir : 32 bagian zhalim linafsih, Al-Hujurat : 14 tentang status muslim Al-A’rab, dan ashabul masy’amah dalam Al-Waqi’ah:9, serta hadis Malaikat Jibril ‘alaihis salam tentang Islam.

Ciri khasnya :

  • Tingkatan ini disebut dengan ashlul iman (أصل الإيمان) atau al-iman al-mujmal (الإيمانُ المجمَلُ) atau muthlaqul iman (مُطلَق الإيمانِ)
  • Pelakunya disebut zhalim linafsihi (golongan yang menzhalimi diri sendiri) atau ashabul masy’amah (golongan kiri) atau
  • Ini tingkatan islam umumnya manusia, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah [1]
  • Lawan dari dasar iman adalah kekafiran, sehingga orang yang tidak memiliki dasar iman ini, maka ia kafir.
  • Setiap dosa yang membatalkan keislaman, baik berupa ucapan, perbuatan maupun keyakinan, maka berakibat meniadakan dasar iman.
  • Tingkatan dasar iman ini tidak mengenal status berkurang, dan hanya mengenal status tiada atau bertambah sehingga naik ke tingkatan kesempurnaan iman yang wajib.
  • Barangsiapa yang memiliki dasar iman, maka ia dihukumi seorang muslim, dan berlaku hukum-hukum seorang muslim di dunia, dan jika berhasil mempertahankan dasar iman sampai meninggal dunia, maka di akhirat ia terhindar dari kekekalan di Neraka, dan pasti tempat akhirnya di Surga.
  • Setiap ada dalil yang meniadakan keimanan dari diri pelaku maksiat, pastilah ia digolongkan ke dalam pemilik dasar iman ini, karena berarti ditiadakan darinya tingkatan iman di atasnya, yaitu tingkatan kesempurnaan iman yang wajib.
  • Seseorang yang memiliki dasar iman saja -tidak menunaikan kesempurnaan iman yang wajib- disebut sebagai ashabul masy’amah (golongan kiri), sebagaimana diisyaratkan oleh pakar Tafsir dari kalangan Sahabat, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, dan disebutkan oleh pakar Tafsir dari kalangan Tabi’in, Mujahid rahimahullah dalam Tafsir At-Thabari. Alasannya, karena ia terancam azab, namun keimanannya menyebabkan ia pada akhirnya menjadi Ashabul Maimanah (golongan kanan), demikian penjelasan Ibnul Qoyyim dalam Tafsir Ibnul Qoyyim.

Baca Juga: Mendoakan Saudara Semuslim Tanpa Sepengetahuannya adalah Tanda Jujurnya Keimanan

  1. Kesempurnaan iman

Ada 2 macam kesempurnaan iman:

a. Kesempurnaan iman yang wajib

Dalilnya adalah Alquran surat Fathir : 32 bagian Muqtashid, dan Ashabul Maimanah dalam Al-Waqi’ah: 8, serta hadis Malaikat Jibril ‘alaihis salam tentang Iman.

Ciri khasnya :

  • Tingkatan ini disebut dengan kamalul iman al-wajib (كمال الإيمان الواجب) atau al-iman al-wajib (الإيمان الواجِب) atau al-iman al-mufashshol (الإيمانَ المفَصَّل) atau al-iman al-muthlaq (الإيمان المُطلَق) atau haqiqatul iman (حقيقة الإيمان)
  • Pelakunya disebut Muqtashid (golongan pertengahan) atau Ashabul Maimanah (golongan kanan) atau Mukmin (golongan yang sampai derajat Iman).
  • Tingkatan ini adalah keimanan yang lebih dari sekedar dasar iman, sehingga untuk meraihnya seorang hamba harus memiliki dasar iman dan kesempurnaan iman yang wajib dengan melaksanakan seluruh kewajiban dan menghindari seluruh kemaksiatan.
  • Apabila tercapai tingkatan kesempurnaan iman yang wajib ini, maka pelakunya masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.
  • Tingkatan kesempurnaan iman yang wajib ini merupakan syarat minimal untuk masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.[2]
  • Jika tingkatan kesempurnaan iman yang wajib ini ditinggalkan, maka pelakunya berdosa, Meskipun statusnya sebatas kesempurnaan, tetapi wajib dilakukan. Oleh karena itu, dinamakan kesempurnaan iman yang wajib. Namun masih muslim, karena masih ada dasar iman.
  • Tingkatan kesempurnaan iman yang wajib ini mengenal status bisa berkurang dan bisa bertambah. Bisa berkurang sehingga menjadi turun ke dasar iman, dan bisa bertambah sehingga naik ke tingkatan kesempurnaan iman yang sunnah.
  • Tingkatan ini diraih dengan meninggalkan syirik dan setingkatnya, bid’ah dan maksiat sehingga bersih dari seluruh dosa di akhir hayat seorang hamba.
  • Makna “bersih dari seluruh dosa” adalah meninggal dalam keadaan sudah bertaubat dari seluruh dosa, atau dosanya sudah terlebur dengan pelebur (mukaffirat) dosa.
  • Sebagian ulama menjelaskan bahwa melakukan dosa kecil tidaklah mengeluarkan pelakunya dari tingkatan kesempurnaan iman yang wajib, karena terlebur dengan kebaikannya dan terlebur dengan sikapnya meninggalkan dosa besar, dan tidaklah ditiadakan keimanan dari pelaku maksiat kecuali karena melakukan dosa besar. Sebagaimana hal ini disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah di Majmu’ul Fatawa : 7/353. [3] Meski demikian, pelaku dosa kecil terancam azab di dunia dan akhirat, terlebih lagi jika banyak atau terus menerus melakukannya.

b. Kesempurnaan iman yang sunnah 

Dalilnya adalah Alquran surat Fathir : 32 bagian sabiqun bil khairat, dan Assabiqun dalam Al-Waqi’ah: 10, serta hadits Malaikat Jibril ‘alaihis salam tentang Ihsan.

Ciri khasnya :

  • Tingkatan ini disebut dengan kamalul iman al-mustahab (كمال الإيمان المستحب) atau al-iman al-mustahab (الإيمانُ المستحَبُّ)
  • Pelakunya disebut Sabiqun bil khairat (golongan yang lebih dahulu berbuat kebaikan) atau Assabiqun (golongan yang bersegera kepada kebaikan) atau Muhsin (golongan yang sampai derajat Ihsan) atau Shiddiqin (golongan yang sangat jujur dan membenarkan kebenaran) dan Muqarrabin (golongan yang didekatkan ke tempatnya di Surga).
  • Tingkatan ini adalah keimanan yang di atas kesempurnaan iman yang wajib, sehingga untuk meraihnya seorang hamba harus memiliki dasar iman, kesempurnaan iman yang wajib, dan kesempurnaan iman yang sunnah dengan melaksanakan perkara yang sunnah, meninggalkan kemakruhan, musytabihat (samar), sebagian perkara mubah dan perkara yang tidak diperlukan.
  • Tingkatan iman ini telah sampai derajat Ihsan, yaitu senantiasa meyakini diawasi oleh Allah dan menyaksikan pengaruh nama & sifat Allah sehingga menerapkan tuntutannya dalam tingkah laku dan peribadatan kepada Allah, seolah-olah ia melihat-Nya disertai dengan cinta, harap, takut, tawakal, merendahkan diri, bertaubat, mengagungkan-Nya, ikhlas dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
  • Golongan ini sudah sampai pada sikap berusaha senantiasa ucapannya, perbuatannya, keyakinannya serta seluruh gerak-geriknya itu Lillahi Ta’ala dengan meninggalkan sesuatu yang tidak apa-apa (mubah) karena khawatir (berakibat) ada apa-apanya (makruh/haram).
  • Hatinya benar-benar menghadap kepada Allah secara totalitas, tidak terdapat kecondongan kepada selain Allah sehingga seluruh gerakan diusahakan karena Allah Jalla Jalaaluh.
  • Jika tingkatan iman ini ditinggalkan, pelakunya tidaklah berdosa, namun terluput kesempurnaan iman yang sunnah dan terluput pahala besar.
  • Pelaku tingkatan ini diganjar dengan masuk surga tanpa hisab tanpa azab di atas tingkatan golongan kesempurnaan iman yang wajib.

KESIMPULAN :

  • Tingkatan iman dan orang yang beriman terbagi menjadi tiga tingkatan : 1) Muslim yang menzhalimi diri sendiri, 2) Mukmin golongan pertengahan, dan 3) Muhsin yang bersegera dalam kebaikan.
  • Masing-masing dari ketiga tingkatan ini masih bertingkat-tingkat derajat pelakunya di dalamnya, sebagaimana hal ini dinyatakan Syekh As-Sa’di rahimahullah dalam At-Taudhih wal Bayan li Syajaratil Iman.
  • Paling afdhol dari seluruh ketiga tingkatan tersebut adalah Ulul ‘Azmi minar Rusul ‘alaihimush shalatu wassalamu dan paling rendahnya adalah pelaku dosa besar dari kalangan Ahli Tauhid, sebagaimana dijelaskan Al-Hafizh Al-Hakami rahimahullah dalam Ma’arajil Qobul.[4]

Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan kesempurnaan iman yang sunnah kepada penulis dan pembaca sehingga dapat masuk surga tanpa hisab tanpa azab. Amiin.

Wallahu a’lam

الحمد لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah

Sumber: https://muslim.or.id/67060-bagan-tingkatan-iman-bag-2.html