Khazanah sains Islam mencatat Banu Musa bin Shakir sebagai ilmuwan terkemuka dalam bidang teknik mesin. Banu Musa (Musa bersaudara) menciptakan sejumlah perangkat mesin yang terbilang canggih pada masanya.
Namun, bukan cuma teknik mesin yang menjadi bidang kepakaran mereka. Banu Musa juga menorehkan prestasi gemilang di ranah matematika. Keahlian mereka di bidang ini bahkan layak disejajarkan dengan beberapa ilmuwan Muslim lainnya, seperti al-Khawarizmi, al-Kindi, dan Umar Khayam.
Banu Musa terdiri atas tiga bersaudara: Jafar Muhammad bin Musa bin Shakir, Ahmad bin Musa bin Shakir, dan al-Hasan bin Musa bin Shakir. Mereka adalah putra seorang cendekiawan terkemuka abad ke- 8, Musa bin Shakir. Si sulung Jafar Muhammad adalah pakar dalam kajian geometri, demikian pula al-Hasan.
Lain halnya dengan Ahmad bin Musa yang membawa konsep matematika kepada aspek mekanika. Meski berbeda spesialisasi, tiga bersaudara ini bahu-membahu untuk mendapatkan sesuatu yang sempurna. Ayah mereka, Musa bin Shakir, bekerja sebagai ahli astrologi Khalifah al-Ma’mun. Saat itu, Musa merupakan sahabat al- Ma’mun, putra Khalifah Harun al-Rasyid.
Ketika Musa bin Shakir meninggal, al- Ma’mun menjadi wali yang menjaga tiga bersaudara ini. Mereka diberikan pendidikan yang bagus di Baghdad. Mereka mempelajari geometri, mekanik, musik, matematika, hingga astronomi. Pada masa kekhalifahan al-Ma’mun pada 813-833, mereka membangun karier yang bagus di bidang ilmu pengetahuan.
Setelah al-Ma’mun wafat, Banu Musa melanjutkan pekerjaan mereka di bawah pimpinan al-Mu’tasim (833-842), al-Wathiq (842-847), dan al-Mutawakkil (847-861). Muhammad dan Ahmad sangat mendukung al-Mutawakkil yang mempekerjakan mereka di bidang teknik konstruksi pembangunan kanal di al-Dja’fariyya, sebuah kota tak jauh dari Baghdad.
Selain berkiprah di bidang ilmu pengetahuan, Banu Musa bersaudara juga mendanai penerjemahan karya ilmiah Yunani. Mereka menggunakan kekayaan mereka untuk mendanai aktivitas intelektual yang menjadi fitur penting dalam kehidupan di Baghdad pada masa itu.