SERINGKALI para sahabat berkunjung kepada Rasulullah untuk memohon petunjuk hidup agar selamat dunia akhirat. Ada sahabat yang sudah berusia tua, seperti Qabishah misalnya, ataupun yang muda. Ada pula yang datang berombongan juga dalam rangka mendapatkan arahan menuju hidup di akhirat yang baik.
Tak banyak yang permintaan petunjuknya yang hanya berhubungan dengan dunia. Rata-rata berhubungan dengan akhirat. Terlihat sekali bahwa mereka para sahabat itu memiliki semangat keberagamaan yang sangat bagus. Wajarlah kalau kemudian Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baiknya masa adalah masa Rasulullah. Ketenangan dan kedamaian dalam hidup sangat mereka rasakan walau dalam hal kondisi ekonomi yang terbatas.
Andai masyarakat kini meneladani semangat generasi sahabat, yakni selalu fokus pada hal yang bermanfaat dunia akhirat, maka masyarakat kini pun akan merasakan kedamaian dan ketenteraman. Rupanya, yang paling banyak dicari dan diburu kini adalah bagaimana caranya menggapai hal duniawi saja. Akhirnya, ketulusan dan kelembutan hati hilang digantikan oleh keserakahan dan angkara murka. Aksi saling tuduh, saling caci dan saling jegal menjadi tontonan langsung keseharian. Persahabatn dan persaudaraan hancur berkeping dan sulit ditata rapi kembali.
Kita rupanya belum yakin dengan ayat dan hadits serta kesimpulan para bijak bahwa jika urusan kita dengan Allah adalah baik, maka urusah dunia kita akan dengan sendirinya menjadi baik. Jika akhirat adalah sudah di tangan, maka dunia pun akan turut serta bersama. Bukankah yang mengatur hidup ini semuanya adalah Allah?
Ada ungkapan yang pernah saya baca dan ungkapan ini sangat lekat dalam pikiran saya. “Akhirat adalah Ibu, dunia adalah puterinya. Barangsiapa mengawini sang puteri, maka haramlah mengawini ibunya juga selamanya.” Lalu bagaimanakah kita dengan dunia kita? Ambillah yang sekiranya bermanfaat dan gunakanlah untuk hal yang bermanfaat, maka kita akan senantiasa dituntun diarahkan menuju hidup yang semakin baik. Salam AIM. [*]
Oleh :Â KH Ahmad Imam Mawardi