Wahai Anak, Jangan Durhaka Pada Orang Tuamu

Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman memerintahkan kita semua untuk berbakti dan mengetahui kedudukan kedua orang tua. Allah Ta’ala berfirman,

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”(QS. Al-Israa`: 24).

Saudaraku!

Jangan hanya berjalan ke arah keduanya. Tetapi jadilah seperti burung dalam mempercepat gerak untuk menjawab panggilan mereka, memenuhi kebutuhan mereka, dan mencapai keridhaan mereka.

Ikutilah pelayanan tersebut dengan doa mengharap rahmat dan ampunan untuk keduanya. Sungguh, Anda tidak akan bisa memenuhi meski hanya sebagian dari hak keduanya. Tetapi Allah memberi pahala atas sesuatu yang sedikit dan memberkahinya.

Betapapun telah ada seruan mulia dari Allah Ta’ala untuk berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, kita masih melihat fenomena kecerobohan dan kekurang pahaman di kalangan kaum muslimin.

Anda bisa menyaksikan orang yang lebih mendahulukan teman daripada orang tua, yang lain pergi meninggalkan amal utama untuk menuju amal yang lebih rendah tingkatannya.

Mari kita perhatikan tingkah laku orang-orang, mereka lari meninggalkan ayah ketika telah lanjut usia, tidak menjenguknya kecuali dalam jangka waktu yang amat jarang, bahkan kadang-kadang menaruhnya di panti jompo.

Tidak jarang mereka membentaknya dan mengeluarkan kata-kata buruk, seakan mereka tengah bertengkar dengan musuh. Di antara mereka ada yang bersikap lembut dan sopan kepada kaum kafir, tetapi bersikap kasar dan tidak sopan kepada orang tua. Mayoritas pemuda dewasa ini lebih mendahulukan posisi teman daripada posisi orang tua. Kepada Allah Ta’ala jua kita memohon pertolongan.

Di antara fenomena yang marak akibat kekurangpahaman dalam beragama, kelemahan iman, dan dominasi kaum perempuan, adalah sikap patuh terhadap istri dan lebih mendahulukannya dari pada orang tua.

Diriwayatkan dari Mu’adz Radhiyallahu Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi nasehat kepadanya,

وَلاَ تَعُقَّنَّ وَالِدَيْكَ وَإِنْ أَمَرَاكَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ أَهْلِكَ وَمَالِكَ

“Jangan kamu durhakai orang tuamu, meskipun keduanya menyuruhmu untuk meninggalkan keluarga dan harta bendamu.” (HR. Ahmad).

Tidak ada kebaikan pada istri yang menggiring suaminya untuk durhaka kepada orang tua dan memutus tali silaturrahim.

Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar, dari ayahnya, ia berkata, “Aku pernah memiliki istri yang tidak disukai Umar.” Ia berkata, ‘Ceraikan istrimu.’ Tetapi aku enggan. Umar datang menghadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengadukan perihalku, lalu beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda padaku, ‘Taatilah ayahmu.” (HR. Ahmad).

Yang demikian itu bila perintah orang tua mengandung maslahat dari segi syariat dan tidak menyebabkan bahaya.

 

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]