Masjid Al-Aqsha Kembali Diserbu Ekstrimis Yahudi

Palestina (11/7) – Minggu dini hari, 18 orang Israel yang fanatik menyerbu masjid sucinya kaum Muslimin yaitu Masjid al-Aqsha.

Sebagaimana dilansir The Palestinian Information Center (10/7), 18 orang Israel yang fanatik menyerbu masjid al-Aqsha melalui gerbang Maghareba , gerbang yang disekitarnya terdapat polisi Israel serta pasukan khusus yang kemudian merekalah yang mengawal 18 orang tersebut dalam menyerang masjid al-Aqsha.

Gerbang Maghareba merupakan salah satu gerbang untuk masuk ke wilayah masjid al-Aqsha dimana orang-orang Israel sering masuk melalui gerbang ini.

Sebelumnya, pada bulan Juni, setidaknya ada 1.357 warga Israel beserta tentaranya yang menyerbu masjid al-Aqsha sehingga mengakibatkan 67 jama’ah kaum Muslimin dari berbagai negara terluka terkena peluru api dan gas air mata yang diluncurkan oleh tentara Israel.

Dan untuk kali ini ada 18 orang warga Israel yang kembali menyerbu masjid al-Aqsha melalui gerbang Maghareba.

Melihat Masjid al-Aqsha diserbu, jama’ah Muslimim meneriakkan kalimat ‘ Allahu Akbar’ sebagai aksi protes mereka atas perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang fanatik Israel. (Cahaya Kemenangan)

 

sumber: Bumi Syam

Israel Tahan Dua Bocah Palestina Usia 12 Tahun

Palestina (11/7) – Pada hari Minggu, Israel mengadili 2 tahanan termuda di dunia. Mereka adalah anak-anak Palestina, Shadi Farrah dan Ahmad al-Zaatari yang berusia 12 tahun.

Sebagaimana dilansir The Palestinian Information Center (10/7), pasukan rezim menangkap Shadi Farrah dan Ahmad al-Zaatari pada 30 Januari 2016 ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah yang kemudian mereka ditangkap dengan tuduhan membawa pisau.

Penangkapan anak berusia di bawah umur merupakan sebuah pelanggaran yang telah dilakukan oleh Israel, karena secara hukum tidak diperbolehkan untuk menahan anak yang masih berusia di bawah umur. (Cahaya Kemenangan)

 

sumber: Bumi Syam

Faedah Salat Bagi Kesehatan Otak

PENGARUH salat bagi otak, seperti gerakan rukuk dan sujud terutama pada asupan darah dan keteraturan aliran darah dapat kita lihat melalui penjelasan di bawah ini:

1. Peran dan fungsi otak sangat penting bagi kehidupan manusia. Otak memengaruhi fungsi dan kerja seluruh anggota tubuh lain. Pada posisi pertama, sistem peredaran darah ke otak memegang peranan paling penting karena untuk menjalankan fungsinya, otak membutuhkan glukosa sebagai bahan bakar.

Allah swt mengistimewakan sistem peredaran darah otak dan menganugerahkan kekhusukan untuk menjaga fungsi otak. Salah satu anugerah Allah yang paling utama adalah adanya jaringan pembuluh darah cadangan untuk bekerja dalam keadaan darurat ketika otak sangat membutuhkan asupan glukosa.

Allah swt juga melindungi sistem peredaran darah otak dengan tulang tempurung sehingga kerja dan fungsi pembuluh darah tetap terjaga tanpa mengalami perubahan.

2. Penelitian dan studi medis mutakhir menunjukkan bahwa aliran darah ke otak bertambah ketika kepala menunduk seperti dalam posisi sujud. Fenomena ini telah dibuktikan melalui penelitian dan pengalaman kaum muslimin. Dijelaskan bahwa aliran darah ke otak bersesuaian dengan perubahan posisi kepala ke bawah.

3. Posisi tubuh pada saat rukuk sehingga posisi kepala sejajar dengan dada dan tubuh bagian atas berperan penting karena posisi itu menyiapkan kepala dan otak untuk menerima aliran darah yang berlimpah ketika tubuh memasuki posisi sujud.

4. Penting juga kita ketahui, saat posisi duduk di antara dua sujud tidak menyebabkan darah mengalir lebih cepat dari kepala sehingga otak mengalami pengurangan darah secara mendadak. Posisi duduk di antara dua sujud tetap mempertahankan aliran darah ke otak sesuai dengan kadar yang dibutuhkan karena dua lutut yang dilipat dalam posisi duduk menahan airan darah balik ke paru-paru.

Penjelasan di atas menegaskan bahwa salat memiliki peran penting untuk menambah aliran darah ke otak sehingga otak bisa menjalankan fungsinya secara baik dalam mengatur dan mengendalikan seluruh organ tubuh.

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2308004/faedah-salat-bagi-kesehatan-otak#sthash.XTz4zPw8.dpuf

Ini Duduk Perkara Polemik Isu Pembongkaran Mushala di Bitung

Kantor Kementerian Agama Kota Bitung, Sulawesi Utara membantah isu yang menyebut adanya larangan beribadah umat Muslim dan pembongkaran mushala di daerah tersebut.

“Tidak benar. Tidak ada mushala ditutup,” kata Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Bitung, Ulyas Taha kepada Republika, Sabtu (9/7).

Ia menjelaskan, isu tersebut berawal dari adanya rencana pembangunan Masjid Asy Syuhada di Kelurahan Girian Permai, Kecamatan Girian, Kota Bitung yang tidak mendapat rekomendasi dari FKUB akibat sejumlah persyaratan yang belum terpenuhi. Sehingga, muncul penolakan dari kelompok umat Kristen terkait pembangunan masjid, dengan alasan tidak ada rekomendasi FKUB.

Kemudian, ia melanjutkan, pemerintah provinsi, kepolisian, dan pemerintah kota memediasi antara kelompok yang menolak dengan umat Muslim. Berdasarkan hasil kesepatakan, umat Muslim setempat tidak boleh melakukan aktivitas di tempat rencana pembangunan masjid itu sebelum adanya rekomendasi.

Kebetulan, Ulyas mengatakan, di sekitar lokasi pembangunan masjid terdapat sebuh bangunan semi permanen atau pondokan. Para jamaah Asy Syuhada meminta izin menggunakan bangunan tersebut untuk beraktivitas shalat lima waktu. Permintaan tersebut, kemudian dikaji oleh pihak keamanan dengan berbagai pertimbangan apakah akan memicu gesekan antara warga atau tidak.

“Karena ada pengamanan, maka diizinkan, karena hanya untuk shalat. Begitu diizinkan shalat di situ, bangunan itu diberi dinding triplek, kemudian dapat protes lagi, itu sudah mau dibikin apa, karena sebenarnya bangunan itu ditolak juga,” tutur dia.

Kemudian, jamaah Asy Syuhada menjelaskan kepada pihak keamanan, bangunan tersebut tidak digunakan untuk apa-apa. Pihak keamanan dan warga yang menolak pembangunan akhirnya memberi toleransi.

“Beberapa hari kemudian, mereka yang menolak protes, karena itu sudah ditulis mushala. Keamanan diminta menurunkan, jangan ditulis apa-apa, jangan ada kesan ada masjid ada mushala, karena tak ada izin,” ujar Ulyas.

Saat itu, ia melanjutkan, muncul permohonan dari jamaah, bahwa itu hanya penamaan pondokan saja. Akhirnya, pihak keamanan memberi kelonggaran tulisan mushala itu. Seiring berjalannya waktu, kelompok Kristen meminta ketua penitia pembangunan masjid agar diganti. Alasannya, mereka tidak kooperatif dan emosional serta sulit diajar diskusi.

“Saya panggil, akhirnya mereka sepakat (diganti), yang penting ini masjid bisa dibangun. Penggantinya orang Kemenag,” jelasnya.

Ia meminta panitia baru agar mampu menciptakan suasana kondusif silaturahim, kunjungan dan sebagainya. Bahkan, bentukan panitia baru juga memasukkan dua orang Kristen untuk memudahkan komunikasi.

Ia menyebut, komunikasi panitia baru mulai berjalan, bahkan sudah membahas lokasi pembangunan masjid yang disiapkan Pemkot Bitung. Namun, ia menilai, kelompok panitia lama menuduh panitia baru tersebut tidak berpihak pada jamaah Asy Syuhada.

“Ada beberapa langkah panitia baru kemudian dimentahkan mengusulkan pembangunan masjid. Ini pembangunan masjid bukan (secara) normal, ini kan ada masalah, jadi dimediasi sehingga butuh waktu. Mereka (panitia lama) tak sabaran, mereka melakukan sebaliknya ada perlawanan,” kata Ulyas.

Ia mencontohkan, saat akan merayakan Isra Miraj, jamaah meminta izin membangun tenda. Kemudian, pihak kemanan mengizinkan. Namun, saat tiba waktu pembongkaran tenda, panitia lama meminta agar tidak dibongkar. Alasannya, untuk ibadah shalat Tarawih selama Ramadhan.

“Padahal, kan itu kesepakatan soal Isra Miraj, ini memancing kemarahan yang sebelah lagi (kelompok yang menolak pmbangunan masjid),” jelasnya.

Akhirnya, pihak keamanan tidak memberikan izin sebab hal tersebut bakal mengarah ke konflik antarumat beragama. Akhirnya, Pemkot Bitung mengeluarkan SK rekomendasi relokasi masjid yang tidak jauh dari lokasi semula. SK tersebut, ia menilai, merupakan kewajiban pemkot sesuai SKB2 Menteri.

Pemkot, ia mengatakan, memfasilitasi dengan membeli lahan baru. Rencananya, setelah puasa akan dilakukan peletakan batu pertama. “Tidak ada pelarangan beribadah dan tidak ada pembongkaran masjid. Yang ada, hanya orang-orang yang memaksakan melaksanakan ibadah di lokasi yang tak diizinkan berdasarkan SK itu,” tutur dia. Ia tidak menampik, siapapun umat Muslim akan marah apabila mngetahui ada mushala yang dibongkar atau larangan beribadah.

 

 

sumber: Republika Online

Pemerintah Kota Bitung Disebut Tutup Mushala Selama Ramadhan

Ketua panitia pembangunan Masjid As Syuhada di Kelurahan Girian Permai, Kecamatan Girian, Kota Bitung, Karmin Mayau mengungkapkan larangan berkegiatan selama bulan Ramadhan bagi mereka. Anehnya, larangan justru berasal dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bitung.

“Kita kemarin, per tanggal 4 Juni SK wali kota keluar, yang mana dilarang melakukan kegiatan dan ibadah lagi di sekitar lokasi pembanguan masjid. Begitu juga mushala ditutup,” kata Karmin saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (9/7).

Dalam SK tetanggal 2 Juni 2016 tersebut, ada larangan melaksanakan shalat lima waktu di sekitar lokasi pembangunan masjid. Alasannya, untuk menjaga keamanan. “Padahan keamanan itu kan dari mereka (Pemkot Bitung) juga,” ujar dia.

Umat Islam setempat telah merespon SK tersebut. Namun hingga saat ini belum ada balasan. Karena itu, meski mushala ditutup, untuk mengisi bulan Ramadhan umat Islam setempat tetap berkegiatan.

“Kita kegiatan buka puasa keliling dan shalat wajib berjamaah. Itu keliling di sekitar rumah-rumah warga di sekitar pembanguna masjid. Setiap Maghrib, kita buka puasa bersama,” tutur Karmin.

 

 

sumber: Republika Online

 

 

Umat Islam di Girian Permai Dilarang Kegiatan Selama Ramadhan

Aksi teror terhadap umat Islam di Kota Bitung, Sulawesi Utara kembali terjadi. Salah satunya, yakni adanya larangan berkegiatan selama bulan Ramadhan.

Ketua panitia pembangunan Masjid As Syuhada di Kelurahan Girian Permai, Kecamatan Girian, Kota Bitung, Karmin Mayau mengungkapkan, larangan berkegiatan selama bulan Ramadhan justru berasal dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bitung.

“Kita kemarin, per tanggal 4 Juni SK wali kota keluar, yang mana dilarang melakukan kegiatan dan ibadah lagi di sekitar lokasi pembanguan masjid. Begitu juga mushala ditutup,” kata Karmin saat dihubungiRepublika.co.id, Sabtu (9/7).

Ia menuturkan, dalam SK tetanggal 2 Juni 2016 tersebut, ada larangan melaksanakan shalat lima waktu di sekitar lokasi pembangunan masjid. Selain itu, mushala yang berada di daerah tersebut juga ditutup.

Ia mengungkapkan, alasan yang diterangkan surat tersebut, yakni untuk menjaga keamanan. “Padahan keamanan itu kan dari mereka (Pemkot Bitung) juga,” ujar dia.

Kemudian, Karmin berujar, umat Islam setempat merespon SK tersebut, namun hingga saat ini belum ada balasan. Kendati mushala ditutup, ia menuturkan, untuk mengisi bulan Ramadhan umat Islam setempat tetap berkegiatan.

“Kita kegiatan buka puasa keliling dan shalat wajib berjamaah. Itu keliling di sekitar rumah-rumah warga di sekitar pembanguna masjid. Setiap Maghrib, kita buka puasa bersama,” tutur Karmin.

 

Ia berujar, selama melaksanakan buka puasa keliling dan shalat Maghrib, tidak ada gangguan berarti dari kelompok Kristen. Namun, ia mengatakan, suatu malam sekira pukul 23.45 Wita, terjadi pelemparan beton di rumahnya. Diduga, pelakunya yakni warga sekitar yang mayoritas beragama Kristen.

Saat itu, Karmin langsung menindaklanjuti dengan menghubungi Kasat Intel Polres Bitung. Kemudian, pihak kepolisian langsung merespon dengan mendatangi lokasi kejadian.

Saat itu, ia mengatakan, tidak ada warga yang mengaku aksi pelemparan tersebut. Namun yang sangat disayangkan, Polres kemudian tidak menindaklanjuti aduannya.

“Saya juga sudah nggak mau, abis buang waktu. Kita sebenarnya bukan lagi berurusan dengan masyarakat Kristen, tapi juga anggota polisi yang oknum. Kan ada perlindungan mereka,” tutur Karmin.

Alasannya, ia menyebut, sudah satu tahun pos polisi berdiri di sekitar daerahnya. Namun tetap saja terjadi aksi penyerangan.

Selain itu, ia berujar, berdasarkan kabar yang ia peroleh dari salah satu Muslim setempat, terjadi aksi pelemparan batu saat malam takbiran. Ia mengaku belum mengecek kebenaran tersebut, karena sedang berada di luar kota hingga saat ini.

“Kemarin saya dengar berita, waktu kejadian malam takbiran, saya sudah di kampung. Ada aksi pelemparan dari ormas Kristen ke anggota yang sedang ikut pawai takbiran keliling di Kota Bitung,” jelasnya.

 

 

sumber: Republika Online

Masjid Sepi Jamaah Usai Ramadhan

Dengan berakhirnya bulan suci Ramadhan, jumlah jamaah masjid, surau maupun mushala akan berkurang. Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Masdar Farid Mas’udi mengatakan perbedaan ini memang sudah lazim terjadi.

“Bulan suci Ramadhan lebih semarak dari bulan yang lain. Mengharapkan di bulan lain masjidnya ramai seperti Ramadhan, itu tidak mungkin,” ungkap Masdar F Mas’udi kepada Republika, Ahad (10/7).

Menurut Masdar, ramainya masjid saat Ramadhan dikarenakan bulan tersebut memang dimuliakan Allah SWT untuk menjadi bulan ibadah. Sehingga, banyak orang yang bersemangat tinggi untuk melaksanakan shalat taraweh, shalat lima waktu hingga tadarusan di masjid.

Suasana ini didukung pula oleh kegiatan perkantoran yang menyesuaikan waktu kerja selama Ramadhan. Para karyawan dipulangkan lebih cepat agar dapat memaksimalkan ibadah selama Ramadhan. “Maka tak heran bila setelah Ramadhan kondisi akan kembali normal mengingat aktivitas sehari-hari yang kembali seperti biasa,” kata Masdar.

Kendati demikian, sejumlah masjid tetap berupaya agar masjid tetap ramai dikunjungi para jamaahnya. Masjid Sunda Kelapa contohnya. Sekretaris Eksekutif Masjid Agung Sunda Kelapa Ahmad Izzuddin Syamma memaparkan pihaknya mempersiapkan sejumlah program untuk meramaikan masjid.

“Masjid Sunda Kelapa istiqomah menjalankan semua program rutin yang sudah dirancang selama bulan-bulan biasa,” ungkap Ahmad Izzuddin Syamma saat dihubungi Republika, Ahad (10/7).

Sebelum Ramadhan berakhir, pengurus masjid sudah menyosialisasikan kepada para jamaah terkait jadwal program yang akan diselenggarakan masjid. Misalnya kuliah dhuha, kuliah jumat dan beberapa kajian rutin lainnya.

Ahmad mengakui animo masyarakat untuk mengunjungi masjid diakui berkurang dikarenakan masih merayakan tradisi lebaran.

Namun, pengurangan jamaah masjid Sunda Kelapa dari Ramadhan hingga pascaRamadhan tidak terlalu banyak dan terbilang masih cukup stabil. “Seperti biasa, jamaah shalat subuh selalu lebih sedikit dari jamaah shalat lainnya,” tutup Ahmad.

 

 

sumber: Republika Online

“Saat Kebohongan tentang Ali bin Abi Thalib Terungkap”

Bagi sebagian kalangan Islam, terutama SyiahRafidhah, sosok khalifah keempat dari  khulafaur rasyidin, yakni Khalifah Ali bin Abi Thalib, sering digambarkan secara tidak tepat, bahkan tidak jujur.

Mereka beranggapan bahwa sepupu dan menantu Rasulullah SAW ini adalah orang yang paling berhak menggantikan Rasulullah SAW setelah wafat. Karena itu, mereka tidak mengakui kepemimpinan Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khatab, maupun Khalifah Utsman bin Affan.

Buku Biografi Ali bin Abi Thalib yang ditulis oleh Prof Dr Ali Muhammad ash-Shalabi ini merupakan buku sejarah yang begitu lengkap dan komprehensif dalam mengupas rekam jejak Ali bin Abi Thalib.

Sebagai seorang sejarawan, Ash-Shalabi mampu menceritakan secara detail, runut, dan mengalir dengan bahasa yang mudah dipahami mengenai sosok Ali bin Abi Thalib.

Selain itu, sebagai ahli hadis ash-Shalabi juga mampu mengungkap hadis-hadis daif dan maudhu (palsu) yang berhubungan dengan Ali bin Abi Thalib, terutama hadis-hadis yang berkaitan dengan kepemimpinan pascawafatnya Rasulullah SAW.

Dengan kemampuannya yang brilian tersebut, ash-Shalabi mampu mengungkap kebohongan-kebohongan dan kekeliruan paham serta keyakinan dari kelompok Syiah Rafidhah yang bersikap berlebih-lebihan terhadap Ali bin Abi Thalib, bahkan menempatkannya seolah-olah seperti Tuhan.

Ash-Shalabi mampu menghadirkan fakta-fakta sejarah yang begitu terang benderang  berdasarkan sumber-sumber yang jernih, yang terbebas dari segala syubhat dan kepentingan-kepentingan kelompok yang berusaha memecah belah akidah kaum Muslimin. Terutama, soal baiat dan kepemimpinan pascawafatnya Rasul.

Penulis menegaskan bahwa Ali merupakan sosok pemimpin yang petunjuk, ucapan, dan perbuatannya banyak diikuti oleh kaum Muslimin dalam kehidupan mereka.

Perjalanan hidupnya menjadi sumber kekuatan iman, lurusnya kasih sayang, dan sahihnya pemahaman beragama.

“Kita dapat belajar dari sosok Ali mengenai fikihnya dalam berinteraksi dengan sunah-sunah Rasulullah dan petunjuk-petunjuk terbaiknya, kedekatannya dengan Alquran dan mengikuti  petunjuk Rasul-Nya, pentingnya rasa takut kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, mencari apa yang ada di sisi-Nya demi kesuksesan dunia dan akhirat, dan pengaruh dari nilai-nilai ini semua dalam kehidupan umat Islam dan kebangkitan mereka, serta peran mereka dalam mendukung dan mengemban misi peradaban.”

Secara keseluruhan buku ini terdiri atas tujuh bab, yakni Ali bin Abi Thalib selama di Makkah, prestasi terpenting Ali bin Abi Thalibrentang waktu Hijrah sampai Perang Ahzab, prestasi terpenting Ali bin Abi Thalib rentang waktu antara Perang Ahzab dan wafatnnya Nabi, dan Ali bin Abi Thalib pada masa para khalifah. Selain itu, landasan perekonomian dan peradilan pada masa Ali bin Abi Thalibserta sebagian ijtihad fikihnya, pembagian wilayah pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, dan Perang Jamal, Shifin, dan Tahkim.

 

Judul : Biografi Ali bin Abi Thalib

Penulis : Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi

Penerbit : Pustaka Al-Kautsar

Cetakan    : I, Desember 2012

Tebal : xxxii+712 hlm

Sumber : Biografi Ali bin Abi Thalib

Kisah Perjumpaan dengan Allah Taala di Surga

Abu Hurairah radhiyallahu anhu bertemu Said bin al-Musayyah, lantas Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, “Saya memohon kepada Alah agar mengumpulkan aku dan kamu di pasar surga.” Said bertanya, “Apakah di surga ada pasar?”

Abu Hurairah radhiyallahu anhu menjawab, “Iya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bercerita kepadaku bahwa penduduk surga ketika telah masuk ke dalam surga, mereka tinggal di dalamnya berkat keutamaan amal perbuatannya, maka mereka diperkenankan kira-kira Hari Jumat sebagaimana hari-hari di dunia, mereka mengunjungi Allah Subhanahu wa Taala.

Allah menampakkan singgasana-Nya kepada mereka. Dia nampak bagi mereka di salah satu pertamanan surga. Dibuatkan untuk mereka mimbar-mimbar dari cahaya, mimbar-mimbar dari mutiara, mimbar-mimbar dari permata, mimbar-mimbar dari emas, dan mimbar-mimbar dari perak. Orang yang paling rendah tingkatannya di dalam tidak ada yang hina- duduk di atas bukit misk (kasturi) dan kapur barus. Mereka tidak memandang bahwa yang mempunyai kursi lebih baik tempatnya daripada mereka.”

Abu Hurairah radhiyallahu anhu melanjutkan, “Saya berkata, Wahai Rasulullah! Apakah kita dapat melihat Rabb kita? Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Iya. Apakah kalian ragu-ragu dapat melihat matahari dan rembulan pada malam purnama? Kami menjawab, “Tentu tidak.

Beliau shallallahu alaihi wa sallam menambahkan, Demikian pula kalian semua tidak ragu-ragu dapat melihat Rabb kalian Azza wa Jalla. Tidak ada seorang pun yang tersisa dari majelis tersebut melainkan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Taala. Sehingga, Dia berkata kepada seseorang di antara kalian, Wahai fulan! Apakah engkau ingat ketika engkau melakukan ini dan itu.

Allah Subhanahu wa Taala mengingatkan sebagian kesalahan-kesalahan orang tersebut ketika di dunia. Lalu orang tersebut berkata, Ya Rabbi, bukankah Engkau telah mengampuniku? Allah Subhanahu wa Taala berfirman, Ya, telah Kuampuni. Lantaran keluasan ampunan-Ku, engkau dapat sampai pada kedudukanmu ini.

Pada saat mereka dalam kondisi tersebut, tiba-tiba awan menyelubungi mereka dari atas, lalu awan tersebut menurunkan hujan yang baik kepada mereka. Mereka belum pernah menjumpai keharuman yang semisal keharuman tersebut. Kemudian Allah Subhanahu wa Taala berfirman, Bangunlah menuju kemuliaan yang telah Kusediakan untuk kalian, lalu ambillah yang kalian kehendaki!.”

Abu Hurairah radhiyallahu anhu melanjutkan kisahnya, “Lantas kami mendatangi pasar yang dikelilingi oleh para malaikat. Di dalamnya terdapat hal-hal yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terbesit dalam hati. Lantas dibawakan untuk kita apa yang kita inginkan.

Tidak ada sesuatu pun yang dijual di sana dan tidak perlu membeli. Di pasar itu para penduduk surga saling bertemu satu sama lain. Orang yang mempunyai kedudukan tinggi dapat bertemu orang yang kedudukannya lebih rendah di dalam surga tidak ada yang hina- lalu dia terpikat dengan pakaian yang dilihatnya.

Belum sampai selesai berbicara sehingga dia membayangkan pakaian yang lebih baik lagi. Hal ini lantaran tidak selayaknya seseorang bersedih hati di dalam surga. Selanjutnya kami kembali ke tempat kami masing-masing, lalu istri-istri kita menyambut kita seraya berkata, Selamat datang sungguh, engkau datang dengan ketampanan dan kebaikan melebihi daripada ketika engkau berpisah dengan kami tadi.

Kami menjawab, Sungguh, kami baru saja menghadap Rabb Kami Yang Maha Perkasa Subhanahu wa Taala dan memastikan kami akan kembali sebagaimana kami telah kembali.” (HR. At-Tirmidzi, Dia berkata bahwa hadits ini gharib diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab Sunan-nya Juz II hal. 207)

[Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah/kisahmuslim]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2307224/kisah-perjumpaan-dengan-allah-taala-di-surga#sthash.vuJ0XORh.dpuf

Air Mata Ketakutan

ABDURRAHMAN bin Auf adalah salah satu sahabat nabi yang juga merupakan saudagar kaya raya dan terkenal di penjuru Madinah. Ia begitu saleh dan dermawan. Sepertiga hartanya ia pinjamkan kepada penduduk Madinah. Sepertiganya lagi ia gunakan untuk membayar utang mereka. Sepertiga sisanya ia bagi-bagikan kepada mereka. Seluruh penduduk Madinah turut menikmati kekayaannya.

Tidak hanya dermawan, Abdurrahman bin Auf juga sosok yang mudah tersentuh dan memiliki rasa takut yang luar biasa. Bahkan kadang hingga menangis tersedu-sedu. Pernah suatu ketika para sahabat berkumpul untuk menghadiri undangannya. Makanan pun terhidang dan tanpa disangka ia menangis. Salah satu sahabatnya bertanya, “Mengapa engkau menangis, saudaraku?”

“Rasulullah telah wafat. Tahukah kalian, beliau dan keluarganya belum pernah memakan roti sampai kenyang? Apa harapan kita jika dipanjangkan usianya tetapi tidak bertambah kebajikannya?”

Mendengar itu para sahabatnya turut menangis. Mereka adalah orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah dan tidak pernah berputus asa dalam mengharap rida-Nya. Pada kesempatan yang lain, ia ditanya oleh seseorang perihal ketakutannya tersebut. Abdurrahman bin Auf menjawab, “Kalian tentu mengenal Mushab bin Umar. Seorang syuhada dan orang yang lebih baik dariku. Namun, ketika wafat, ia hanya memperoleh sehelai kain kafan dari burdah. Kain yang jika ditutupkan ke kepalanya, kelihatan kakinya, dan jika ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya.”

Ia melanjutkan, “Begitu juga yang terjadi dengan Hamzah, seorang syuhada lainnya dan orang yang lebih baik dariku. Ia hanya memperoleh selendang sebagai kafannya. Sesungguhnya kepada kami, telah dihamparkan dunia seluas-luasnya serta diberikan pula hasil sebanyak-banyaknya. Aku sungguh khawatir jika ternyata pahala kebajikan bagi kami sudah diberikan di dunia ini saja.”

Karena itulah Abdurrahman bin Auf menangis ketakutan. Ia menyadari bahwa harta kekayaan yang ada padanya tidak akan membawa kebahagiaan untuknya jika tidak digunakan untuk membela agama Allah.

Bagaimana dengan harta kita? Semoga kita senantiasa meneladani kisah seorang Abdurrahman bin Auf dan memperoleh rida Allah atasnya.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2306885/air-mata-ketakutan#sthash.xWk1hcdW.dpuf