Para pemuda pun turut bersuara, menyerukan kemerdekaan Palestina. Para pemuda yang kelak menjadi para pendiri Bangsa yang tergabung dalam Jong Islamieten Bond (JIB).
Mereka diantaranya adalah Natsir, Kasman Singodimedjo, Samsurizal dan lainnya bersama mentornya H. Agus Salim konsisten mendukung perjuangan bangsa Palestina.
“Tidak sunyi berita pertempurannya tia-tiap hari. Sudah beribu orang menjadi korban, menjadi syahid mati terbunuh di dalam jihadnya atau kena bom udara atau tembak balasan Inggris. Beribu-ribu pula orangnya, orang tua, perempuan dan anak-anak beratus-ratus janda dan yatim hidup sengsara di dalam negeri yang menderitakan bencana perang bertahun-tahun.” (H. Agus Salim, Pandji Islam: 1939)
“Memang, seharusnyalah umat Islam Indonesia mempersatukan pula suaranya berkenaan dengan hal itu dan menyebuahkan daya dan upaya, jika ada yang dapat dilakukan, untuk membuktikan persatuan hatinya dan pengakuannya akan pertalian dengan umat Islam tiap-tiap bangsa Islam di seluruh dunia.” Tegas H. Agus Salim.
Suara-suara solidaritas terus mengalir, hingga pada tahun 1953-1955, dalam persiapan Konferensi Asia Afrika (KAA), Presiden Soekarno menentang keras jika Israel jika dilibatkan dalam konferensi yang bertemakan antikolonialisme tersebut. Pada Konferensi KAA tahun 1955, di Gedung Merdeka, Soekarno menegaskan kembali untuk memperjuangkan Negara-negara yang belum merdeka termasuk Palestina.
Keteguhan Soekarno berlanjut, dalam aksi-aksi solidaritas kemerdekaan Palestina seperti mengirimkan bantuan, hingga tahun 1962. Tepatnya 17 tahun setelah Indonesia merdeka, negara ini menjadi tuan rumah Asian Games ke-4. Bertempat di Jakarta, kompetisi olahraga empat tahunan itu diselenggarakan pada tanggal 24 Agustus – 4 September 1962.
Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah pada saat itu ditentukan oleh hasil voting yang dilakukan oleh Dewan Federasi Asian Games di Tokyo, Jepang, sebelum Asian Games 1958 dimulai, tepatnya pada tanggal 23 Mei 1958. Dari hasil pemungutan suara yang diikuti oleh dua kandidat tuan rumah Asian Games 1962, yakni Pakistan dan Indonesia, sebanyak 22 suara memilih Jakarta sebagai tuan rumah dan jumlah suara ini mengungguli Karachi, ibu kota Pakistan yang hanya meraih 20 suara. Sehingga, pada saat itu resmi ditetapkan tuan rumah Asian Games 1962 adalah Jakarta, Indonesia.
Soekarno menolak keterlibatan dan keikutsertaan Israel dalam Asian Games.
“..Untuk Israel, selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel” tegas Soekarno kepada wartawan.
Dalam ruang serba terbatas dan sulit, bangsa ini selalu mengajarkan akan anti kolonialisme yang lahir dari nurani kemanusiaan, walau negeri ini baru seumur jagung.
Bapak-bapak pendiri bangsa ini, dalam segala keterbatasannya telah mengajarkan kita arti sebuah kemanusiaan, solidaritas, ukhuwah, kebersamaan, yang tak lekang oleh jarak dan waktu, bahwa kemerdekaan Palestina adalah wasiat sekaligus amanat dari para pendiri bangsa untuk segenap bangsa Indonesia.
Kini, berpuluh tahun sudah, suara-suara perjuangan dan degup cita para pendiri Bangsa Indonesia akan kemerdekaan Palestina seakan tinggal lirih terdengar diantara gemerlap laju pembangunan, yang menyisakan pertanyaan, apakah kita akan terus melanjutkan perjuangan ini?•••