Saya akan Lindungi Masjid al-Aqsha Sampai Mati!

Seorang wanita secara sukarela berjaga untuk melindungi Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur dari serangan Israel.

Dia mengatakan dia akan terus mempertahankan situs suci Muslim itu sampai dia terbunuh atau wilayah Palestina yang diduduki dibebaskan dari pendudukan Israel.

Hatice Huveys, seorang guru berusia 44 tahun, menceritakan bahwa dia dan keluarganya mengalami penuntutan dan pelecehan oleh otoritas Israel saat menjaga masjid.

Huveys mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa dia telah ditahan oleh pasukan Israel sebanyak 28 kali sejak 2014. 

Dia meneteskan air mata untuk pertama kalinya ketika pasukan Israel melepaskan jilbab dan mantelnya saat ditahan di penjara Israel sekitar empat tahun lalu.

Dia dijatuhi hukuman penjara selama 23 hari pada tahun 2017 atas tuduhan terkait dengan Masjid Al-Aqsa dan memprotes masuknya pemukim Yahudi ke situs tersebut.

Ketegangan terbaru dimulai di Yerusalem Timur yang diduduki selama bulan suci Ramadhan dan menyebar ke Gaza sebagai akibat dari serangan Israel terhadap jamaah di kompleks masjid titik nyala dan lingkungan Sheikh Jarrah.

Jet Israel telah melancarkan serangan udara di seluruh Jalur Gaza sejak 10 Mei, meninggalkan jejak kehancuran besar-besaran di seluruh wilayah pantai pada saat gencatan senjata dimulai pada Jumat pagi antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Setidaknya 279 warga Palestina tewas hingga Sabtu, termasuk 69 anak-anak dan 40 wanita, dan 1.910 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

IHRAM

Masjid Al-Aqsha Selalu Dihinakan di Tangan Non-Muslim

Masjid al-Aqsha berulang kali dijajah, juga dibebaskan oleh kaum Muslimin. Sejarah membuktikan, ketika dikuasai oleh non-Muslim, masjid suci ini selalu dihinakan.

Era Syiah

Pasca dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khaththab RA, kawasan Baitul Maqdis menjadi damai. Kondisi ini berlangsung hingga Dinasti Abbasiyah. Namun situasi berubah ketika dikuasai oleh Dinasti Fatimiyah di penghujung tahun 900-an.

Kekaisaran Fatimiyyah berpusat di Mesir. Mereka berhasil merebut kawasan Baitul-Maqdis sesudah mengalahkan pasukan Abbasiyah di Ramalah. Para penguasa Fatimiyah yang merupakan pemeluk sekte Ismaili Syiah –dengan demikian bukan Muslim– ini mulai melakukan perusakan terhadap Masjid al-Aqsha.

Selama berabad-abad, Masjid al-Aqsha telah menjadi pusat penyebaran dan pengembagan ilmu, mulai dari bahasa Arab sampai hukum dan aqidah. Semua itu dihentikan oleh penguasa Fatimiyah dan diganti dengan lembaga-lembaga Syiah.

Masa paling buruk terjadi di bawah kekuasaan al-Hakim (mulai tahun 996). Bukan saja menindas kaum Muslimin, dia bahkan memproklamirkan dirinya sebagai tuhan. Al-Hakim juga memerintahkan agar namanya menggantikan nama Allah dalam khutbah Jumat.

Al-Hakim melarang puasa Ramadhan dan berhaji ke Makkah. Di ujung kekuasaannya (tahun 1021), kawasan Baitul-Maqdis sudah bukan lagi menjadi pusat keilmuan Islam.

Akhirnya al-Hakim digantikan oleh sultan-sultan yang lebih “moderat” dan lebih bersahabat. Sesudah gempa bumi besar pada tahun 1030, Masjid al-Aqsha kemudian direnovasi.

Pada tahun 1073, Baitul-Maqdis direbut oleh Turki Seljuk yang merupakan Muslim Sunni dari Asia Tengah. Artinya, Masjid al-Aqsha kembali ke tangan kaum Muslimin.

Tradisi ilmu kembali berkembang. Ma’had-ma’had didirikan. Ulama berdatangan dari berbagai penjuru dunia untuk mengajar dan belajar, termasuk Abu Hamid al-Ghazali yang pindah ke Baitul-Maqdis pada tahun 1095. Dia tinggal di sudut timur kompleks Masjid al-Aqsha untuk beribadah dan menyelesaikan kitabnya, Ihya’ Ulumuddin.

Penindasan Salibis

Namun geliat bangkitnya kehidupan ilmu di Masjid al-Aqsha tidak  bertahan lama. Datanglah Pasukan Salib.

Pada tahun 1095, Kaisar Romawi Timur, Alexios, meminta bantuan kepada Paus Urbanus II di Roma untuk memerangi bangsa Seljuk di Semenanjung Antalya. Jawaban Paus adalah Perang Salib I. Tujuannya bukan untuk memerangi bangsa Seljuk, melainkan merebut Baitul-Maqdis dari tangan kaum Muslimin dan mendirikan kerajaan Katolik.

Sungguh sayang, waktu itu para pemimpin dan jenderal Muslim dalam keadaan berpecah belah. Sulit untuk bangkit melawan. Akibatnya, Pasukan Salib bisa terus merangsek maju.

Pada tahun 1099, Pasukan Salib sampai di Baitul-Maqdis. Dinasti Fatimiyah yang ketika itu sudah merebut kembali kawasan ini dari bangsa Turki Seljuk tidak memiliki kemampuan untuk melawan. Akhirnya pada 15 Juli 1099, tentara-tentara Salib menerobos tembok dan masuk ke kota Baitul-Maqdis.

Terjadilah peristiwa paling mengerikan dalam sejarah Masjid al-Aqsha. Tentara-tentara Kristen menyatakan bahwa mereka akan menghabisi semua orang. Akibat ancaman itu, maka kaum Muslimin mengungsi dan mencoba berlindung di Masjid al-Aqsha. Namun Pasukan Salib berhasil masuk dan membantai semua orang yang berada di dalamnya.

Sejarah mencatat bahwa sejumlah tentara Salib menuliskan pembantaian yang mereka lakukan dengan penuh kebanggaan. Satu di antara mereka menyatakan betapa indahnya pemandangan para tentara Salib “berkubang darah sampai ke lutut” di dalam Masjid al-Aqsha!

Musnahnya kaum Muslimin di Baitul-Maqdis memungkinkan orang-orang Kristen melakukan perubahan di Masjid al-Aqsha. Penguasa pertama yang bernama Godfrey, menjadikan masjid tersebut sebagai kediamannya. Interior diubah sama sekali menjadi istana dengan dinding-dinding, ruang, dan taman-taman baru.

Semua tanda bahwa itu masjid, ditutup dan disingkirkan. Kaligrafi-kaligrafi ditutupi, sajadah-sajadah disingkirkan, dan mihrab-mihrab ditembok dengan batu bata.

Qubatush-Shakhrah atau Dome of the Rock diubah menjadi gereja yang diberi nama Temple of the Lord (Kuil Tuhan). Mereka menutup atau menyingkirkan semua tanda bahwa bangunan ini adalah bagian dari Masjid al-Aqsha. Batu di bawah kubah itu ditutup dengan marmer dan dijadikan altar.

Pembebasan Shalahuddin

Pada tahun 1180, tampillah Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Pahlawan berdarah Kurdi itu berhasil menyatukan berbagai negeri Muslim di sekitar Baitul-Maqdis. Pasukan Muslimin bersatu padu sehingga berhasil membebaskan Baitul-Maqdis dari cengkeraman kaum Salib (tahun 1187).

Berbeda dengan yang dilakukan orang-orang Kristen 88 tahun sebelumnya, ketika pasukan Shalahuddin berhasil menaklukkan kaum Salib, tak ada yang namanya pembantaian. Orang-orang Kristen/tentara Salib hanya diminta untuk keluar dari kawasan Baitul-Maqdis. Kompleks Masjid al-Aqsha akhirnya bisa dikuasai kembali oleh kaum Muslimin.

Salahuddin bersumpah akan membersihkan kembali Masjid al-Aqsha dalam satu pekan sesudah pembebasan, dan menyiapkan untuk shalat Jumat. Sama seperti Amirul Mu’minin Umar bin Khaththab RA 550 tahun sebelumnya, Shalahuddin bekerja sama dengan Mujahidin membersihkan Masjid al-Aqsha dengan tangan mereka sendiri.

Berbagai sisa bangunan Kristen dibongkar. Kamar-kamar mandi dan perabotan yang ditinggalkan tentara Salib dikeluarka dari Masjid Jami’ al-Qibly. Tempat itu kemudian dibersihkan dengan air mawar oleh tangan Shalahuddin sendiri.

Mihrab dibuka kembali. Kaligrafi-kaligrafi nan indah kembali dipampangkan. Shalahuddin juga memasukkan sebuah mimbar ke Masjid Jami’ al-Qibly. Mimbar itu sudah disiapkan oleh Nuruddin Zanki di Damaskus sekian tahun sebelumnya, sebagai persiapan untuk menyambut pembebasan Baitul-Maqdis.*/Ditulis oleh tim peneliti Institut al-Aqsa untuk Riset Perdamaian (ISA) (Majalah Suara Hidayatullah edisi Oktober 2018).*

HIDAYATULLAH

Al-Quds, Tempat Persinggahan Para Nabi

Ibnu al-Jauzi memaparkan dalil-dalil yang menyatakan tentang keutamaan al-Quds. Dalil-dalil itu terangkum dalam 27 bab. Di bab yang pertama, ia mengutip sebuah ayat tentang kisah yang menceritakan peristiwa tatkala Firaun mengejar Musa dan kaumnya.

Allah SWT berfirman, “Hai kaumku, masuklah ke Tanah Suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu.” (QS al-Maidah [6]: 21). Yang dimaksud bumi tanah suci itu ialah Palestina atau al-Quds. Menurut Az-Zajaj, ada beberapa alasan mengapa Palestina disucikan, antara lain, karena di tempat itu, dosa-dosa kecil bisa dihapuskan.

Selain itu, al-Quds dijauhkan Allah dari segala bentuk dan aktivitas syirik, sehingga menjadi tempat singgah para nabi terdahulu. Ibnu al-Jauzi juga menyampaikan sebuah hadis yang dinukilkan dari syekhnya, Abu al-Ma’mar al-Mubarak bin Ahmad al-Anshari. Dalam hadis yang musalsal hingga Rasulullah itu, disebutkan tentang posisi penciptaan wilayah al-Quds.

Hadis itu menyatakan bahwa daerah yang pertama kali diciptakan Allah di bumi ialah Makkah. Saat pertama kali diciptakan, Allah memosisikannya sebagai tempat yang terhormat. Makkah dilindungi oleh para malaikat sebelum Allah menciptakan apa pun selama 10 ribu tahun.

Lalu, Allah melanjutkan penciptaan Kota Madinah dan disusul kemudian al-Quds. Usai menciptakan ketiga kawasan itu, setelah lewat 10 ribu tahun kemudian, Allah ciptakan alam semesta secara keseluruhan.

Menurut dia, al-Quds begitu istimewa sebab Allah SWT memilih al-Quds sebagai tujuan isra Rasulullah. “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya.” (QS al-Isra [17] : 1).

Perhatian yang diberikan oleh Allah terhadap al-Quds tak sebatas terhenti pada peristiwa isra. Dalam sebuah riwayat dari Ka’ab al-Akhar disebutkan bahwa Allah melakukan pengawasan terhadap al-Quds, dua kali tiap harinya.

 

REPUBLIKA

4 Keutamaan Masjid Al-Aqsha (bagian 2)

KETIGA, al-Aqsha adalah permukaan bumi yang dipilih Allah menjadi tempat landasan dari bumi menuju sidratul muntaha (miraj).

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dibawakan kepadaku Buraq. Ia adalah hewan tunggangan berwarna putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal. Ada tanda di setiap ujungnya.” Beliau melanjutkan, “Aku mengikat Buraq itu di salah satu pintu Baitul Maqdis, tempat dimana para nabi mengikat hewan tunggangan mereka. Kemudian aku masuk ke dalamnya dan salat dua rakaat. Setelah itu aku keluar dari masjid, lalu Jibril mendatangiku dengan membawa bejana yang berisi khamr dan susu. Aku memilih yang berisi susu, lalu Jibril shallallahu alaihi wa sallam berkata, Engkau telah memilih fitrah. Setelah itu, kami pun miraj menuju langit.” (HR. Muslim)

Seandainya Allah menakdirkan, miraj dilakukan dari Masjid al-Haram pastilah Allah mampu melakukannya, akan tetapi Allah menetapkan agar Nabi dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam miraj dari Masjid al-Aqsha, agar kaum muslimin tahu kedudukan masjid ini dan agar masjid tersebut memiliki tempat istimewa di hati-hati umat Islam.

Keempat, Masjid al-Aqsha al-Mubarak adalah di antara tiga masjid yang boleh diniatkan secara khusus untuk mengunjunginya. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh bersengaja melakukan perjalanan (untuk beribadah) kecuali ketiga masjid: Masjid al-Haram, Masjid Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan Masjid al-Aqsha.” (HR. Bukhari).

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371117/4-keutamaan-masjid-al-aqsha-bagian-2#sthash.TRT14nVf.dpuf

4 Keutamaan Masjid Al-Aqsha (bagian 1)

PERTAMA, keutamaan Masjid al-Aqsha bukanlah suatu rahasia yang tersembunyi, keutamaannya begitu masyhur walau bagi orang awam sekalipun. Siapa yang tidak tahu, kalau ia adalah kiblat umat Islam sebelum Kabah al-Musyarrafah?

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma mengatakan, “Dahulu Rasulullah shalat di Mekah dengan menghadap Baitul Maqdis dan Kabah beliau posisikan di hadapannya. Setelah 16 bulan dari hijrah beliau ke Madinah, beliau shalat dengan menghadap Kabah.” (HR. Ahmad).

Kedua, keutamaan lainnya yang sangat dikenal oleh umat Islam adalah Masjid al-Aqsha merupakan tempat isra Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Allah Taala berfirman, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra: 1)

Dan pada momen isra itulah Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjadi imam shalat bagi para nabi. hal ini menunjukkan betapa berkahnya tempat ini.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371116/4-keutamaan-masjid-al-aqsha-bagian-1#sthash.PSGE2QcH.dpuf

4 Keutamaan Masjid Al-Aqsha (bagian 1)

PERTAMA, keutamaan Masjid al-Aqsha bukanlah suatu rahasia yang tersembunyi, keutamaannya begitu masyhur walau bagi orang awam sekalipun. Siapa yang tidak tahu, kalau ia adalah kiblat umat Islam sebelum Kabah al-Musyarrafah?

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma mengatakan, “Dahulu Rasulullah shalat di Mekah dengan menghadap Baitul Maqdis dan Kabah beliau posisikan di hadapannya. Setelah 16 bulan dari hijrah beliau ke Madinah, beliau shalat dengan menghadap Kabah.” (HR. Ahmad).

Kedua, keutamaan lainnya yang sangat dikenal oleh umat Islam adalah Masjid al-Aqsha merupakan tempat isra Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Allah Taala berfirman, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra: 1)

Dan pada momen isra itulah Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjadi imam shalat bagi para nabi. hal ini menunjukkan betapa berkahnya tempat ini.

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371116/4-keutamaan-masjid-al-aqsha-bagian-1#sthash.EK9RVjzk.dpuf

 

[baca lanjutan: 4 Keutamaan Masjid Al-Aqsha (bagian 2)]

—————————————————————
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
—————————————————————

Jangan Tertukar! Ini yang Disebut Masjid Al-Aqsha

DI sini banyak sekali terjadi kekeliruan, ketika disebut Masjid al-Aqsha banyak orang menyangka bahwa Masjid al-Aqsha adalah salah satu bangunan yang ada di sana. Ada yang mengatakan Masjid al-Aqsha adalah bangunan yang memiliki kubah berwarna kehitaman atau perunggu.

Pendapat-pendapat yang ada tersebut seakan saling berbenturan dan ada yang mengatakan pencitraan Qubbatu Shakhrakh (Dome of The Rock, bangunan dengan kubah berwarna kuning) sebagai Maasjid al-Aqsha adalah konspirasi Yahudi agar umat Islam tidak mengenal Masjid al-Aqsha. Benarkah demikian?

Pendapat yang insya Allah lebih tepat adalah Masjid al-Aqsha al-Mubarak merupakan nama bagi seluruh daerah yang dipagari, yang di dalamnya terdapat Qubbatu Shakhrakh, al-Jami al-Qibli (inti dari Masjid al-Aqsha), dan Musholla al-Marwani. Di sekitarannya terdapat:
1. al-Jami al-Qibli
2. Qubbatu Shakhrakh
3. Mushalla al-Marwani
4. Tembok ratapan Yahudi

Mudah-mudahan sekarang jelas bagi kita mana yang disebut dengan Masjid al-Aqsha al-Mubarak.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371112/jangan-tertukar-ini-yang-disebut-masjid-al-aqsha#sthash.Nz4tjdUK.dpuf

Satu di Antara Tiga Masjid Mulia

MASJID al-Aqsha adalah salah satu di antara tiga masjid mulia yang memiliki keutamaan besar bagi umat Islam. Keutamaan tersebut langsung dijelaskan oleh Allah dalam ayat-ayat Alquran dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam dalam sabda-sabda beliau.

Secara historis, masjid kedua yang dibangun di muka bumi ini juga memiliki peran sentral dalam perkembangan peradaban manusia, karena sejak dahulu tempat ibadah ini menjadi tempat tersebarnya syiar-syiar para nabi alaihim ash-shalatu wa salam. Dan ia berada di Kota Jerusalem, sebuah kota yang menyaksikan begitu banyak nabi yang Allah utus dan berdakwah di sana, sebuah kota yang menyediakan air yang diminum oleh para utusan Allah, udara yang mereka hirup, dan tanah tempat mereka berpijak dan merebahkan tubuh mereka yang mulia.

Yang paling utama dari para nabi dan rasul itu adalah khalilu-r Rahman, Nabi Ibrahim alaihissalam, kemudian Nabi Ishaq, Yaqub, Dawud, Sulaiman, Musa, Harun, Zakariya, Yahya, Isa alaihim ash-shalatu wa salam. Nabi Yunus alaihissalam pernah membebaskannya dari orang-orang yang ingkar kepada Allah, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam berziarah ke sana dalam peristiwa isra miraj, dan nabi-nabi lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Namun, di balik berbagai keutamaan yang dimilikinya tidak sedikit umat Islam yang belum mengenalnya dan tahu tentang sejarahnya. Mudah-mudahan artikel pendek ini, bisa memberikan sedikit informasi terhadap salah satu masjid yang sangat dicintai umat Islam ini.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371109/satu-di-antara-tiga-masjid-mulia#sthash.rnXpfdUb.dpuf

Berbagai Nama yang Disematkan pada Masjid Al-Aqsha

SEBELUM jauh mengenal tentang Masjid al-Aqsha, hal pertama yang hendaknya kita ketahui adalah nama-namanya. Pertama, Masjid al-Aqsha. Allah Subhanahu wa Taala dalam firman-Nya menyebut nama masjid ini dengan Masjid al-Aqsha. “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra: 1)

Kata al-aqsha artinya adalah jauh. Disebut jauh, karena letaknya yang jauh dari Masjid al-Haram (masjid pertama di muka bumi). Kedua, al-Ardhu al-Mubarakah (tanah yang penuh keberkahan). Allah Subhanahu wa Taala berfirman, “Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Anbiya: 81)

Mengapa dikatakan penuh keberkahan? Karena di tempat ini banyak diutus nabi dan rasul dan Allah memberkahi penduduknya, tumbuh-tumbuhannya, dan buah-buahannya. Ketiga, Baitul Maqdis (tempat suci). Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ketika orang-orang Quraisy mendustakan aku, aku berdiri di Hijr (Hijr Ismail) kemudian Allah memperjalankan aku ke Baitul Maqdis” (Muttafaqun alaih)

Boleh juga menamakan masjid ini dengan menyebutnya Masjid al-Aqsha al-Mubarak. Adapun menamakannya dengan al-Haram asy-Syarif adalah sesuatu yang tidak tepat. Mengapa? Karena di tempat tersebut diperbolehkan berburu, menebang pohon, dan mengambil barang temuan yang semua ini dilarang dilakukan di Masjid al-Haram dan Masjid an-Nabawi. Larangan-larangan di Masjid al-Aqsha sama halnya dengan larangan di masjid-masjid lainnya, seperti: larangan transaksi jual-beli, mengangkat suara, dll.

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371110/berbagai-nama-yang-disematkan-pada-masjid-al-aqsha#sthash.pdYrVLZC.dpuf

Masjid Al-Aqsha Kembali Diserbu Ekstrimis Yahudi

Palestina (11/7) – Minggu dini hari, 18 orang Israel yang fanatik menyerbu masjid sucinya kaum Muslimin yaitu Masjid al-Aqsha.

Sebagaimana dilansir The Palestinian Information Center (10/7), 18 orang Israel yang fanatik menyerbu masjid al-Aqsha melalui gerbang Maghareba , gerbang yang disekitarnya terdapat polisi Israel serta pasukan khusus yang kemudian merekalah yang mengawal 18 orang tersebut dalam menyerang masjid al-Aqsha.

Gerbang Maghareba merupakan salah satu gerbang untuk masuk ke wilayah masjid al-Aqsha dimana orang-orang Israel sering masuk melalui gerbang ini.

Sebelumnya, pada bulan Juni, setidaknya ada 1.357 warga Israel beserta tentaranya yang menyerbu masjid al-Aqsha sehingga mengakibatkan 67 jama’ah kaum Muslimin dari berbagai negara terluka terkena peluru api dan gas air mata yang diluncurkan oleh tentara Israel.

Dan untuk kali ini ada 18 orang warga Israel yang kembali menyerbu masjid al-Aqsha melalui gerbang Maghareba.

Melihat Masjid al-Aqsha diserbu, jama’ah Muslimim meneriakkan kalimat ‘ Allahu Akbar’ sebagai aksi protes mereka atas perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang fanatik Israel. (Cahaya Kemenangan)

 

sumber: Bumi Syam