Ada orang yang Allah Ta’ala benci disebabkan perkataan dan sikapnya dalam bertutur. Ada pula orang-orang yang Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam membencinya, kecuali jika ia mau memperbaiki diri dan berubah. Inilah yang perlu kita kenali seraya berusaha melihat kepada diri sendiri, adakah kita termasuk di dalamnya? Bahkan sangat mungkin kita memerlukan orang lain untuk menunjukkan kekeliruan kita. Mungkin kita tidak merasa, padahal sudah termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak disukai. Na’udzubillahi min dzaalik.
Al-Badzii (الْبَذِيءَ). Siapakah dia? Orang yang berbicara dengan akhlak yang buruk dan dengan perkataan yang kotor. Ini dibenci, meski untuk berbicara tentang kebenaran. Sesungguhnya nasehat itu hendaknya disampaikan dengan berpegang teguh pada kebenaran, kesabaran dan penuh kasih sayang.
Tidak pantas berbicara buruk, kecuali bagi orang yang dizalimi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ
“Tidak ada sesuatupun yang lebih berat di dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat, dari akhlak yang baik. Dan sesungguhnya Allah membenci orang yang berakhlak buruk, lagi al-badzii’.” (HR. Tirmidzi).
Inilah orang yang dibenci oleh Allah Ta’ala karena bicaranya. Boleh jadi ringan melakukannya, tapi berat pertanggungjawabannya di akhirat. Di luar itu, ada tiga golongan orang yang dibenci oleh Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam sehingga paling jauh dari beliau, di hari ketika kita sangat memerlukan syafa’atnya. Siapa saja mereka? Mari kita periksa.
Al-Mutafaihiqun (الْمُتَفَيْهِقُونَ). Orang yang angkuh sikapnya, jalannya dibuat-buat untuk bersombong meninggikan diri di antara orang-orang lain dan bukan caranya berjalan saat ia sedang sendiri. Boleh jadi ia adalah orang yang Allah Ta’ala karuniai harta berlimpah atau ilmu yang luas. Tetapi semua itu tetap tidak layak menjadikannya masuk ke dalam golongan al-mutafaihiqun. Ia duduk atau menunjukkan gesture seolah orang yang paling paham paling faqih.
Al-Mutasyaddiqun (الْمُتَشَدِّقُونَ). Siapa pula mereka? Orang-orang yang suka memfasih-fasihkan diri, meremehkan orang lain dengan bertutur kata menggunakan ungkapan yang mengesankan tingginya ilmu dan rumitnya pembicaraan. Padahal ia mampu menyederhanakannya. Mengajak orang awam berbicara menggunakan bahasa asing, padahal kita tahu mereka tidak memahami, termasuk dari akhlak buruk al-mutasyaddiqun. Begitu pula berbicara dengan istilah teknis ilmiah, bukan untuk memudahkannya menjelaskan secara sederhana, bukan pula karena kesulitan menjelaskan dengan cara yang lebih mudah, melainkan untuk meninggikan diri meremehkan orang.
Ats-tsartsarun (الثَّرْثَارُونَ). Siapa ini? Orang yang banyak bicara, suka mendominasi pembicaraan dan menyerobot pembicaraan orang lain, seolah-olah tidak boleh ada yang berbicara selain dirinya. Ini merupakan bentuk kesombongan, meskipun orang tersebut mungkin tidak menganggapnya sebagai kesombongan.
Inilah tiga orang yang dibenci oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam: al-mutasyaddiqun, al-mutafaihiqun dan ats-tsartsarun. Adakah kita termasuk bagiannya? Semoga Allah Ta’ala selamatkan kita dari ketiga-tiganya. Semoga Allah Ta’ala jadikan kita termasuk orang yang dicintai oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam.
Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah ats-tsartsarun, al-mutasyaddiqun dan al-mutafaihiqun.” Sahabat berkata: “Ya Rasulallah, kami sudah tahu arti ats-tsartsarun dan al-mutasyaddiqun, lalu apa arti al-mutafaihiqun?” Beliau menjawab, “Orang yang sombong.” (HR. Tirmidzi).
Adakah salah satu dari ketiganya dalam diri kita? Ataukah justru semuanya merupakan keseharian kita?
Mohammad Fauzil Adhim @kupinang
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
sumber: Hidayatullah.com