Hadis Lemah dan Palsu Seputar Ramadan: 5 Hal Pembatal Pahala Puasa, Bukan Pembatal Puasa

“Lima hal yang membatalkan puasa dan membatalkan wudhu: berbohong, ghibah, namimah, melihat lawan jenis dengan syahwat, dan bersumpah palsu.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Jauraqani di Al Abathil (1/351), oleh Ibnul Jauzi di Al Maudhuat (1131)

Hadits ini adalah hadits palsu, sebagaimana dijelaskan Ibnul Jauzi di Al Maudhuat (1131), Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (1708).

Yang benar, lima hal tersebut bukanlah pembatal puasa, namun pembatal pahala puasa. Sebagaimana hadits:

“Orang yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, serta mengganggu orang lain, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya.” (HR. Bukhari, no.6057)

Demikian, semoga Allah memberi kita taufiq untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam yang sahih. Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat dan ampunannya kepada kita di bulan mulia ini. Semoga amal-ibadah di bulan suci ini kita berbuah pahala di sisi Rabbuna Jalla Syanuhu. []

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2306600/5-hal-pembatal-pahala-puasa-bukan-pembatal-puasa#sthash.dikNJkr4.dpuf

Jangan Berwasiat yang Membahayakan

DI antara kaidah syariat Islam adalah “Tidak boleh mendatangkan bahaya dan tidak boleh membalasnya dengan bahaya lain.”

Contohnya yaitu merugikan ahli waris yang sah, baik semua atau sebagiannya. Orang yang melakukan perbuatan tersebut diancam dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,

“Barangsiapa membahayakan (orang lain), Allah akan membahayakan dirinya, dan barangsiapa yang menyulitkan (orang lain) Allah akan menyulitkan dirinya.” (HR Imam Ahmad, 3/453; Shahihul Jami, 6348)

Contoh wasiat yang membahayakan adalah seperti tidak memberikan hak salah seorang ahli waris sesuai ketentuan syariat, atau mewasiatkan kepada salah seorang ahli waris dengan melanggar ketentuan yang telah ditetapkan syariat, atau mewasiatkan lebih dari sepertiga harta.

Di beberapa negara yang masyarakatnya tidak memberlakukan syariat Allah, seorang ahli waris yang sah kesulitan untuk mendapatkan bagiannya sesuai dengan ketentuan yang disyariatkan Islam. Sebab yang berkuasa di sana adalah undang-undang bikinan tangan manusia.

Maka jika wasiat yang zhalim itu telah dicatat oleh seorang pengacara, sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku, mereka tinggal memerintahkan dipenuhinya wasiat yang zhalim tersebut.

Sungguh celakalah apa yang ditulis oleh tangan mereka dan celakalah apa yang mereka usahakan.

 

 

[Dari kitab “Muharramat Istahana Bihan Naas” karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid/alsofwah]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2305372/jangan-berwasiat-yang-membahayakan#sthash.4f3R1kS6.dpuf

Ingin Meminang Akhwat? Ini Adab dalam Islam

APABILA telah ada kecocokan antara pihak lelaki dengan pihak perempuan maka disunnahkan untuk nadhar atau saling melihat, namun hendaklah pihak perempuan disertai mahramnya sehingga tidak terjadi khalwat (berduaan).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

“Apabila seorang diantara kalian hendak meminang seorang perempuan, jika bisa melihat kepada apa yang menjadi daya tarik untuk menikahinya, maka hendaklah ia lakukan.” (HR Imam Ahmad dll dengan sanad hasan)

Disunnahkan pula untuk melaksanakan salat istikharah yaitu meminta petunjuk Allah Ta’ala dengan salat dua rakaat dan berdoa dengan doa yang telah diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. (HR Bukhari dll)

Dianjurkan pula untuk bermusyawarah dengan orang-orang yang bisa dipertanggung jawabkan dan telah berpengalaman serta berilmu. [Abdulah Saleh Hadrami]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2305638/ingin-meminang-akhwat-ini-adab-dalam-islam#sthash.HevMzXGZ.dpuf

Tidak Bolehkah Cemburu dalam Islam?

BARANGKALI, di antara para istri ada yang membantah dan berkata, adalah kebodohan apabila seorang istri tidak memiliki rasa cemburu pada suaminya, padahal cemburu ini merupakan ungkapan cintanya kepada suaminya, sekaligus sebagai bumbu penyedap yang bisa menimbulkan keharmonisan, kemesraan dan kepuasan batin dalam kehidupan rumah tangga.

Ya benar! Akan tetapi, apakah pantas seorang istri yang berakal sehat, jika ia tenggelam dalam rasa cemburunya, sehingga menenggelamkan bahtera kehidupan rumah tangganya, mencabik-cabik jalinan cinta dan kasih sayang dalam keluarganya, bahkan ia sampai terjangkiti penyakit psikis yang kronis, perang batin yang tidak berkesudahan, dan akhirnya merusak akal sehatnya?

Memang sangat tipis, perbedaan antara yang benar dengan yang salah, antara yang sakit dengan yang sehat, antara cemburu yang penuh dengan kemesraan dengan cemburu yang membakar dan menyakitkan hati dikarenakan penyakit kejiwaan yang berat.

Namun, tetap ada perbedaan antara cemburu dalam rangka membela kehormatan diri dan kelembutan karena didasari rasa cinta kepada suami, dengan cemburu yang merusak dan membinasakan. Kalau begitu, cemburulah wahai para istri, dengan kecemburuan yang membahagiakan suamimu, dan menampakkan ketulusan cintamu kepadanya!

Tetapi hindarilah kecemburuan yang merusak dan menghancurkan keluargamu. Cemburulah demi memelihara harga diri dan kehormatan suami. Dan lebih utama lagi, cemburu untuk membela agama Allah.

Istri yang selalu memantau kegiatan suaminya, mencari-cari berita tentangnya, serta selalu menaruh curiga pada setiap aktivitas suaminya, bahkan cemburu kepada teman dan sahabatnya, maka inilah istri yang bodoh. Dengan sifatnya tersebut, maka kehidupan rumah tangganya, rasa cinta, kepercayaan di antara keduanya akan terputus dan hancur.

Dan bagi wanita yang rasa cemburunya tersulut karena suatu sebab, kemudian ia merasa hal itu tidak pada tempatnya, hendaklah ia menyadari kesalahannya, lalu melakukan perbaikan atas sikapnya tersebut. Dan yang paling penting adalah, tidak mengulangi lagi kesalahan serupa di kemudian hari. [alsofwah]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2305642/tidak-bolehkah-cemburu-dalam-islam#sthash.2gtI7PHm.dpuf

Jodoh itu Misterius

BENARKAH orang baik itu pasti mendapatkan jodoh orang baik, dan orang jahat mendapat jodoh orang jahat pula?

Realitanya tidak begitu! Berapa banyak orang baik yang mendapat orang jahat dan sebaliknya! Bahkan Nabi Nuh dan Nabi Luth, kedua Nabi tersebut isterinya kafir! Firaun, manusia paling kafir mempunyai isteri shalihah, yaitu Asiah binti Muzahim!

Ada beberapa penafsiran tentang ayat 26 dari surat An-Nur.

Al-Imam Muhammad bin Jarir Abu Jafar Ath-Thabari (wafat 310 Hijriyah) rahimahullah dalam tafsirnya Jamiul Bayan Fi Tawilil Quran menjelaskan bahwa yang paling tepat diantara pendapat-pendapat dalam menafsirkan ayat tersebut adalah:

Ucapan yang buruk itu untuk laki-laki dan perempuan yang buruk. Manusia yang buruk itu tepat untuk ucapan yang buruk. Ucapan yang baik untuk laki-laki dan perempuan yang baik. Manusia yang baik itu tepat dan berhak serta layak untuk ucapan yang baik.

Beliau menjelaskan alasan memilih tafsir ini karena ayat 26 ini berhubungan dengan ayat-ayat sebelumnya yang berisi pencelaan dari Allah untuk orang-orang yang menuduh ibunda Aisyah radliyallahu anha dengan tuduhan keji padahal ibunda Aisyah radliyallahu anha terlepas dari tuduhan keji tersebut.

Al-Imam Muhyi As-Sunnah Abu Muhammad Al-Husain bin Masud Al-Baghawi (wafat 516 Hijriyah) rahimahullah dalam tafsirnya Maalimut Tanzil menjelaskan bahwa kebanyakan ahli tafsir menafsirkan seperti itu.

Demikian pula An-Nur ayat 3 itu bukan tentang perjodohan, tapi hukum menikah dengan pezina yang belum bertaubat. [kajianislam]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2305617/jodoh-itu-misterius#sthash.1RgAO6xk.dpuf

Salihah: Hari Tak Cerah, Tapi Dia Tak Berubah

ISTRI yang salihah, dialah yang qanaah.
Yang tahu hari tak selalu cerah tapi dia tak berubah.

Istri yang sholihah itu tidak harus kaya, kalau pun kaya Alhamdulillah.
Dia juga tidak harus cantik, kalau pun cantik itu hadiah.

Isteri yang sholihah itu adalah yang qanaah, senangnya berada di rumah.
Keluar rumah hanya untuk belanja atau pergi bersama suaminya.
Dia tahu bahan makanan telah mengalami kenaikan harga,
dan tidak menyusahkan suaminya dengan segala tuntutannya.

Ada juga memang wanita yang bekerja di luar rumah,
tapi yang sholihah, dia mau berhenti kerja kalau suaminya memerintahkannya,
dan tetap bekerja kalau suaminya meridhoinya.

Kau mungkin bingung bagaimana mungkin mendapatkan wanita salihah
sementara sedari tadi aku terus berkata yang shalihah adalah yang qanaah,
sedangkan qanaah itu tidak tampak di mata.

Yang jelas, nggak usah muluk-muluk cari yang cantik,
karena yang cantik seperti bintang di langit.
Mungkin dia mudah ditemukan, bahkan di gelap malam,
tetapi sadarilah dia tak mudah dijangkau tangan.
Ketika itu pun kau mungkin melihatnya berkilauan,
tetapi sadarilah ketika siang dia menghilang.

Istri yang salihah itu seperti mutiara di dasar laut,
tak selalu putih terkadang terbungkus lumut.
Di dalam cangkangnya dia senang berada,
menjaga diri dan tak mudah digoda.

Kau mungkin harus menyelam untuk menemukannya.
Tapi kau akan tahu seberharga apa dia ketika kau mendapatkannya.

Tiada kekayaan yg diambil seorang mukmin setelah takwa kepada Allah yang lebih baik dari istri salihah.? (Hadits Riwayat Ibn Majah)

 

 

[mutiara]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2305639/salihah-hari-tak-cerah-tapi-dia-tak-berubah#sthash.7Dby1cmX.dpuf

10 Kiat Menjadi Suami yang Baik (bagian 3)

ISLAM memberikan banyak kiat untuk menjadi suami yang baik. Bagaimanakah cara untuk menjadi suami yang baik? Berikut ini kami sampaikan 10 kiat, yaitu:

6. Melihat sisi positif istri Anda

Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda,

“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika sang suami tidak menyukai suatu akhlak pada sang istri, maka hendaklah ia melihat sisi lain yang ia ridhai.” (HR. Muslim, no. 1469).

7. Jangan memukul wajah istri dan jangan pula menjelek-jelekkannya

Muawiyah al Qusyairi, pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai kewajiban suami pada istri, lantas Rasulullah bersabda,

“Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-, dan jangan engkau memukul wajah, dan jangan pula menjelek-jelekkannya serta jangan pula mendiamkannya(dalam rangka nasihat) selain di rumah.” (HR. Abu Daud, no. 2142).

8. Jangan meng-hajr (pisah ranjang dalam rangka mendidik) selain di dalam rumah

Allah berfirman, artinya, “Dan hajr-lah (pisahkanlah mereka) di tempat tidur mereka.” (QS an-Nisa: 34)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sadi mengatakan bahwa maknanya adalah tidak satu ranjang dengannya dan tidak berhubungan intim dengan istri sampai ia sadar dari kesalahannya (Taisir al-Karimir Rahman, ibn Sadi).

9. Membenahi Kesalahan Istri dengan Baik

“Dan berwasiatlah kepada wanita dengan kebaikan, karena sesungguhnya dia diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas, jika kamu berusaha untuk meluruskannya, niscaya akan patah, jika kamu membiarkannya, niscaya tetap bengkok, maka berwasiatlah terhadap wanita dengan kebaikan.” (HR. Muslim, no.3720).

10. Memberikan nafkah batin

Inilah salah satu pelajaran dari hadits Abu Darda berikut ini.

Nabi mempersaudarakan Salman dan Abu Darda. Suatu saat Salman mengunjungi saudaranya- Abu Darda. Ketika itu Salman melihat Ummu Darda, dalam keadaan tidak gembira. Salman pun berkata kepada Ummu Darda, “Kenapa keadaanmu seperti ini?”

“Saudaramu, Abu Darda, seakan-akan ia tidak lagi mempedulikan dunia”, jawab wanita tersebut. Ketika Abu Darda` tiba, dia membuatkan makanan untuk Salman lalu berkata, “Makanlah karena aku sedang berpuasa.” Salman menjawab, “Saya tidak akan makan hingga kamu ikut makan.” Akhirnya Abu Darda pun makan.

Ketika tiba waktu malam, Abu Darda beranjak untuk melaksanakan shalat namun Salman berkata kepadanya, Tidurlah. Abu Darda` pun tidur, tidak berapa lama kemudian dia beranjak untuk mengerjakan shalat, namun Salman tetap berkata, Tidurlah. Akhirnya dia tidur.

Ketika di akhir malam, Salman berkata kepadanya, Sekarang bangunlah, Abu Juhaifah berkata, Keduanya pun bangun dan melaksanakan shalat, setelah itu Salman berkata, Sesungguhnya Rabbmu memiliki hak, dan badanmu memiliki hak, istrimu memiliki hak atas dirimu, maka berikanlah hak setiap yang memiliki hak.” Selang beberapa saat Nabi datang, lalu hal itu diberitahukan kepada beliau, Nabi bersabda, “Salman benar.” (HR al-Bukhari, no. 968).

Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan pilihan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, seorang suami wajib menyetubuhi istrinya sesuai dengan kemampuan suami dan kecukupan istri.

Akhirnya, semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk mengamalkan segala hal yang dicintai dan diridhai-Nya. Amien. Allahu alam.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, segenap keluarga dan para sahabatnya.

 

 

[Disarikan dari berbagai sumber dengan sedikit gubahan/alsofwah]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2305431/10-kiat-menjadi-suami-yang-baik-bagian-3#sthash.hmyvGyJk.dpuf

10 Kiat Menjadi Suami yang Baik (bagian 2)

ISLAM memberikan banyak kiat untuk menjadi suami yang baik. Bagaimanakah cara untuk menjadi suami yang baik? Berikut ini kami sampaikan 10 kiat, yaitu:

3. Mengajari istri ilmu agama

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS at-Tahrim: 6)

Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah mengatakan, “Ajarilah adab dan agama kepada mereka.”

Ibnu Abbas berkata, “Lakukanlah ketaatan kepada Allah dan hati-hatilah dengan maksiat. Perintahkanlah keluargamu untuk mengingat Allah (berdzikir), niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari jilatan neraka.”

Mujahid berkata, “Bertakwalah kepada Allah dan nasihatilah keluargamu untuk bertakwa kepada-Nya.”

Adh-Dhahak dan Maqatil berkata, “Kewajiban bagi seorang muslim adalah mengajari keluarganya, termasuk kerabat, budak laki-laki atau perempuannya perkara wajib yang Allah perintahkan dan larangan yang Allah larang.” (Tafsir al-Quran al-Azhim, Ibnu Katsir).

Mungkin Anda bertanya, “Bagaimana jika kita tidak bisa mendidik istri, karena kita sendiri kurang dalam hal agama?”

Jawab, hendaklah Anda memperbaiki diri. Berusaha untuk mempelajari Islam lebih dalam sehingga Anda bisa memperingatkan dan mendidik istri. Jika tidak bisa, hendaklah mengajaknya datang ke majelis ilmu sebagaimana Anda pun demikian. Atau, cara lain yang dapat meningkatkan keberagamaan Anda dan istri lebih baik dari sebelumnya.

4. Meluangkan waktu untuk bercanda dengan istri tercinta

Inilah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagaimana yang diceritakan oleh istri beliau, Aisyah, Ia pernah bersama Nabi dalam safar (bepergian). Aisyah lantas berlomba lari bersama beliau. Aisyah berkata,

Akupun mengalahkan beliau. Tatkala aku sudah bertambah gemuk, aku berlomba lari lagi bersama Rasul, namun kala itu beliau mengalahkanku. Lantas beliau bersabda, “Ini balasan untuk kekalahanku dahulu.” (HR. Abu Daud no. 2578).

5. Mengajak istri dan anak untuk rajin beribadah

Allah berfirman, artinya, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” ( QS Thaha : 132)

Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda,

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Dan pukullah mereka jika telah berumur 10 tahun.” (HR. Abu Daud, no. 495).

“Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istrinya lalu si istri mengerjakan shalat. Bila istrinya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah istrinya” (HR. Abu Daud, no. 1450).

 

 

[bersambung]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2305429/10-kiat-menjadi-suami-yang-baik-bagian-2#sthash.ZUKl7bmL.dpuf

Apalah Artinya Istri Cantik tapi Dingin Saat Jima’

RUMAH tangga sakinah adalah rumah tangga yang dibangun atas dasar cinta dan takwa kepada Allah Ta’ala, saling menghormati, menghargai dan pengertian dari semua pihak. Apabila ada problem atau masalah maka diselesaikan dengan sabar dan tanpa emosi serta tidak mudah mengeluarkan kata-kata cerai.

Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa salah satu jalan menuju kebahagiaan adalah paham dalam liku-liku seksual. Akan tetapi kepahaman itu belumlah sempurna kalau tidak disertai dengan iman dan takwa.

Apalah artinya harta bagi seorang istri jika ternyata kebutuhan batiniahnya tidak terpenuhi? Demikian pula apalah artinya kecantikan, keayuan dan kemolekan isteri jika ia dingin saja dalam berhubungan badan (jima’) dengan suaminya? Suami isteri harus menyadari akan hal ini.

Seorang isteri harus selalu siap melayani suaminya untuk mencapai kepuasan, demikian pula seorang suami harus selalu berusaha memberi kepuasan kepada istrinya. Akhirnya berbahagialah keduanya dalam jalinan cinta yang harmonis dan diridlai oleh Allah Ta’ala.

Semoga Allah Ta’ala memberikan kepada kita semua rumah tangga sakinah, yang penuh dengan mawaddah dan rahmah, rumah tangga yang “Baitiy jannatiy” Rumahku adalah surgaku. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. [Abdulah Saleh Hadrami]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2305634/apalah-artinya-istri-cantik-tapi-dingin-saat-jima#sthash.fKICDkKx.dpuf

10 Kiat Menjadi Suami yang Baik (bagian 1)

ISLAM memberikan banyak kiat untuk menjadi suami yang baik. Bagaimanakah cara untuk menjadi suami yang baik? Berikut ini kami sampaikan 10 kiat, yaitu:

1. Mempergauli istri dengan cara yang maruf (baik)

Allah berfirman, artinya, “Dan bergaullah dengan mereka (para istri) dengan baik.” (QS an-Nisa: 19).

Ibnu Katsir berkata, “Berkatalah yang baik kepada istri kalian, perbaguslah amalan dan tingkah laku kalian kepada istri. Berbuat baiklah sebagaimana kalian suka jika istri kalian bertingkah laku demikian.” (Tafsir al-Quran al-Azhim, Ibnu Katsir).

2. Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal yang baik

Allah berfirman, artinya, “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya dengan cara maruf.” (QS al-Baqarah: 233).

Dalam firman-Nya yang lain, artinya, “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya.” (QS ath-Thalaq: 7).

Rasulullah shallallohu laihi wasallam bersabda, ketika haji wada,

“Bertakwalah kepada Allah pada (penunaian hak-hak) para wanita, karena kalian sesungguhnya telah mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. (sampai perkataan beliau) Kewajiban kalian kepada istri kalian adalah memberi mereka nafkah dan pakaian dengan cara yang maruf.” (HR. Muslim no. 1218)

Ibnu Katsir berkata, “Bapak dari si anak punya kewajiban memberi nafkah pada ibu si anak, termasuk pula dalam hal pakaian dengan cara yang maruf (baik). Yang dimaksud dengan cara yang maruf adalah dengan memperhatikan kebiasaan masyarakat tanpa berlebih-lebihan dan tidak pula pelit. Hendaklah ia memberi nafkah sesuai kemampuannya dan yang mudah untuknya, serta bersikap pertengahan dan hemat.” (Tafsir al-Quran al-Azhim, Ibnu Katsir).

 

 

[bersambung]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2305428/10-kiat-menjadi-suami-yang-baik-bagian-1#sthash.eIvM1wm0.dpuf