Sejarah Maulid Nabi Muhammad dari Masa ke Masa

Artikel ini akan menjelaskan sejarah maulid Nabi Muhammad SAW dari masa ke masa. Sejarah peringatan maulid Nabi Muhammad SAW adalah acara rutin dilaksanakan oleh mayoritas kaum muslimin untuk mengingat, mengahayati dan memuliakan kelahiran Rasulullah.

Menurut catatan Sayyid al-Bakri, sebagaimana disebutkan dalam kitab I’anah Al Tholibin, juz 3, halaman 364 dan kitab Haul Al-Ihtifal Bidzikra Al-Maulid Al Nabawi Al-Syarif, halaman 58-59, pelopor pertama kegiatan maulid adalah al-Mudzhaffar Abu Sa`id, seorang raja di daerah Irbil, Baghdad.

Dikisahkan bahwa umat Islam porak-poranda setelah dikalahkan oleh tentara salib dalam perang salib atau The Crusade untuk perebutan masjidil Aqsha. Kekalahan tersebut menjadikan umat Islam kehilangan semangatnya. Tidak ada lagi semangat juang untuk merebut kembali masjid yang menjadi kiblat pertama kali bagi umat Islam ini. 

Untuk menumbuhkan semangat ini lalu Malik Mudhaffar Abu Sa’id yang lebih dikenal dengan sebagai Sultan Shalahuddin al-Ayyubi—“Saladin” dalam sebutan orang barat—mempunyai ide untuk membacakan cerita-cerita tentang perjuangan nabi Muhammad SAW. Dengan mendengar kisah tentang perjuangan nabi ini diharapkan semangat umat Islam kembali sehingga bisa lagi untuk merebut masjid al-Aqsha dari pendudukan laskar eropa (Prancis, Jerman, Inggris). 

Malik Mudzaffar pada waktu itu memang menyelenggarakan acara maulid dengan cukup meriah untuk ukuran masa sekarang sekalipun. Acara maulid nabi itu dihadiri oleh tokoh-tokoh ulama, sufi, pemerintah dan rakyat banyak.

Karena besarnya acara yang akan diselenggarakan, Mudhaffar sampai menyediakan tidak kurang dari 5.000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam, 100.000 kaleng susu dan 30.000 hidangan kue dan beberapa kelengkapan lainnya. Diperkirakan semuanya menghabiskan biaya 300.000 dinar. 

Namun tentunya kemegahan acara ini bukan perwujudan kesombongan dan niat bermewah-mewah. Sebab Mudzaffar dikenal sebagai pribadi yang kharismatik, pemberani, patriotik, cerdas, alim, dan adil. Kalau kemudian maulid dibuat mewah, itu semata-mata merupakan perwujudan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. 

Ini adalah salah satu pendapat tentang siapakah pencetus tradisi maulid. Menurut pendapat lain, tradisi maulid ini sudah ada di masa pemerintahan Fathimiyyah. (Baca juga: Kenapa Sahabat Nabi Tidak Merayakan Maulid?)

Perkembangan selanjutnya, perayaan maulid menyebar keseluruh penjuru dunia, termasuk ke Indonesia. Dalam hal ini, Sunan kalijogo sering disebut sebagai pencetus perayaan maulid di bumi nusantara. Pada masa itu, rakyat Indonesia masih dalam pelukan keyakinan Hindu-Budha. Sunan Kalijogo mencoba menyadarkan mereka untuk menuju jalan kebenaran. Banyak diantara mereka yang akhirnya masuk Islam. 

Mereka yang mau masuk Islam ini, oleh Sunan Kalijogo dikumpulkan untuk mengikrarkan syahadatain. Agar lebih mudah menarik perhatian mereka, beliau mengadakan acara yang menarik, dan salah satunya adalah acara perayaan maulid nabi di bulan rabi’ul awal. Sampai saat ini, peninggalan sejarah ini masih tampak pada acara sekaten yang marak diselenggarakan terutama di daerah Yogyakarta dan Solo.

Pada perkembangan selanjutnya, dari waktu ke waktu, khususnya di Indonesia, bentuk perayaan maulid terus mengalami modifikasi. Di setiap daerah mempunyai cara tersendiri dalam menyelenggarakannya. Misalnya di Banyuwangi dalam perayaan maulid ada tradisi dok endokan. Di beberapa daerah jawa juga ada tradisi Grebek Maulid. Tentunya tetap ada kesamaannya, seperti pembacaan shalawat. 

Di samping itu, dalam merayakan maulid ini ada yang mengadakan acara besar-besaran, dengan berbagai acara, seperti shalawatan, ceramah agama, perlombaan, hiburan-hiburan yang bernuansa Islami dan lain sebagainya.

Makanya tak heran ketika memasuki bulan Rabi’ul Awwal di berbagai daerah tidak sepi dari berbagai acara maulid, terlebih paling sering diadakan di pondok-pondok. Tapi ada juga yang diadakan secara sederhana. Misalnya hanya dengan mengundang tetangga sekitar untuk membaca shalawat lalu diakhiri makan bersama.

Demikian penjelasan mengenai maulid dari masa kemasa. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Kisah Orang Yahudi yang Masuk Islam Karena Berkah Maulid Nabi

Merayakan Maulid Nabi adalah bagian dari satu syiar agama Islam, kendati terdapat sebagian kelompok yang mengingkari, bahkan mengklaim sebagai perbuatan yang bid’ah. Perayaan Maulid Nabi hakikatnya ialah majlis (tempat) shalawat dan sedekah yang memiliki banyak keutamaan (fadhilah), bahkan meskipun orang Yahudi merasakan keutamaan Maulid Nabi ini.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Suyuti dalam karya beliau yaitu Al-Wasail fi Syarhis Syamail bahwa rumah atau masjid yang di dalamnya dibacakan Maulid Nabi, maka tempat itu akan senantiasa dikelilingi malaikat yang membaca Istighfar bagi orang-orang yang ada di tempat tersebut.

Bahkan Ibnu Hajar Al-Haitami di dalam Kitabnya An-Ni’mah Al-Kubra ‘ala Al-‘Alam fi Maulid Sayyid Walad Al-Adam menyatakan perihal keutamaan (fadhilah) merayakan Maulid Nabi, sebagaimana berikut,

مَا مِنْ مُسِلِمٍ قَرَأَ فِي بَيْتِهِ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا رَفَعَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الْقَحْطَ وَالْوَبَاءَ وَالْحَرْقَ وَالْغَرْقَ وَاْلآفَاتِ وَالْبَلِيَّاتِ وَالْبُغْضَ وَالْحَسَدَ وَعَيْنَ السُّوْءِ وَاللُّصُوْصَ عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْبَيْتِ، فَإِذَا مَاتَ هَوَّنَ اللهُ عَلَيْهِ جَوَابَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ، وَيَكُوْنُ فَي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُقْتَدِرٍ

Tidak ada dari seorang muslim yang membaca Maulid Nabi di rumahnya kecuali Allah mengangkat kemarau, wabah, kebakaran, karam, penyakit, bala, murka, dengki, mata yang jahat dan pencuri dari ahli rumah tersebut. Jika orang tersebut meninggal dunia niscaya Allah memudahkan baginya menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, dan adalah tempat duduknya pada tempat yang benar di sisi Tuhan Yang Maha Memiliki Lagi Kuasa. (An-Ni’mah Al-Kubra ‘ala Al-‘Alam fi Maulid Sayyid Walad Al-Adam, hal. 7)

Dalam kitab Maulid Syaraf Al-Anam karya Syaikh Ahmad bin Qashim terdapat kisah tentang sepasang suami istri beragama Yahudi yang merasakan keutamaan Maulid Nabi.

Berikut kisah lengkapnya:

“Syaikh Abdul Wahid bin Ismail bercerita, bahwa di kota Mesir dahulu, ada seorang laki-laki yang setiap tahun mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.

Di sebelah laki-laki tersebut, ada tetangganya yang beragama Yahudi. Isteri Yahudi ini berkata kepada sang suami: “Mengapa, tetangga kita yang muslim itu, setiap bulan ini (bulan Maulid) membelanjakan harta yang banyak?” Kemudian Suami Yahudi itu menjawab: “Itu adalah karena dia beranggapan bahwa dalam bulan inilah Nabinya dilahirkan, ia melakukan hal tersebut karena senang dengan Nabinya serta memuliakan hari kelahirannya.”

Kedua suami isteri pun diam, kemudian keduanya tidur. Dalam tidurnya, isteri yang beragama Yahudi itu bermimpi ia melihat ada seorang laki-laki yang begitu tampan dan agung, berwibawa dan sangat dimuliakan memasuki rumah tetangganya yang Muslim itu. Dan di sisi kanan kiri laki-laki tersebut terdapat serombongan dari sahabatnya. Mereka mengormati dan mengagungkan laki-laki tersebut

Wanita itu pun bertanya kepada salah seorang diantara anggota rombongan itu: “Siapa laki-laki yang tampan ini ?”

Orang itu menjelaskan bahwa itulah Rasulullah Saw. Beliau masuk kerumah ini untuk mengucapkan salam kepada penghuni rumah ini dan menemui mereka yang telah menunjukkan rasa suka-cita mereka atas kelahiran beliau.

Wanita Yahudi itu pun berkata lagi, “Berkenankah orang itu berbicara denganku jika aku mengajaknya bicara ?”, laki-laki tadi lantas menjawab: “Sudah tentu beliau mau”.

Wanita Yahudi itu pun lantas mendekati Nabi Muhammad dan menyapanya: “Wahai Muhammad !”, lantas Nabi pun menjawab: “Labbaiki (aku sambut panggilanmu)”.

Wanita itu pun berkata: “Engkau menjawab orang sepertiku dengan talbiyah, sedangkan aku bukan mengikuti agamamu, dan akupun termasuk salah satu musuh-musuhmu”.

Nabi pun berkata kepada perempuan Yahudi tersebut: “Demi Dzat Yang telah mengutusku dengan haq menjadi Nabi, aku tidak menjawab panggilanmu sehingga aku mengerti bahwasanya Allah telah memberi hidayah atasmu”.

Wanita itupun menimpali: “Sesungguhnya tuan memang benar seorang Nabi yang mulia yang berpribadi agung, celakalah orang yang mengingkari perintahmu, dan merugilah orang yang tidak mengerti pangkatmu. Ulurkanlah tanganmu, aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah Saw.”

Dalam lubuk hatinya, wanita itu berjanji kepada Allah, berniat bahwa nanti esok pagi, ia akan bersedekah dengan seluruh harta yang ia miliki dan melaksanakan jamuan untuk memperingati Maulid Nabi Saw., sekaligus sebagai perwujudan rasa syukur atas keislamannya dan mimpinya malam itu.

(Akan tetapi, diluar dugaan, begitu bangun pagi) ia melihat suaminya sudah sibuk untuk menyiapkan suatu perjamuan, ia begitu rajin dan serius.

Wanita itupun heran dengan apa yang dilakukan suaminya seraya berkata: “Ada apa gerangan kulihat engkau begitu sibuk dan bersemangat pagi ini ? sang suami pun menjawab, “Karena orang yang kau lihat malam tadi, yang mana engkau masuk Islam dihadapan beliau.”

Perempuan itu bertanya kepada suaminya: “Siapa gerangan yang telah membukakan engkau rahasia ini (ihwal impiannya) dan memperlihatkann¬ya kepada engkau?”

Sang suami pun berkata: “Yaitu Nabi Muhammad, yang mana aku masuk Islam setelah engkau dihadapan Beliau (Rasulullah). Beliaulah Nabi yang diterima syafaatnya kelak untuk orang yang bershalawat dan salam atas beliau”. (Ahmad bin Qashim, Maulid Syaraf Al-Anam, hal. 44-46)

Itulah kisah panjang perihal sepasang suami istri yang beragama Yahudi yang merasakan keutamaan Maulid Nabi.

Kisah ini mengandung hikmah, jika orang Yahudi saja yang notabene benci pada Nabi bisa merasakan keutamaan Maulid Nabi karena tetangganya mengadakan acara Maulid, bagaimana dengan kita? Kita ummat-Nya mengadakan Maulid Nabi bahkan di dalam rumah kita sendiri. Oleh karena itu, yakinlah akan keutamaannya, bukan malah menentangnya sebagai amaliah bid’ah.

BINCANG MUSLIMAH

Maulid Nabi dan Isra Miraj, Dua Peristiwa Penting untuk Pondasi Muslim

Kisah Maulid Nabi dan Isra Miraj adalah peristiwa penting bagi semua umat Islam. Keduanya membawa dua dari lima poin rukun Islam yang merupakan pondasi bagi tiap muslim.
Maulid Nabi ditandai kelahiran Rasulullah SAW yang membawa risalah Islam dari Allah SWT. Tiap muslim wajib mengucapkan dua kalimat syahadat, yang merupakan persaksian atas keesaan Allah SWT sebagai Tuhan dan Nabi Muhammad sebagai utusanNya.

Sedangkan Isra Miraj merupakan perjalanan yang membawa perintah sholat lima waktu. Isra Miraj dianggap sebagai mu’jizat karena tidak mungkin dilakukan manusia di masa itu.

Pakar astronomis Prof Thomas Djamaluddin menjelaskan lebih detail peristiwa Maulid Nabi dan Isra Miraj. Penjelasan disampaikan dalam Pengajian Cangkrukan ITB 81, yang berawal dari sebuah WhatsApp Grup.

A. Kisah Maulid Nabi
Maulid Nabi adalah perayaan kelahiran Rasulullah SAW untuk meningkatkan rasa cinta padanya. Kecintaan inilah yang bisa menjadi motivasi untuk hidup berdasarkan sunnah dan ketentuan Al Quran.

Dalam hadits dijelaskan Nabi Muhammad lahir pada 12 Rabiul Awal pada hari Senin yang tenang. Berikut hadits yang menjelaskan peristiwa tersebut diriwayatkan Imam Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas,

وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، لِاثْنَتَيْ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيع الْأَوَّلِ، عَام الْفِيلِ

Artinya: “Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal dua belas di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awwal, Tahun Gajah.”

Tahun Gajah terjadi 53 tahun sebelum Hijriah yang bisa ditulis sebagai -53 H. Jika dikonversi dalam penanggalan masehi, maka Nabi Muhammad SAW lahir pada 5 Mei 570.

Setelah berusia 41 tahun, Nabi Muhammad SAW mulai menerima wahyu dari Allah SWT. Manusia yang meyakini kebenarannya wajib mengucapkan dua kalimat syahadat, seperti dijelaskan dalam hadits ini,

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوْا الصَّلَاةَ، وَيُؤْتُوْا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذٰلِكَ عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالَى

Artinya: “Aku diperintah memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allâh dan bahwa Muhammad adalah utusan Allâh, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka melaksanakan hal tersebut, maka darah dan harta mereka terlindungi dariku, kecuali dengan hak Islam dan hisab (perhitungan) mereka diserahkan kepada Allâh.” (HR Bukhari).

B. Cerita Isra Miraj
Selain Maulid Nabi, peristiwa Isra Miraj yang diperingati tiap 27 Rajab juga sangat penting bagi muslim. Peristiwa ini membawa perintah sholat wajib yang harus dilaksanakan para muslim.

ثُمَّ فُرِضَتْ عَلَيَّ الصَّلَوَاتُ خَمْسِينَ صَلاَةً كُلَّ يَوْمٍ، فَرَجَعْتُ فَمَرَرْتُ عَلَى مُوسَى، فَقَالَ: بِمَ أُمِرْتَ؟ قَالَ: أُمِرْتُ بِخَمْسِينَ صَلاَةً كُلَّ يَوْمٍ. قَالَ: إِنَّ أُمَّتَكَ لاَ تَسْتَطِيعُ خَمْسِينَ صَلاَةً كُلَّ يَوْمٍ، وَإِنِّي وَاللَّهِ قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ، وَعَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ المُعَالَجَةِ، فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لأُمَّتِكَ. فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ، فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ، فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ، فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِعَشْرِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ، فَرَجَعْتُ فَقَالَ مِثْلَهُ، فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: بِمَ أُمِرْتَ؟ قُلْتُ: أُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ. قَالَ: إِنَّ أُمَّتَكَ لاَ تَسْتَطِيعُ خَمْسَ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ، وَإِنِّي قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ وَعَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ المُعَالَجَةِ، فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لأُمَّتِكَ. قَالَ: سَأَلْتُ رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ، وَلَكِنِّي أَرْضَى وَأُسَلِّمُ. قَالَ: فَلَمَّا جَاوَزْتُ نَادَى مُنَادٍ: أَمْضَيْتُ فَرِيضَتِي، وَخَفَّفْتُ عَنْ عِبَادِي”.

Artinya: “Kemudian diwajibkan padaku shalat lima puluh kali setiap hari. Aku kembali, dan lewat di hadapan Musa. Musa bertanya, ‘Apa yang telah diperintahkan padamu?’ Kujawab, ‘Aku diperintahkan shalat lima puluh kali setiap hari’. Musa berkata, “Sungguh ummatmu tak akan sanggup melaksanakan lima puluh kali shalat dalam sehari. Dan aku -demi Allah-, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelummu, aku telah berusaha keras membenahi Bani Israil dengan sungguh-sungguh. Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu’. Aku pun kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat. Lalu aku kembali bertemu Musa. Musa bertanya seperti pertanyaan sebelumnya. Lalu aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat.” (HR Bukhari).

Isra Mi’raj adalah mukjizat yang membuktikan kebesaran Allah SWT. Saat itu, Allah SWT menjalankan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dalam Isra, serta menuju Sidratul Muntahan dalam Miraj.

“Isra Miraj bukan penerbangan biasa, antar negara, atau luar angkasa. Perjalanan Isra Miraj keluar dari dimensi ruang dan waktu yang biasa terjadi pada manusia,” ujar Prof Thomas.

Isra adalah perjalanan menembus ruang, sehingga Rasulullah bisa menempuh jarak Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsa di Palestina dalam waktu singkat. Sedangkan Miraj adalah perjalanan menuju sidratul muntaha, tempat diterimanya perintah sholat.

Sebagai muslim, semoga kita bisa mengambil hikmah dari Maulid Nabi dan kisah Isra Miraj. Tentunya hikmah dan pelajaran dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

DETIK HIKMAH

Maulid Nabi dan Mendidik Anak Cinta Rasul

Bagi masyarakat di kampung bulan maulid layaknya hari raya. Tidak hanya sekali diperingati tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal, tetapi hampir sebulan penuh, bahkan bisa melewati batas bulan tersebut. Dari rumah ke rumah setiap hari ada undangan membaca shalawat dan sirah nabawi. Itulah bulan keceriaan bukan hanya bagi orang tua, lebih-lebih bagi anak-anak.

Orang tua dan anak kecil berdatangan dari rumah ke rumah membaca shalawat. Dari rumah pengusaha kaya raya hingga rakyat jelata. Semua merayakan tanpa mempedulikan sudah keluar biaya berapa. Tentu karena cinta tidak bisa dinilai dengan harta. Apalagi ungkapan cinta bagi Nabi tercinta.

Dalam perayaan Maulid di kampung, anak-anak dengan suka cita berdatangan. Tentu bukan sekedar ingin membaca shalawat, tetapi terpatri di pikirannya akan mendapat apa dari rumah tetangga. Dari rumah ke rumah mendapat makanan gratis. Akan luar biasa jika sang tuan rumah memberikan amplop. Target memperoleh amplop sebagai sedekah dari hamba yang mencintai Rasulnya adalah kebahagiaan bagi para bocah cilik.

Menarik sekali fenomena Maulid Nabi. Sebuah momentum yang tidak hanya perayaan tetapi ajang mendidik anak memiliki cinta dan idola. Tentu perayaan seperti itu akan membekas dalam diri anak. Ada sebuah perayaan yang menyenangkan waktu kecil yang baginya adalah proses memperoleh makanan dan sedekah. Sebuah perayaan yang kelak akan menanamkan keyakinan dalam dirinya seberapa agung Sang Rasul sebagai idola dalam hidupnya.

Anak dengan ingatan masa kecil seperti itu akan lebih lekat dalam kehidupan dewasanya dibandingkan dengan pembelajaran sirah Nabi di bangku sekolah. Sirah Nabi untuk mencintai Nabi jelas diperlukan. Tetapi budaya dan tradisi yang membungkus nilai cinta Nabi lebih masuk ke relung hati dan jiwa anak. Rasa cinta itu lebih mendalam dan tidak mudah dibuang dengan doktrin palsu.

Model pendidikan anak untuk cinta Rasul melalui budaya dan tradisi Maulid ini adalah bagian kecil dari manfaat perayaan Maulid Nabi. Anak tidak akan pernah kehilangan idola dalam dirinya. Ketika lupa ia diingatkan kembali dengan momentum Maulid Nabi. Ingatannya diikat dengan perayaan yang selalu diulang-ulang setiap tahun. Pengikat cinta kadang memerlukan pengingat. Karena ikatan cinta yang kuat adalah dengan ingatan terhadap orang yang dicintai.

Perayaan Maulid Nabi sebuah perayaan yang tidak hanya memiliki pijakan kuat dalam aspek keagamaan sebagai ekspresi cinta Rasul, tetapi juga sebagai media mendidik anak untuk mencintai sang idola dunia dan akhirat. Anda sebagai orang tua cukup mengenalkan dan mengajak  anak menghadiri perayaan Maulid. Itu pembelajaran yang luar biasa membekas dari pada Anda setiap hari harus berkoar-koar bela Rasul untuk mendidik buah hati.

Sungguh harus memikirkan ulang seribu dan berjuta kali untuk mengatakan perayaan Maulid itu tidak ada manfaatnya, apalagi dianggap bid’ah sesat. Tradisi agung ini telah memberikan semangat besar untuk cinta Rasul yang harus dipertahankan hingga akhir zaman.

ISLAM KAFFAH

Komentar Khulafaur Rasyidin tentang Maulid Nabi Muhammad Saw

Hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. merupakan hari bahagia bagi alam semesta. Kelahiran kekasih Allah, alasan terciptanya dunia. Beliau merupakan pembawa risalah yang membimbing manusia mengenal serta menyembah Allah SWT. Pada momentum yang berbahagia ini, penulis ingin mengajak pembaca mengetahui komentar para sahabat nabi Saw. perihal maulid nabi, khususnya para Khulafaur Rasyidin. al-Imam Ibn Hajar al-Haitami (w. 974 H) dalam karyanya an-Ni’matu al-Kubra ‘ala al-‘Aalam fi Maulid Sayyid Waladi Adam mengompikasikan sejumlah komentar khulafur rasyidin dan para sahabat Nabi Muhammad Saw. yang lainterkait keutamaan mengagungkan saat kelahiran nabi

Abu Bakar as-Shiddiq,

قَالَ أَبُو بَكْر الصِّدّيْقِ رضي الله عنه: مَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَي قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِي فِي الْجَنَّةِ

Abu Bakar as-Shiddiq Ra. berkata “barang siapa mengeluarkan infak satu dirham (satuan mata uang di daerah Arab di masa kekaisaran Utsmaniyah) dalam rangka pembacaan maulid nabi Muhammad Saw. maka ia adalah teman (kekasih) ku di surga.”

Umar bin Khattab Ra.,

قَالَ عُمَرُ رضي الله عنه مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا الْإِسْلَامَ

Umar Ra. berkata “barang siapa mengagungkan maulid nabi Muhammad Saw. maka ia sungguh telah menghidupkan islam.”

Utsman bin Affan Ra., 

قَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ مَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَي قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَأنَّمَا شَهِدَ غَزْوَةَ بَدْرٍ وَحُنَيْن

“barang siapa mengeluarkan infak satu dirham dalam rangka pembacaan maulid nabi Muhammad Saw. maka seakan-akan ia mati syahid di perang Badar dan Hunain.”

Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah,

قَالَ عَلِيٌّ رضي الله عنه وَكَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ سَبَبًا لِقِرَائَتِهِ لَايَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا بِالْإِيْمَانِ وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Ali Ra. berkata “barang siapa mengagungkan maulid nabi Muhammad Saw. dan hal itu menjadi sebab pembacaan maulid nabi maka ia tidak akan keluar dari dunia (meninggal) melainkan membawa iman serta akan masuk ke surga  tanpa hisab.”

Wallahu ‘alam

BINCANG SYARIAH

Estafeta Dakwah Nabi ﷺ

Rabiul Awwal adalah bulan istimewa dalam perjalanan sejarah Islam dan manusia. Di bulan tersebut lahir seorang manusia penuh cinta dan kasih sayang. Seorang nabi pilihan di akhir zaman, pempurna ajaran-ajaran nabi sebelumnya. Kelahirannya dinanti oleh semua makhluk dan  para ahlul kitab yang faham akan kehadirannya. Lahir di kota suci, tempat baitullah dan Nabi Ismail berada. Dan, hadir di saat manusia diliputi kejahiliyahan.

Tumbuh berkembang di antara orang-orang penuh cinta dan perjuangan. Disusui wanita dari lingkungan Bani Sa’ad yaitu Halimah as-Sa’diyah. Sempat diasuh ibundanya, Aminah, yang penuh kasih sayang dan kesabaran. Dan, wafatnya ibunda Aminah melengkapi perjuangan Nabi Muhammad muda, hingga sang kakek pun Abdul Mutholib turut mengasuh.

Bersama Abdul Mutholib Nabi Muhammad belajar kedermawanan, menjadi pelayan para tamu Allah di Masjidil Haram. Setelah sang kakek meninggal, pengasuhan beralih kepada Abu Thalib, paman yang sangat mencintainya. Beliau yang paling lama dan banyak memberikan pengaruh kepada Nabi Muhammad terkait kepemimpinan, kemandirian, dan perniagaan.

Nabi ﷺ sangat dikenal oleh penduduk Makkah, sebelum dan setelah mengemban tugas kenabian. Sebelum menjadi Nabi, beliau terlibat banyak peristiwa penting di Makkah. Dua diantaranya perihal Hilful Fudhul (perjanjian kebaikan) dan peristiwa peletakan Hajar Aswad.

Perjanjian Hilful Fudhul, saat seorang pedagang yang merasa dirugikan akibat barang dagangannya yang tidak dibayar oleh sang pembeli. Inilah yang menggerakkan Nabi ﷺ untuk mengajak para pemuka Quraisy menuntut sang pembeli agar mau membayar barang dagangan yang telah diambil. Kemudian dibuat perjanjian kebaikan agar setiap kewajiban ditunaikan dan hak diberikan, yang kemudian dikenal dengan Hilful Fudhul.

Peristiwa berikutnya terjadi ketika Ka’bah mengalami renovasi. Para pemuka dari setiap kabilah di Quraisy merasa berhak untuk meletakkan kembali hajar Aswad ke tempatnya semula. Hal ini menimbulkan keributan dan hampir terjadi perang di antara sesama suku Quraisy.

Hingga akhirnya seorang di antara mereka mengusulkan agar keputusan diberikan kepada siapapun yang masuk ke Masjidil Haram di saat para pemuka berada di dalam.  Dan, yang hadir adalah sosok yang tepat, pemuda yang jujur, berakhlak mulia dan bukan salah satu di antara kabilah yang sedang berebut, yaitu Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad memutuskan dengan meletakkan dan melebarkan kain sorbannya. Lalu, Hajar Aswad diletakkan di atas kain. Setelah itu, beliau meminta para pemuka Quraisy mengangkat Hajar Aswad secara bersama.

Setelah dekat, Nabi meletakkannya di tempatnya. Keputusan ini diterima para pemuka Quraisy yang tadinya bersitegang. Pasca Bi’tsah Nubuwah (penetapan Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul), tugas beliau semakin berat dan besar. Nabi ﷺ berusaha menggerakkan orang-orang terdekat untuk terlibat dalam proses dakwah Islam. Seperti Khadijah istri Nabi, Ali bin Abi Thalib sepupunya, Zaid bin Haritsah anak angkatnya, dan Abu Bakar sahabat terdekat. Mereka dikenal as-sabiqunal awwalun yang membantu pergerakan dan penyebaran dakwah Islam. Hingga pada puncaknya dakwah dikekang, dan akhirnya diperintahkan untuk hijrah ke Madinah.

Rabiul Awwal kembali menjadi penting, karena di bulan ini Rasul dan Abu Bakar sampai di Kota Madinah untuk hijrah. Setelah melewati perjuangan dan pengejaran kafir Quraisy, Nabi pun mengawali perjuangan dakwah di Madinah. Peristiwa hijrah ini merupakan tonggak awal sejarah berdirinya kekuatan dan pemerintahan Islam pertama.

Dari Madinah penyebaran wilayah Islam meluas khususnya wilayah Jazirah Arab. Di masa Khulafaurrasyidin dan pemerintahan Daulah Bani Umayyah, Abbasiyah hingga Turki Utsmani melanjutkan penyebaran Islam hingga dua pertiga adalah kekuasaan Islam.

Tugas Mabi ﷺ berakhir di bulan Rabiul Awwal tahun sebelas Hijriyah, beliau wafat diusia 63 tahun. Bulan yang menjadi kesedihan mendalam bagi para sahabat, sekaligus sebagai babak baru pemerintahan Islam. Di mana Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib menjadi sosok pemimpin pelanjut pemerintahan Islam.

Perjalanan dan pertumbuhan Islam tidak pernah jauh dari da’i dan penggerak awal yaitu Nabi ﷺ. Beliau adalah sosok saleh yang dapat menggerakan orang lain menjadi saleh dan bertugas mensalehkan orang lain. Dilanjutkan, tidak terputus para penggerak kebaikan ini, dan terus melanjutkan estafeta dakwah Islam sampai akhir zaman. Mereka para da’i, ulama, dan guru yang terus mengajarkan dan menjadi teladan yang menggerakan umat untuk beramal shaleh, mengajak pada jalan yang benar dan mencegah kemungkaran.

Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar menjadi bagian dari orang-orang yang melanjutkan estafeta dakwah Nabi ﷺ. Amin.*/ Firdauspengurus Korps Mubaligh Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

HIDAYATULLAH

Wahai Dunia, Inilah Sayyidil Wujud Muhammad ! (Bag2 )

Nabi Muhammad Saw tidak di utus kecuali untuk menyempurnakan dakwah para Nabi menuju sempurnanya akhlak dan budi pekerti yang tinggi. Sebagaimana sabda beliau :

إِنَّمَا بُعثتُ لِأُتَمَِّمَ مَكَارِمَ الأَخلَاق

“Aku tidak di utus kecuali untuk menyempurnakan akhlak.”

Karena itu semua perangai indah telah digambarkan dalam dakwahnya dan telah di contohkan pula dalam kehidupan nyata beliau sehari-hari. Sehingga beliau sampai kepada puncak kesempurnaan yang tidak akan di raih oleh siapapun sebelum beliau dan tidak akan diraih oleh siapapun setelah Nabi Muhammad Saw.

Dengarkan pujian Allah terhadap kekasih-Nya Muhammad Saw !

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS.Al-Qalam:4)

Maka bagi setiap manusia yang ingi mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, maka satu-satunya jalan adalah menjadikan beliau sebagai uswatun hasanah dan contoh nyata yang akan membawa kita menuju keselamatan di Hari Kiamat.

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat.” (QS.Al-Ahzab:21)

Maka bukti kecintaan seorang hamba kepada Allah Swt adalah dengan mencintai dan mengikuti Kekasih-Nya, Sayyidil Wujud Muhammad Saw. Dengan tegas Allah Swt menyampaikan dalam Firman-Nya.

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS.Ali ‘Imran:31)

Karena itu Allah telah memilih Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi terakhir dan tidak ada nabi lagi setelahnya. Tiada jalan kesuksesan kecuali beriman kepadanya dan mengikuti petunjuknya.

Semua jalan menuju kepada Allah akan tertutup kecuali melalui beliau, karena hanya Nabi Muhammad Saw satu-satunya wasilah yang akan mengantarkan manusia menuju kebahagiaan.

Karena itu Al-Qur’an yang di bawa oleh beliau akan menjadi hakim bagi seluruh kitab-kitab sebelumnya.

وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ

“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya.” (QS.Al-Ma’idah:48)

Karena itu Allah jadikan kesempurnaan misi seluruh Nabi ada di tangan Nabi Muhammad Saw. Setelah kedatangan Nabi terakhir ini maka sempurnalah seluruh Risalah Allah swt.

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.” (QS.Al-Ma’idah:3)

Itulah beliau, kekasih Allah Sayyidul Wujud Muhammad Saw.

KHAZANAH ALQURAN

Wahai Dunia, Inilah Sayyidil Wujud Muhammad! (Bag 1)

Nabi Muhammad Saw di utus untuk merubah pola hidup manusia. Mengembalikan manusia dalam posisi yang sebenarnya, setelah mereka tenggelam dalam kebodohan dan adat jahiliyah yang penuh kedzaliman.

Nabi Muhammad Saw di utus untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan demi kegelapan menuju cahaya. Dan membimbing mereka menuju jalan yang lurus dan mengeluarkan mereka dari penyembahan sesama hamba menuju penyembahan kepada Allah Yang Esa.

هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS.At-Taubah:33)

Allah Swt tidak mengutus Nabi Muhammad Saw kecuali hanya karena Rahmat dan Kasih Sayang-Nya pada manusia dan alam semesta. Demi menyelamatkan mereka dari kehancuran dan kerugian. Dan karenanya misi dakwah beliau adalah menyelamatkan seluruh umat manusia.

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS.Al-Anbiya’:107)

Seruan dan dakwah Nabi Muhammad Saw adalah kunci-kunci kebahagiaan dunia dan agar mereka semua meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Seluruh yang beliau sampaikan adalah ingin mengajak manusia menuju “kehidupan”.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ

“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu.” (QS.Al-Anfal:24)

Nabi Muhammad Saw sangat menginginkan kebahagiaan untuk manusia. Beliau rela mengorbankan jiwa dan semua yang dimilikinya demi keselamatan umat manusia.

Nabi Muhammad Saw adalah pribadi yang penuh cinta dan kasih sayang sehingga beliau sedih ketika melihat umatnya dalam kesulitan dan kesengsaraan.

لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS.At-Taubah:128)

Sehingga Al-Qur’an menceritakan begitu besarnya rahmat dan kasih sayang Nabi Muhammad Saw kepada umat hingga hampir saja beliau membinasakan diri karena terlalu memikirkan umatnya.

فَلَعَلَّكَ بَٰخِعٞ نَّفۡسَكَ عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِمۡ إِن لَّمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ أَسَفًا

“Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).” (QS.Al-Kahfi:6)

Nantikan bagian selanjutnya besok, Insya Allah !

Keistimewaan dan Fadhilah Bulan Maulid Nabi

BAGI umat muslim, bulan Rabiul Awal adalah bulan yang dimuliakan dan bulan yang ditunggu-tunggu. Sebab di bulan inilah Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Bertepatan pada hari senin, 12 Rabiul Awal di tahun gajah.

Terdapat sejumlah keutamaan yang ada di bulan Rabiul Awal yaitu sejumlah peristiwa penting seperti hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari kota Mekah ke kota Madinah dan masih banyak yang lainnya. Ketika sudah memasuki bulan Rabiul Awal, maka alangkah baiknya kita sebagai umat muslim untuk mengerajakan amalan di bulan Rabiul Awal. Beginilah 4 amalan di bulan Rabiul Awal yang harus kita ketahui.

Dibawah ini merupakan bentuk dari sebuah amalan-amalan yang harus kita ketahui dan kita laksanakan di bulan Rabiul Awal, karena banyak sekali pahala yang akan didapatkan. Berikut amalannya :

1. Membaca sholawat Nabi

Sebagaimana ketika kita membaca tasyahud akhir ketika sholat. Inilah sholawat ini lah yang paling diagungkan oleh para sahabat Nabi dan generasi penerusnya. Di antara bentuk bacaan sholawat Nabi yang utama dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW ialah :

Allahumma shalli ala Muhammad wa ala ali Muhammad, kamma shallaita ala Ibrahim wa ala aali Ibrahim, innaKa Hamidum Majid. Allahumma barik (dalam satu riwayat, wa barik, tanpa Allahumma) ala Muhammad wa ala ali Muhammad, kama barakta ala Ibrahim wa ala ali Ibrahim, innaka Hamidum Majid)

Artinya : “Ya Allah. Berilah (yakni, tambahkanlah) sholawat (sanjungan) kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi sholawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya Allah. Berilah berkah (tambahan kebaikan) kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha terpuji (lagi) Maha Mulia.” (HR. Bukhari dan Muslim)


2. Memperbanyak sedekah

Memperbanyak sedekah tidak akan membuat kita menjadi miskin. Bahkan sebaliknya dengan banyak bersedakh maka akan semakin banyak pula rezeki yang kita punya. Keberkahan adalah berkumpulnya orang yang selalu melakukan dan mendapatkan kebaikan.

3. Melaksanakan puasa sunnah

Melakukan puasa sunnah seperti senin dan kamis, serta puasa tengah bulan Yaumul Bids pada tanggal 13-14-15 Hijriyah. Karena dengan berpuasa sunnah pada tanggal tersebut pahala kita akan dilipat gandakan oleh Allah SWT.


4. Memperbanyak amalan kebaikan

Bagi kita semua alangkah baiknya untuk melakukan dan mengerjakan amal yang baik-baik. Jangan sampai kita melakukan amalan yang tidak diridhoi oleh Allah SWT dan bersifat maksiat. Orang-orang zaman dahulu pernah mengatakan, bahwa di bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW ini pantang untuk melakukan segala bentuk maksiat.

Demikianlah 4 Amalan di Bulan Rabiul Awal, semoga kita semua bisa menjaga amalan yang baik-baik di bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW dan menjaga semua tingkah laku kita semua, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sumber: Umma.id

INILAH MOZAIK

Maulid Nabi Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah

Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW adalah acara rutin yang dilaksanakan oleh mayoritas kaum muslimin untuk mengingat, mengahayati dan memuliakan kelahiran Rasulullah. Menurut catatan Sayyid al-Bakri, pelopor pertama kegiatan maulid adalah al-Mudzhaffar Abu Sa`id, seorang raja di daerah Irbil, Baghdad. Peringatan maulid pada saat itu dilakukan oleh masyarakat dari berbagai kalangan dengan berkumpul di suatu tempat. Mereka bersama-sama membaca ayat-ayat Al-Qur’an, membaca sejarah ringkas kehidupan dan perjuangan Rasulullah, melantuntan shalawat dan syair-syair kepada Rasulullah serta diisi pula dengan ceramah agama. [al-Bakri bin Muhammad Syatho, I`anah at-Thalibin, Juz II, hal 364]

Peringatan maulid Nabi seperti gambaran di atas tidak pernah terjadi pada masa Rasulullah maupun sahabat. Karena alasan inilah, sebagian kaum muslimin tidak mau merayakan maulid Nabi, bahkan mengklaim bid`ah pelaku perayaan maulid. Menurut kelompok ini seandainya perayaan maulid memang termasuk amal shaleh yang dianjurkan agama, mestinya generasi salaf lebih peka, mengerti dan juga menyelenggarakannya. [Ibn Taimiyah, Fatawa Kubra, Juz IV, hal 414].

Oleh karena itulah, penting kiranya untuk memperjelas hakikat perayaan maulid, dalil-dalil yang membolehkan dan tanggapan terhadap yang membid`ahkan.

Bukan Bid`ah yang Dilarang

Telah banyak terjadi kesalahan dalam memahami hadits Nabi tentang masalah bid`ah dengan mengatakan bahwa setiap perbuatan yang belum pernah dilakukan pada masa Rasulullah adalah perbuatan bid`ah yang sesat dan pelakunya akan dimasukkan ke dalam neraka dengan berlandaskan pada hadist berikut ini,

وإيَّاكم ومحدثات الأمور؛ فإنَّ كلَّ محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة

Artinya: Berhati-hatilah kalian dari sesuatu yang baru, karena setiap hal yang baru adalah bid`ah dan setipa bid`ah adalah sesat”. [HR. Ahmad No 17184].

Pemahaman Hadits ini bisa salah apabila tidak dikaitkan dengan Hadits yang lain, yaitu,

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

Artinya:Siapa saja yang membuat sesuatu yang baru dalam masalah kami ini, yang tidak bersumber darinya, maka dia ditolak. [HR al-Bukhori No 2697]

Ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan أمرنا dalam hadits di atas adalah urusan agama, bukan urusan duniawi, karena kreasi dalam masalah dunia diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan syariat. Sedangkan kreasi apapun dalam masalah agama adalah tidak diperbolehkan. [Yusuf al-Qaradhawi, Bid`ah dalam Agama, hal 177]

Dengan demikian, maka makna hadits di atas adalah sebagai berikut,

“Barang siapa berkereasi dengan memasukkan sesuatu yang sesungguhnya bukan agama, lalu diagamakan, maka sesuatu itu merupakan hal yang ditolak”

Dapat dipahami bahwa bid`ah yang dhalalah (sesat) dan yang mardudah (yang tertolak) adalah bid`ah diniyah. Namun banyak orang yang tidak bisa membedakan antara amaliyah keagamaan dan instrumen keagamaan. Sama halnya dengan orang yang tidak memahami format dan isi, sarana dan tujuan. Akibat ketidakpahamannya, maka dikatakan bahwa perayaan maulid Nabi sesat, membaca Al-Qur’an bersama-sama sesat dan seterusnya. Padahal perayaan maulid hanyalah merupakan format, sedangkan hakikatnya adalah bershalawat, membaca sejarah perjuangan Rasulullah, melantunkan ayat Al-Qur’an, berdoa bersama dan kadang diisi dengan ceramah agama yang mana perbuatan-perbuatan semacam ini sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an maupun Hadits.

Dan lafadz كل pada hadits tentang bid`ah di atas adalah lafadz umum yang ditakhsis. Dalam Al-Qur’an juga ditemukan beberapa lafadz كل yang keumumannya di takhsis. Salah satu contohnya adalah ayat 30 Surat al-Anbiya`:

وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَي

Artinya:  Dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup itu dari air. (QS al-Anbiya’: 30)

Kata segala sesuatu pada ayat ini tidak dapat diartikan bahwa semua benda yang ada di dunia ini tecipta dari air, tetapi harus diartikan sebagian benda yang ada di bumi ini tercipta dari air. Sebab ada benda-benda lain yang diciptakan tidak dari air, namun dari api, sebagaimana firman Allah dalam Surat ar-Rahman ayat 15:

وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَار

Artinya: Dan Allah menciptakan jin dari percikan api yang menyala. Oleh karena itulah, tidak semua bid`ah dihukumi sesat dan pelakunya masuk neraka. Bid`ah yang sesat adalah bid`ah diniyah, yaitu meng-agamakan sesuatu yang bukan agama. Adapun perayaan maulid Nabi tidaklah termasuk bid`ah yang sesat dan dilarang karena yang baru hanyalah format dan instrumennya. Berkenaan dengan hukum perayaan maulid, As-Suyuthi dalam al-Hawi lil Fatawi menyebutkan redaksi sebagai berikut:

أَصْلُ عَمَلِ الْمَوْلِدِ بِدْعَةٌ لَمْ تُنْقَلْ عَنِ السَّلَفِ الصَّالِحِ مِنَ الْقُرُوْنِ الثَّلاَثَةِ، وَلكِنَّهَا مَعَ ذلِكَ قَدْ اشْتَمَلَتْ عَلَى مَحَاسِنَ وَضِدِّهَا، فَمَنْ تَحَرَّى فِيْ عَمَلِهَا الْمَحَاسِنَ وَتَجَنَّبَ ضِدَّهَا كَانَتْ بِدْعَةً حَسَنَةً” وَقَالَ: “وَقَدْ ظَهَرَ لِيْ تَخْرِيْجُهَا عَلَى أَصْلٍ ثَابِتٍ.

“Hukum Asal peringatan maulid adalah bid’ah yang belum pernah dinukil dari kaum Salaf saleh yang hidup pada tiga abad pertama, tetapi demikian peringatan maulid mengandung kebaikan dan lawannya, jadi barangsiapa dalam peringatan maulid berusaha melakukan hal-hal yang baik saja dan menjauhi lawannya (hal-hal yang buruk), maka itu adalah bid’ah hasanah”. Al-Hafizh Ibn Hajar juga mengatakan: “Dan telah nyata bagiku dasar pengambilan peringatan Maulid di atas dalil yang tsabit (Shahih)”.

Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani, mengatakan:

وَالْحَاصِلُ اَنّ الْاِجْتِمَاعَ لِاَجْلِ الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ اَمْرٌ عَادِيٌّ وَلَكِنَّهُ مِنَ الْعَادَاتِ الْخَيْرَةِ الصَّالِحَةِ الَّتِي تَشْتَمِلُ عَلَي مَنَافِعَ كَثِيْرَةٍ وَفَوَائِدَ تَعُوْدُ عَلَي النَّاسِ بِفَضْلٍ وَفِيْرٍ لِاَنَّهَا مَطْلُوْبَةٌ شَرْعًا بِاَفْرِادِهَا.

Artinya: Bahwa sesungguhnya mengadakan Maulid Nabi Saw merupakan suatu tradisi dari tradisi-tradisi yang baik, yang mengandung banyak manfaat dan faidah yang kembali kepada manusia, sebab adanya karunia yang besar. Oleh karena itu dianjurkan dalam syara’ dengan serangkaian pelaksanaannya. [Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Mafahim Yajibu An-Tushahha, hal. 340]

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perayaan maulid Nabi hanya formatnya yang baru, sedangkan isinya merupakan ibadah-ibadah yang telah diatur dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Oleh karena itulah, banyak ulama yang mengatakan bahwa perayaan maulid Nabi adalah bid`ah hasanah dan pelakunya mendapatkan pahala.

Dalil-dalil Syar`i Perayaan Maulid Nabi Di antara dalil perayaan maulid Nabi Muhammad menurut sebagian Ulama` adalah firman Allah:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Artinya: “Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad Saw) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira.” (QS.Yunus: 58) Ayat ini menganjurkan kepada umat Islam agar menyambut gembira anugerah dan rahmat Allah. Terjadi perbedaan pendapat diantara ulama dalam menafsiri الفضل dan الرحمة. Ada yang menafsiri kedua lafadz itu dengan Al-Qur’an dan ada pula yang memberikan penafsiran yang berbeda. Abu Syaikh meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa yang dimaksud dengan الفضل adalah ilmu, sedangkan الرحمة adalah Nabi Muhammad SAW. Pendapat yang masyhur yang menerangkan arti الرحمة dengan Nabi SAW ialah karena adanya isyarat firman Allah SWT yaitu,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Artinya: “Kami tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Ambiya’:107).”[Abil Fadhol Syihabuddin Al-Alusy, Ruhul Ma’ani, Juz 11, hal. 186]

Menurut Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani Bergembira dengan adanya Nabi Muhammad SAW ialah dianjurkan berdasarkan firman Allah SWT pada surat Yunus ayat 58 di atas. [Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani, Ikhraj wa Ta’liq Fi Mukhtashar Sirah An-Nabawiyah, hal 6-7]

Dalam kitab Fathul Bari karangan al- Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani diceritakan bahwa Abu Lahab mendapatkan keringanan siksa tiap hari senin karena dia gembira atas kelahiran Rasulullah. Ini membuktikan bahwa bergembira dengan kelahiran Rasulullah memberikan manfaat yang sangat besar, bahkan orang kafirpun dapat merasakannya. [Ibnu hajar, Fathul Bari, Juz 11, hal 431]

Riwayat senada juga ditulis dalam beberapa kitab hadits di antaranya Shohih Bukhori, Sunan Baihaqi al-Kubra dan Syi`bul Iman. [Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, Juz 7, hal 9, Sunan Baihaqi al-Kubra, Juz 7, hal 9, Syi`bul Iman, Juz 1, hal 443].

Ahmad Muzakki, Santri Mahad Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafi`iyyah Situbondo

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/73506/maulid-nabi-perspektif-al-quran-dan-sunnah
Konten adalah milik dan hak cipta www.islam.nu.or.id