Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan, kelahiran Nabi Muhammad SAW atau dikenal dengan istilah Maulid Nabi merupakan peristiwa besar yang perlu dikenang dan diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia.
Ia menyampaikan taushiyahnya di hadapan habib, tokoh masyarakat Betawi dan ratusan jamaah yang menghadiri peringatan Maulid Nabi di Masjid Jami’ Al-Ilyas, Kampung Pulo Nangka Barat, Jakarta Timur, Ahad (20/1) malam. Masjid ini merupakan bagian dari Pondok Pesantren Al-Kenaniyah yang saat ini dipimpin oleh KH Hambali Ilyas.
Menurut Kang Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siroj, Nabi Muhammad dilahirkan di tengah dunia yang jahiliyah. Di sebelah barat ada kerajaan Romawi, dan di sebelah timur ada kerajaan Persia. Mereka bisa dikatakan maju dalam hal pengetahuan tapi jahiliyah atau bodoh dalam hal akhlak.
“Romawi memperlakukan budak lebih hina dari binatang. Para budak diadu sebagai gladiator. Ketika ada yang mati mereka bersorak gembira. Sementara orang Persia memperlakukan perempuan sangat rendah. Kalau ada anak perempuan lahir langsung dibunuh. Anak bisa mengambil ibunya sendiri untuk dinikahi jika ayahnya mati,” kata Kang Said.
Peringatan atas anugerah kelahiran Nabi Muhammad SAW bisa dilakukan dengan membaca shalawat sebanyak-banyaknya sembari mengingat kembali dan mencontoh berbagai teladan beliau, terutama akhlak yang mulia.
Menurut Kang Said, peringatan Maulid Nabi merupakan sunnah taqririyah. Disampaikannya, ada tiga macam sunnah atau hadits nabi. Pertama berupa perkataan nabi (qouliyah). Kedua berupa perbuatan nabi (fi’liyah). Sementara sunnah taqririyah adalah perbuatan sahabat yang diketahui oleh nabi dan dibenarkan oleh beliau.
“Ada orang memuji-muji nabi dengan syair, mengagungkan nabi, dan beliau tidak melarang. Beliau malah menghadiahkan selimut tidurnya kepada orang tersebut; yakni selimut bergaris yang disebut sebagai burdah,” kata Kang Said sembari bercerita panjang lebar tentang Abu Said Al-Busiri dan shalawat Burdahnya.
Kang Said yang dikenal sangat kuat hapalannya itu sempat memukau hadirin saat melantunkan berbagai macam shalawat berikut nama pengarang dan tahun kelahiran dan wafatnya, serta merunut silsilah Nabi Muhammad SAW sampai kepada Nabi Adam AS tanpa membaca teks.
Menyikapi beberapa kalangan yang sinis dan mengatakan maulid nabi sebagai amalan bid’ah, Kang Said meminta jamaah untuk tidak usah menghiraukannya. Menurutnya, mereka yang suka mengatakan bid’ah itu biasanya belum belajar ilmu agama secara mendalam.
“Yang mengatakan Maulid Nabi itu bid’ah berarti dia masih perlu belajar agama lagi. Silakan datang ke NU atau belajar lagi di pesantren,” kata kang Said.
Penulis: A. Khoirul Anam