Hadits Palsu 30 Keutamaan Shalat Tarawih

Diantara sunnah-sunnah yang dituntunkan oleh syariat kita pada bulan Ramadhan adalah shalat Tarawih. Hadits-hadits Nabi yang mulia telah banyak yang menerangkan tentang keutamaan shalat tesebut.

Berkaitan dengan hal itu, terdapat sebuah hadits yang masyhur, khususnya di Indonesia, yaitu “30 keutamaan shalat tarawih” atau “keutamaan shalat tarawih per malam”. Apakah hadits itu shahih ? Bolehkah kita menyampaikannya di tengah-tengah kaum muslimin? Berikut ini sedikit bahasan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Teks hadits

عن علي بن ابي طالب رضي الله تعالى عنه أنه قال : ” سئل النبي عليه الصلاة والسلام عن فضائل التراويح فى شهر رمضان فقال
يخرج المؤمن ذنبه فى اول ليلة كيوم ولدته أمه
وفى الليلة الثانية يغفر له وللأبوية ان كانا مؤمنين
وفى الليلة الثالثة ينادى ملك من تحت العرش؛ استأنف العمل غفر الله ماتقدم من ذنبك
وفى الليلة الرابعة له من الاجر مثل قراءة التوراه والانجيل والزابور والفرقان
وفى الليلة الخامسة أعطاه الله تعالى مثل من صلى في المسجد الحرام ومسجد المدينة والمسجد الاقصى
وفى الليلة السادسة اعطاه الله تعالى ثواب من طاف بالبيت المعمور ويستغفر له كل حجر ومدر
وفى الليلة السابعة فكأنما أدرك موسى عليه السلام ونصره على فرعون وهامان
وفى الليلة الثامنة أعطاه الله تعالى ما أعطى ابراهيم عليه السلام
وفى الليلة التاسعة فكأنما عبد الله تعالى عبادة النبى عليه الصلاة والسلام
وفى الليلة العاشرة يرزقة الله تعالى خير الدنيا والآخرة
وفى الليلة الحادية عشر يخرج من الدنيا كيوم ولد من بطن أمه
وفى الليلة الثانية عشر جاء يوم القيامة ووجهه كالقمر ليلة البدر
وفى الليلة الثالثة عشر جاء يوم القيامة آمنا من كل سوء
وفى الليلة الرابعة عشر جاءت الملائكة يشهدون له أنه قد صلى التراويح فلا يحاسبه الله يوم القيامة
وفى الليلة الخامسة عشر تصلى عليه الملائكة وحملة العرش والكرسى
وفى الليلة السادسة عشر كتب الله له براءة النجاة من النار وبراءة الدخول فى الجنة
وفى الليلة السابعة عشر يعطى مثل ثواب الأنبياء
وفى الليلة الثامنة عشر نادى الملك ياعبدالله أن رضى عنك وعن والديك
وفى الليلة التاسعة عشر يرفع الله درجاته فى الفردوس
وفى الليلة العشرين يعطى ثواب الشهداء والصالحين
وفى الليلة الحادية والعشرين بنى الله له بيتا فى الجنة من النور
وفى الليلة الثانية والعشرين جاء يوم القيامة آمنا من كل غم وهم
وفى الليلة الثالثة والعشرين بنى الله له مدينة فى الجنة
وفى الليلة الرابعة والعشرين كان له اربعه وعشرون دعوة مستجابة
وفى الليلة الخامسة والعشرين يرفع الله تعالى عنه عذاب القبر
وفى الليلة السادسة والعشرين يرفع الله له ثوابه أربعين عاما
وفى الليلة السابعة والعشرين جاز يوم القيامة على السراط كالبرق الخاطف
وفى الليلة الثامنة والعشرين يرفع الله له ألف درجة فى الجنة
وفى الليلة التاسعة والعشرين اعطاه الله ثواب الف حجة مقبولة
وفى الليلة الثلاثين يقول الله : ياعبدى كل من ثمار الجنة واغتسل من مياه السلسبيل واشرب من الكوثرأنا ربك وأنت عبدى”

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan Shalat Tarawih pada Bulan Ramadhan. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

  • Di malam pertama, Orang mukmin keluar dari dosanya , seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.

  • Di malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.

  • Di malam ketiga, seorang malaikat berseru di bawah Arsy: ‘Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat.’

  • Di malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan.

  • Di malam kelima, Allah Ta’ala memberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjid al-Haram, masjid Madinah, dan Masjid al-Aqsha.

  • Di malam keenam, Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang ber-thawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.

  • Di malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa ‘alaihissalam dan kemenangannya atas Firaun dan Haman.

  • Di malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

  • Di malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

  • Di malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.

  • Di malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.

  • Di malam kedua belas, ia datang pada hari kiamat dengan wajah bagaikan bulan di malam purnama.

  • Di malam ketigabelas, ia datang di hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.

  • Di malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.

  • Di malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para pemikul Arsy dan Kursi.

  • Di malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.

  • Di malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.

  • Di malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, ‘Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.’

  • Di malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajatnya dalam surga Firdaus.

  • Di malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).

  • Di malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya gedung dari cahaya.

  • Di malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.

  • Di malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.

  • Di malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.

  • Di malam kedua puluh lima, Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.

  • Di malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.

  • Di malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.

  • Di malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.

  • Di malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.

  • Di malam ketiga puluh, Allah ber firman : ‘Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.’

Hadits ini disebutkan oleh Syaikh al-Khubawi dalam kitab Durrotun Nashihiin, hal. 16 – 17.

Indikasi-indikasi kepalsuan hadits

Perlu diketahui bahwasanya hadits yang munkar dan palsu membuat hati penuntut ilmu menjadi geli dan mengingkarinya. Rabi’ bin Hutsaim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya hadits itu memiliki cahaya seperti cayaha di siang hari, sehingga engkau dapat melihatnya. Dan memiliki kegelapan seperti gelapnya malam, sehingga engkau mengingkarinya.”1

Berikut ini beberapa indikasi atas palsunya hadits tersebut:

  • Pahala yang terlalu besar untuk amalan yang sederhana. Banyak keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam hadits di atas termasuk dalam kejanggalan jenis ini, misalkan pada lafadz “Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.

  • Bahkan, yang lebih parah adalah seseorang bisa mendapatkan pahala sebanding dengan pahala para Nabi (keutamaan shalat tarawih malam ke-17). Hal tersebut mustahil terjadi, karena sebanyak apapun amalan ibadah manusia biasa, tentu dia tidak akan mampu menyamai pahala Nabi. Nubuwah merupakan pilihan dari Allah semata. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Hajj [22] : 75)2

  • Tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang mu’tamad. Hadits tentang 30 keutamaan shalat tarawih di atas, tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang mu’tamad. DR. Lutfi Fathullah mengatakan, “Jika seseorang mencari hadits tersebut di kitab-kitab referensi hadits, niscaya tidak akan menemukannya.” Hal tersebut mengindikasikan bahwa hadits tersebut adalah hadits palsu.3

Pendapat para ulama dan penuntut ilmu

Lebih jauh lagi, apabila kita memperhatikan perkataan para ulama tentang hadits itu, tentu akan kita dapati mereka menganggapnya hadits palsu.

Al-Lajnah ad-Da’imah pernah ditanya tentang hadits tersebut, kemudian mereka menjawab,

كلا الحديثين لا أصل له، بل هما من الأحاديث المكذوبة على رسول الله صلى الله عليه وسلم

“Hadits tersebut adalah hadits yang tidak ada sumbernya (laa ashla lahu). Bahkan, hadits tersebut merupakan kebohongan atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”4

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan DR. Lutfi Fathullah, dimana disertasi beliau meneliti kitab Durratun Nashihin. Beliau mengatakan:

Ada sekitar 30 persen hadits palsu dalam kitab Durratun Nashihin. Diantaranya adalah hadits tentang fadhilah atau keutaman shalat tarawih, (yaitu) dari Ali radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallaam ditanya tentang keutamaan shalat tarawih, (lalu beliau bersabda) malam pertama pahalanya sekian, malam kedua sekian, dan sampai malam ketiga puluh.

Hadits tersebut tidak masuk akal. Selain itu, jika seseorang mencari hadits tersebut di kitab-kitab referensi hadits, niscaya tidak akan menemukannya.5

Sibukkan diri dengan yang Shahih

Setelah mengetahui lemahnya hadits tersebut, maka hendaklah para penulis dan penceramah meninggalkannya, karena dikhawatirkan akan masuk dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits mutawatir :

من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار

Barangsiapa yang berdusta atas nama saya dengan sengaja, maka hendaknya dia bersiap-siap mengambil tempat di Neraka

Hendaklah mereka mencukupkan diri dengan hadits-hadits yang tsabit dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para ulama kita mengatakan:

في صحيح الحديث شغل عن سقيمه

“Dalam hadits yang shahih terdapat kesibukan dari hadits yang lemah”6

Diantara Keutamaan Shalat Tarawih dari Hadits yang Shahih7

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).

Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh Imam Nawawi (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6:39)

Selain itu, beliau beliau juga pernah mengumpulkan keluarga dan para shahabatnya. Lalu beliau bersabda,

مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً

Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh” (HR. An-Nasai dan selainnya, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Irwa’ no. 447)

Semoga Allah selalu melimpahkan karunai-Nya kepada kita semua, dan menjaga lisan-lisan kita dari perkataan dusta, apalagi berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wallahu a’lam.

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/9839-hadits-palsu-30-keutamaan-shalat-tarawih.html

Bulan Ramadhan Anugerah Allah Yang Agung (5)

Bulan Ramadhan adalah Bulan Ampunan Allah

Menunaikan puasa wajib pada bulan ini merupakan sebab diraihnya ampunan Allah Ta’ala. Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallah, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang puasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap (pahala), maka akan diampuni dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Maksud sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam إِيمَانًا, yaitu atas dasar keimanannya kepada Allah dan ridha terhadap kewajiban berpuasa Ramadhan, tidak membenci kewajiban tersebut.

Sedangkan maksud sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallamاحْتِسَابًا ,yaitu mengharap kepada Allah Ta’ala agar mendapatkan pahala puasa Ramadhan dan tidak ragu-ragu sedikitpun terhadap adanya pahala tersebut.

Dalam riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Antara shalat lima waktu, (sholat) jum’at ke (sholat) jum’at (berikutnya), (puasa) Ramadhan ke (puasa) Ramadhan (berikutnya) melebur dosa-dosa yang terdapat diantaranya , selama pelakunya menjauhi dosa-dosa besar.”

Sebagian Setan dibelenggu, Pintu Neraka Ditutup, dan Pintu Surga Dibuka Saat Masuk Bulan Ramadhan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“Apabila masuk bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan (sebagian) setan pun dibelenggu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Al-Qodhi ‘Iyadh rahimahullah menjelaskan,

يحتمل أنه على ظاهره وحقيقته ، وأن تفتيح أبواب الجنة وتغليق أبواب جهنم وتصفيد الشياطين علامة لدخول الشهر ، وتعظيم لحرمته ، ويكون التصفيد ليمتنعوا من إيذاء المؤمنين والتهويش عليهم

“Kemungkinan maksud hadits ini sesuai dengan makna tekstual dan hakekat sesungguhnya, (yaitu)  pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan (sebagian) setan pun dibelenggu sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan, dan sebagai pengagungan atas kehormatan bulan tersebut. Sedangkan pembelengguan (sebagian) setan-setan dimaksudkan agar mereka tercegah dari menggoda kaum mukminin dan menyulut fitnah diantara kaum mukminin”.

Selanjutnya beliau rahimahullah berkata,

ويحتمل أن يكون المراد المجاز، ويكون إشارة إلى كثرة الثواب والعفو، وأن الشياطين يقل إغواؤهم وإيذاؤهم فيصيرون كالمصفدين

“Dan ada kemungkinan pula maksud hadits ini sebatas kiasan, (sehingga) mengandung isyarat kepada banyaknya pahala dan maaf Allah, dan bahwa tipu daya dan gangguan setan-setan tersebut menjadi sedikit hingga mereka seperti makhluk yang terbelenggu” (Syarh Shahih Muslim).

Namun, pemahaman yang benar adalah bahwa dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dan dibelenggunya (sebagian) setan pun ini dibawakan kepada hakekat yang sesungguhnya, yaitu makna tekstual hadits ini. Dan berpegang dengan makna tekstual dari hadits inilah sikap yang ditunjukkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.

Bulan Ramadhan adalah bulan Qiyam

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang melakukan qiyam pada bulan Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Bukhari dan Muslim).

An-Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam قَامَ رَمَضَانَ

والمراد بقيام رمضان صلاة التراويح

“Maksud qiyam Ramadhan disini adalah shalat Tarawih” (Syarh Shahih Muslim).

Dan masih banyak keutamaan-keutamaan lainnya dari bulan Ramadhan yang mubarak ini, namun semoga penjelasan yang sedikit ini, dapat menggugah semangat ibadah penyusun dan kita semua. Amiin.

Kesimpulan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang diberkahi, bulan perjuangan, bulan bersungguh-sungguh, dan bersemangat! Bulan Ramadhan adalah bulan memperbanyak ibadah kepada Allah. Oleh karena itu, bagi hamba Allah yang mendapatkan anugerah Allah yang agung ini, bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan ini selayaknya memuliakan bulan ini dan menjadikannya sebagai sarana untuk bertaubat, meningkatkan keimanannya serta menambah bekal untuk berjumpa dengan-Nya.

اللهم اجعلنا ممن يعرِف لهذا الشهر مكانته وحُرْمَتَه ، ووفِّقنا للقيام فيه بما يرضيك إنك سميع الدعاء .اللهم وفِّقنا لطاعتك، وأعِنَّا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك ، ويسِّرنا لليسرى ، وأتِمَّ علينا النعمة بالقيام بحق هذا الضيف الكريم ، وأعنّا على صيامه وقيامه وحُسن الأدب فيه يا رب العالمين.

Referensi: Diolah dari http://al-badr.net/muqolat/2506

***

Penyusun: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

 

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/28332-bulan-ramadhan-anugerah-allah-yang-agung-5.html

Bulan Ramadhan Anugerah Allah Yang Agung (4)

3. Tahapan penurunan secara bertahap kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui malaikat Jibril ‘alaihis salam

Tahapan terakhir adalah penurunan Al-Quran secara bertahap, yaitu Allah berfirman dengan firman Al-Qur’an secara bertahap sesuai dengan keadaan dan kejadian yang selaras dengan tuntutan hikmah dan ilmu-Nya. Malaikat Jibril ‘alaihis salam mendengarnya dari Allah dan beliau diperintahkan untuk menyampaikannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalil yang menunjukkan bahwa pada tahapan ini Al-Qur`an diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara bertahap adalah firman Allah dalam surat Al-Furqaan: 32,

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ

(32) Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al-Qur`an itu tidak diturunkan kepadanya (Rasulullah ) sekali turun saja (sekaligus)?”

Jika kita cermati tahapan penurunan Al-Qur’an yang kedua di atas, yaitu: Al-Qur’an diturunkan seluruhnya 30 juz sekaligus pada malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan, maka hal itu menunjukkan keagungan bulan Ramadhan yang mubarak ini, karena bulan tersebut dikhususkan sebagai waktu diturunkannya Al-Qur’an. Ini adalah anugerah yang sangat besar bagi umat ini, yaitu turunnya wahyu Allah yang teragung (Al-Qur’an) pada bulan yang agung (bulan Ramadhan) ini. Al-Qur’an yang agung tersebut mengandung petunjuk bagi manusia, pembeda antara yang hak dan yang bathil, antara petunjuk dan kesesatan, serta antara kegelapan dan cahaya, agar manusia dapat mengenal-Nya dan beribadah kepada-Nya dengan benar, sehingga bahagia di dunia dan akhirat, Allah berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) (QS. Al-Baqarah: 185)

Di Dalam Bulan Ramadhan Terdapat Lailatul Qadar

Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ* وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ* لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur`an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (Al-Qadr:1-3)

Maksudnya yaitu amal yang dilakukan pada malam itu lebih baik dari amal yang dilakukan di seribu bulan yang tidak terdapat Lailatul Qadar di dalamnya, demikian pula masalah pahalanya.

Berkata Sa’id bin Al-Musayyib rahimahullah menjelaskan ayat di atas:

من شهد المغرب والعشاء في جماعة فقد أخذ بحظه من ليلة القدر

“Barangsiapa yang menghadiri sholat Maghrib dan Isya secara berjama’ah, maka ia telah mengambil bagiannya (mendapatkan keutamaan) dari malam Lailatul Qadar”  (Tafsir Al-Baghawi: 4/ 658).

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata Telah sampai kepadaku (tafsir) dari Mujahid tentang firman Allah,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

beliau berkata,

عملها، صيامها وقيامها خير من ألف شهر

“Beramal, berpuasa dan sholat pada malam Lailatul Qodar lebih baik (melakukan ibadah tersebut daripada) seribu bulan (selainnya). Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir” (Tafsir Ibnu Katsir: 5/238).

As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “(Dengan anugerah Lailatul Qodar tersebut) umur seseorang makmur, (hakekatnya) dipanjangkan umurnya (secara maknawi), (yaitu) delapan puluh sekian tahun (sepadan seribu bulan, pent.)” (Tafsir As-Sa’di).

Semoga Allah menganugerahkan malam Lailatul Qodar kepada kita. Amiin.

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/28326-bulan-ramadhan-anugerah-allah-yang-agung-4.html

Ustaz Arifin Ilham Wafat

Ustaz Arifin Ilham meninggal dunia pukul 23.20 waktu Penang, Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Innalillahi wa innailaihi rajiun. Ustaz Arifin Ilham yang juga pendiri Majelis Adz Zikra dikabarkan meninggal dunia di rumah sakit di Penang, Malaysia. Kabar meninggalnya Arifin Ilham dikonfirmasi Aa Gym di akun resmi Twitter-nya.

“Innaalillahi wainnaa ilaihi roji’uun Telah wafat guru, sahabat kita Ust Arifin Ilham Pukul 23.20 waktu Penang,” ujar Aa Gym, Rabu (22/5).

 

Aa Gym mendoakan semoga Ustaz Arifin Ilham berbahagia berjumpa dengan Allah yang amat dicintai dan dirindukannya. “Selamat jalan wahai mujahid Allohummaghfirlahuu Warhamhuu Wa’afiih Wa’fuanhuu 22 Mei 2019.”

Ustaz Arifin Ilham sempat dilarikan ke ICU sejak kemarin. Arifin menjalani perawatan akibat penyakit kanker nasofaring dan getah bening stadium 4A. Kanker jenis nasofaring ini menyerang bagian rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.

 

REPUBLIKA ONLINE

Bulan Ramadhan Anugerah Allah Yang Agung (3)

Pada ayat yang disebutkan di atas, Allah Ta’ala memuji bulan Ramadhan dengan memilihnya untuk menjadi waktu penurunan Al-Qur`an Al-Karim, bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Kitabullah yang lainnya pun diturunkan kepada para rasul ‘alaihimush shalatu was salam pada bulan Ramadhan yang mubarak ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dan Ath-Thabarani serta selainnya dari hadits Watsilah bin Al-Asqo’  radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، وَأُنْزِلَتْ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ، وَالْإِنْجِيلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ ، وَأُنْزِلَ الْفُرْقَانُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ

Shuhuf Ibrahim ‘alaihissalam diturunkan di awal malam Ramadhan, sedangkan Taurat diturunkan setelah enam hari berlalu dari bulan Ramadhan. Injil diturunkan setelah tiga belas hari berlalu dari bulan Ramadhan, Al-Furqan (Al-Qur`an) diturunkan setelah empat belas hari berlalu dari bulan Ramadhan” (Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah dan Shahih wa Dho’if Al-Jami’ Ash-Shaghir). Hadits yang mulia ini menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya beberapa Kitabullah kepada para rasul ‘alaihimush shalatu was salam.

Adapun terkait dengan Al-Qur’an, disebabkan keistimewaan dan keagungannya yang melebihi Kitabullah yang lainnya lah, maka Al-Qur’an diturunkan dengan beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahapan penulisan (kitabah) di Lauhul Mahfuzh

Sebelum Allah berfirman dengan firman Al-Qur`an, maka Al-Qur`an terlebih dahulu tertulis dalam Lauh Mahfuzh. Hal ini menunjukkan keluasan ilmu Allah sehingga mengetahui apa yang akan Dia firmankan. Dalilnya adalah firman Allah dalam surat Al-Waaqi’ah: 77-78.

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ

(77) Sesungguhnya Al-Qur`an ini adalah bacaan yang sangat mulia,

فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ

(78) pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh).

Dalam surat Al-Buruuj 21-22, Allah berfirman:

بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ

(21) Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia,

فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ

(22) yang (tertulis) dalam Lauh Mahfuzh.

2. Tahapan Penurunan Seluruhnya Sekaligus di Langit Dunia

Pada tahapan ini, Al-Qur`an diturunkan seluruhnya 30 juz sekaligus di Baitul ‘Izzah yang berada di langit dunia, tepatnya pada malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan yang diberkahi ini, sebagaimana firman Allah Ta’ala yang terdapat dalam surat Al-Qodar 1:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

(1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur`an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qodar).

Pakar Tafsir di kalangan sahabat, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menafsirkan ayat tersebut:

نزل القرآن جملة واحدة في ليلة القدر

Al-Qur`an diturunkan sekaligus pada malam Lailatul Qodar” (Ibnu Hajar menshahihkan riwayat ini dalam Fathul Bari).

Hal itu terjadi di Baitul ‘Izzah di langit dunia sebagaimana disebutkan dalam sebagian riwayat Ibnu Abbas yang dishahihkan oleh Al-Hakim yang disepakati oleh Adz-Dzahabi.

[bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/28315-bulan-ramadhan-anugerah-allah-yang-agung-3.html

Bulan Ramadhan Anugerah Allah Yang Agung (2)

Menyambung artikel yang pertama, pembahasan berikut ini masih seputar syukur. Syukur terbangun di atas lima pondasi, yaitu ketundukan kepada Sang Pemberi nikmat, mencintai-Nya, mengakui nikmat-Nya, memuji-Nya atas anugerah nikmat tersebut, dan tidak menggunakannya dalam perkara yang dibenci-Nya. Inilah lima pondasi yang merupakan asas syukur dan pondasi bangunannya. (Ketahuilah!) setiap orang yang membahas masalah syukur dan mendefinisikan batasannya, maka pembahasannya kembali kepada lima pondasi tersebut dan berporos kepadanya”, demikianlah tutur Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam Madarijus Salikin (2/244).

Faktor Pendorong Syukur

Memang benar, sikap manusia dalam bersyukur itu bertingkat-tingkat, berdasarkan tingkatan mereka dalam pengetahuan tentang faktor-faktor pendorong untuk bersyukur.

Di antara faktor pendorong yang sangat mendasar bagi seorang hamba untuk bersyukur adalah pengenalannya terhadap Sang Pencipta alam semesta ini dan Sang Pemberi nikmat, Allah Tabaraka wa Ta’ala. Di antara manusia terdapat tipe orang yang mengenal Allah dengan mengenal perincian nama, sifat dan perbuatan-Nya serta mengenal keindahan makhluk-Nya dan kebesaran nikmat-Nya, sehingga hatinya terpenuhi kecintaan kepada-Nya, lisannya pun ringan memuji-Nya, diikuti ketundukan anggota tubuh dalam melakukan sesuatu yang diridhai-Nya. Iapun mengakui setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya dan ia pergunakan nikmat tersebut untuk taat dan beribadah kepada-Nya.

Namun, ada juga tipe manusia yang menghinakan dirinya dengan teledor dalam mengingat Allah dan tidak mengenal-Nya, sehingga hal itu semakin menjauhkannya.

Keistimewaan Ramadhan Mendorong Seorang Hamba untuk Mensyukurinya

Bulan Ramadhan adalah bulan yang diberkahi sekaligus anugerah Allah untuk hamba-hamba-Nya, agar semakin bertambah keimanan orang-orang yang beriman dan agar segera bertaubat orang-orang yang bermaksiat. Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengkhususkan bulan ini dengan beberapa bentuk kekhususan dan mengistimewakannya dengan beberapa keistimewaan yang tidak terdapat dalam bulan-bulan selainnya.

Marilah kita merenungi sebagian dari kekhususan tersebut, agar semakin besar keagungan nikmat datangnya bulan Ramadhan ini di hati kita. Allah anugerahkan bulan Ramadhan kepada kita agar kita dapat bersyukur kepada-Nya dengan sebenar-benar syukur dan dapat beribadah kepada-Nya dengan sebenar-benar peribadatan.

Bulan Ramadhan adalah Bulan Al-Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS. Al-Baqarah: 185)

[bersambung]

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/28312-bulan-ramadhan-anugerah-allah-yang-agung-2.html

Bulan Ramadhan Anugerah Allah Yang Agung (1)

Allah telah menganugerahkan kepada hamba-hamba-Nya nikmat yang banyak yang tak bisa kita hitung, Allah berfirman :

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

(34) Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah) (QS. Ibrahim: 34).

Nikmat Allah yang dianugerahkan kepada orang-orang yang beriman sangatlah banyak, baik nikmat agama maupun duniawi. Allah telah memberikan anugerah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, berupa akal, badan dan rezeki yang baik. Allah juga telah menundukkan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi untuk mereka. Allah menganugerahkan semua nikmat ini, agar hamba-hamba-Nya bersyukur kepada-Nya dan beribadah kepada-Nya semata, tidak menyekutukan-Nya, agar mereka memperoleh ridha-Nya, sehingga masuk kedalam surga-Nya dan melihat wajah-Nya. Di antara kenikmatan Allah yang sangat besar adalah disyari’atkannya puasa Ramadhan yang diberkahi ini, bahkan Allah menjadikannya sebagai salah satu dari lima rukun Islam. Hal ini karena puasa Ramadhan adalah anugerah Allah yang agung, maka pantaslah jika Allah tutup beberapa ayat tentang puasa Ramadhan dengan firman Allah Ta’ala,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (Al-Baqarah:185).

Pokok Syukur dan Hakikatnya

Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan, bahwa pokok syukur adalah mengakui nikmat dari Sang Pemberi nikmat dalam bentuk tunduk, merendahkan diri kepada-Nya, dan mencintai-Nya. Maka, barangsiapa yang tidak mengenal nikmat, bahkan masa bodoh dengannya, maka ia tidak mensyukurinya. Barangsiapa yang mengenal nikmat, namun tidak mengenal Sang Pemberi nikmat, maka ia tidak mensyukurinya juga.

Barangsiapa yang mengenal nikmat dan Sang Pemberi nikmat, akan tetapi mengingkarinya, sebagaimana seseorang mengingkari nikmat Sang Pemberi nikmat, maka berarti ia telah mengkufurinya.

Barangsiapa yang mengenal nikmat dan Sang Pemberi nikmat, dan ia mengakuinya tak mengingkarinya, namun ia tidak tunduk kepada-Nya, tak mencintai-Nya, tak ridha kepada-Nya dan tidak ridha dengan nikmat tersebut, maka iapun tidak mensyukurinya.

Barangsiapa yang mengenal nikmat dan Sang Pemberi nikmat, dan ia tunduk kepada-Nya, mencintai-Nya, ridha kepada-Nya dan ridha dengan nikmat tersebut, iapun menggunakannya dalam perkara yang dicintai-Nya dan dalam ketaatan kepada-Nya, maka inilah profil orang yang mensyukuri nikmat! (Thoriqul Hijratain, Ibnul Qoyyim, hal. 175).

[bersambung]

***

Penulis: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/28307-bulan-ramadhan-anugerah-allah-yang-agung-1.html

Perhatikan Aroma Tubuh Sebelum Pergi Shalat Berjamaah

Shalat Berjamaah

Sangat penting memperhatikan aroma tubuh ketika akan menghadiri shalat berjamaah. Bisa jadi seseorang tidak sadar bahwa tubuhnya mengeluarkan aroma yang tidak sedap, akan tetapi orang di sekitarnya merasakan aroma tersebut, misalnya bau keringat, bau pakaian atau bau ketiaknya. Bisa juga aroma tidak sedap itu berasal dari bau mulutnya, terutama jika ia adalah seorang perokok. Tentu hal ini sangat menganggu orang yang shalat berjamaah karena posisi shaf saat shalat sangat berdekatan bahkan sampai menempel.

Jika bau tubuh yang tidak sedap itu tercium tentu akan menganggu jamaah yang lain. Bisa jadi ada orang yang sensitif dengan bau-bau tertentu, ia bisa merasa mual bahkan pusing karena tidak nyaman dengan bau yang tidak sedap. Hal ini akan menganggu konsentrasi dan kekhusyukan para jamaah saat melaksanakan shalat, padahal khusyuk dan tumakninah (tenang) dalam shalat termasuk rukun shalat. Jika tidak ada keduanya maka shalatnya tidak sah.

Larangan Shalat Berjamaah Karena Bau Badan yang Tidak Sedap

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang yang pada dirinya ada aroma tidak sedap untuk menghadiri shalat berjamaah, hal ini termasuk uzur tidak shalat berjamaah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ, الْبَقْلَةِ، الثّومِ (وَقَالَ مَرّةً: مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثّومَ وَالْكُرّاثَ) فَلاَ يَقْرَبَنّ مَسْجِدَنَا، فَإِنّ الْمَلاَئِكَةَ تَتَأَذّى مِمّا يَتَأَذّى مِنْهُ بَنُو آدَمَ”. (رواه مسلم)

“Barangsiapa yang memakan biji-bijian ini, yakni bawang putih (suatu kali beliau mengatakan, “Barangsiapa yang memakan bawang merah, bawang putih dan kurrats -sejenis daun bawang-), maka janganlah ia mendekati masjid kami, sebab malaikat merasa terganggu dengan hal (bau) yang membuat manusia terganggu.”[1]

Perhatikahm Bau Mulut Anda Wahai Para Perokok

Mohon diperhatikan khususnya bagi para perokok, dalam hadis di atas dijelaskan bahwa orang yang mulutnya bau karena memakan bawang putih saja tidak boleh menghadiri shalat berjamaah, maka bagaimana lagi dengan orang yang mulutnya bau rokok? Semoga kaum muslimin bisa meninggalkan benda yang sangat merugikan ini.

Boleh Meninggalkan Shalat Berjamaah Untuk Sementara Waktu

Hukumnya wajib meninggalkan shalat berjamaah untuk sementara waktu bagi seseorang yang pada tubuhnya ada aroma tidak sedap, mencakup semua bau menyengat dan tidak sedap pada mulut, hidung atau ketiak. Setelah bau tersebut hilang maka dia wajib untuk kembali shalat berjamaah di masjid.

Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa bau bawang itu hanya contoh saja. Bau yang dimaksud adalah semua bau yang menyengat dan tidak sedap. Beliau berkata

وقال ابن حجر : وقد ألْحَقَ بها الفقهاء ما في معناها من البقول الكريهة الرائحة ، كالفجل

“Para ulama ahli fikih menyamakan hal ini kepada sesuatu yang semakna dengannya (bawang) seperti sayuran (polongan) dan lobak yang menyengat.”[2]

Al-Maziriy juga menjelaskan bahwa hal ini mencakup bau keringat, bau-bau karena pekerjaan dan sebagainya. Beliau berkata,

قال المازري : وألْحَق الفقهاء بالروائح أصحاب المصانِع : كالقصّاب والسَّمّاك . نقله ابن الملقِّن .

“Para ulama ahli fikih menyamakannya dengan bau para pekerja pabrik seperti tukang giling daging dan tukang ikan.”[3]

Bau Tidak Sedap yang Timbul Dari Penyakit

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin menjelaskan bahwa termasuk juga apabila bau menyengat tersebut muncul akibat penyakit (misalnya terkena penyakit mulut yang sangat bau atau penyakit badan yang anggota tubuhnya ada yang membusuk), maka tidak boleh menghadiri shalat berjamaah sampai penyakitnya sembuh. Beliau berkata,

قال العلماء : إن ما كان من الله ، ولا صنع للآدمي فيه إذا كان يؤذي المصلين فإنه يَخرج ( يعني من المسجد ) ، كالبخر في الفم ، أو الأنف ، أو من يخرج من إبطيه رائحة كريهة ، فإذا كان فيك رائحة تؤذي فلا تقرب المسجد.

“Para ulama berkata, jika penyakit tersebut dari Allah dan bukan karena perbuatan manusia, apabila berpotensi menggangu orang yang salat maka sebaiknya ia keluar dari masjid (tidak ikut salat berjamaah), seperti bau pada uap mulut (bau mulut), bau hidung atau apa yang keluar dari ketiaknya berupa bau yang menyengat. Maka jika pada mulut anda terdapat bau yang dapat menganggu maka jangalah anda mendekati masjid (jangan ikut salat berjamaah).”[4]

Secara umum, jika memang ada penyakit yang bisa menghalangi salat berjamaah, maka ia mendapat uzur untuk tidak menghadiri salat jamaah.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya mengenai hal ini, beliau menjawab,

نعم هذا عذر شرعي ، إذا كان فيه بخر شديد الرائحة الكريهة ولم يتيسر له ما يزيله فهو عذر ، كما أن البصل والكراث عذر ، أما إن وجد دواءً وحيلة تزيله فعليه أن يفعل ذلك حتى لا يتأخر عن صلاة الجمعة والجماعة ، ولكن متى عجز عن ذلك ولم يتيسر فهو معذور أشد من عذر صاحب البصل ، والبخر لا شك أنه مؤذٍ لمن حوله ، إذا كان رائحته ظاهرة

“Ya, ini adalah uzur menurut syariat. Jika pada mulutnya terdapat bau yang sangat menyengat dan tidak mudah baginya untuk menghilangkannya maka ini merupakan uzur, sebagaimana bawang putih dan kurrats (sejenis daun bawang) adalah uzur. Akan tetapi jika didapatkan obat dan cara untuk menghilangkannya maka wajib ia lakukan agar tidak tertinggal shalat Jumat dan salah berjamaah. Akan tetapi kapan saja ia tidak mampu dan tidak mudah baginya maka ia mendapatkan uzur yang lebih daripada mereka yang makan bawang putih. Bau mulut tidak diragukan lagi akan menganggu orang di sekitarnya jika baunya jelas.”[6]

Mari kita perhatikan aroma tubuh kita ketika akan menghadiri shalat berjamaah. Bagi laki-laki disunahkan memakai parfum dan wewangian yang sewajarnya.

@Yogyakarta Tercinta

Penulis: dr. Raehanul Bahraen

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/30240-perhatikan-aroma-tubuh-sebelum-pergi-shalat-berjamaah.html

Puasa dan Al-Quran Memberikan Syafa’at dengan Izin Allah

Puasa dan Al-Quran bisa memberikan syafa’at bagi kaum muslimin di hari kiamat kelak dengan izin Allah.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ

Amalan puasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan Al-Qur’an berkata: Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya, maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.” [HR. Ahmad, Shahih At-Targhib: 1429]

Dalam riwayat yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

Rajinlah membaca al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat.” [HR. Muslim 1910]

Hendaknya kita sangat berharap syafa’at terutama di bulan Ramadhan yang merupakan bulan berpuasa dan membaca Al-Quran.

Apakah itu Syafa’at?

Para ulama mendefinisikan syafa’at:

ﻓﺎﻟﺸﻔﺎﻋﺔ ﻫﻲ ﺍﻟﺘﻮﺳﻂ ﻟﻠﻐﻴﺮ ﻓﻲ ﺟﻠﺐ ﺍﻟﻤﻨﻔﻌﺔ ﺃﻭ ﺩﻓﻊ ﺍﻟﻤﻀﺮﺓ

Syafa’at adalah sebagai penengah/wasilah bagi yang lain untuk mendatangkan manfaat dan mencegah bahaya/madharat.

Syafa’at ini bisa berupa syafa’at di dunia maupun syafa’at di akhirat. Syafa’at di dunia bisa berupa syafa’at yang baik dam buruk sedangkan syafa’at di akhirat adalah syafa’at yang baik

Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ مِنْهَا ۖ وَمَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُنْ لَهُ كِفْلٌ مِنْهَا

Barangsiapa yang memberikan syafa’at yang BAIK, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan barangsiapa memberi syafa’at yang BURUK, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya.” (An-Nisaa’ :85)

Maksud hadits yang kami sampaikan di awal tulisan mengenai syafa’at oleh puasa dan Al-Quran adalah syafaat di akhirat. Saat itu, manusia sangat butuh syafa’at dengan izin Allah karena kesusahan yang manusia alami pada hari kiamat, semisal:

1. Matahari didekatkan pada manusia sejauh satu mil
2. Manusia ada yang tenggelam dengan keringatnya
3. Manusia ada yang diseret dan berjalan dengan wajahnya
4. Kejadian di padang mahsyar yang sangat lama, di mana satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di bumi.

Kami nukilkan salah satu dalil mengenai hal ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﺗُﺤْﺸَﺮُﻭْﻥَ ﺭِﺟَﺎﻻً ﻭَﺭُﻛْﺒَﺎﻧًﺎ ﻭَﺗُﺠَﺮُّﻭْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻭُﺟُﻮْﻫِﻜُﻢْ

Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (ke Padang Mahsyar) dalam keadaan berjalan, dan (ada juga yang) berkendaraan, serta (ada juga yang) diseret di atas wajah-wajah kalian.” (HR. Tirmidzi, Shahih at-Targhib wat-Tarhib  no. 3582).

Kita sangat butuh syafa’at di hari kiamat termasuk yang bisa memberi syafa’at adalah puasa dan Al-Quran sebagaimana dalam hadits.

Perlu ditekankan bahwa syafa’at ini hanya milik Allah

Allah Ta’ala berfirman,

ﻗُﻞ ﻟِّﻠَّﻪِ ﭐﻟﺸَّﻔَٰﻌَﺔُ ﺟَﻤِﻴﻌٗﺎۖ

Katakanlah semua syafaat hanyalah milik Allah.” (az-Zumar: 44)

Puasa dan Al-Quran serta makhluk lainnya yang bisa memberi syafa’at sebagaimana dalam dalil tidaklah mempunyai syafa’at sebenarnya, tetapi diberikan izin oleh Allah untuk memberikan syafa’at. Oleh karena itu, kita hanya boleh meminta syafa’at hanya kepada Allah saja. Tidak boleh meminta kepada makhluknya. Semisal perkataan yang TIDAK boleh:

“Wahai Nabi, aku minta syafa’at-mu”

Tapi katakanlah:

“Yaa Allah, aku memohon syafa’at Nabi-Mu”

Allah Ta’ala berfirman

ﻣَﻦ ﺫَﺍ ﭐﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺸۡﻔَﻊُ ﻋِﻨﺪَﻩُۥٓ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺈِﺫۡﻧِﻪِۦۚ

Tidak ada yang memberikan syafaat disisi Allah kecuali dengan izin-Nya.” (al-Baqarah: 255)

Semoga kita termasuk orang yang beruntung mendapatkan syafa’at dan bisa memberikan syafa’at pada orang lain.

@ Perum PTSC, Cileungsi

Penyusun: Raehanul Bahraen

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/39291-puasa-dan-al-quran-memberikan-syafaat-dengan-izin-allah.html

Benarkah Al-Quran Turun Tanggal 17 Ramadhan?

Allah telah menegaskan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran.

Allah berfirman,

ﺷَﻬْﺮُ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃُﻧﺰِﻝَ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ

“ Bulan Ramadhan adalah bulan yang (di dalamnya) diturunkan al-Quran …” (QS. Al-Baqarah: 185).

Sebagian kaum muslimin menyakini dengan pasti bahwa Al-Quran turun pada tanggal 17 Ramadhan. Hal ini TIDAK tepat, karena sudah sangat jelas bahwa Al-Quran itu turun pada malam lailatul qadar.

Hal ini ditegaskan dalam berbagai ayat dalam Al-Quran. Allah berfirman,

ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔِ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ‏

“ Sesungguhnya kami menurunkan Al-Qur’an pada malam kemuliaan (Lailatu qadr).” (Al- Qadr: 1).

Al-Qurthubi menjelaskan,

إنا أنزلناه يعني القرآن

“Kami turunkan yaitu Al-Quran.” [Tafsir Al-Qurthubi]

Demikian juga firman Allah,

ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ ﻣُّﺒَﺎﺭَﻛَﺔٍۚ ﺇِﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻣُﻨﺬِﺭِﻳﻦَ ‏

“ Sesungguhnya Kami menurunkan al-Quran pada malam yang diberkahi, sungguh Kamilah yang memberi peringatan. ” (Ad-Dukhan:3).

Al-Qurthubi menjelaskan ayat ini,

إنا أنزلناه في ليلة مباركة ، يريد : في ليلة القدر

“Sungguh Kami turunkan pada ‘malam yang diberkahi’ yaitu malam lailatul qadar”.[Tafsir Al-Qurthubi]

Setelah kita mengetahui bahwa turunnya Al-Quran pada malam lailatul qadar, maka kita perlu melihat nash-nash yang menjelaskan kapan malam lailatul qadar

Hadits yang sudah terkenal yaitu malam lailatul qadar sangat besar kemungkinan turun pada 10 malam terakhir Ramadhan yaitu tanggal 20 ke atas di bulan Ramadhan, sehingga apabila meyakini dengan PASTI turunnya Al-Quran pada tanggal 17 Ramadhan tentu tidak tepat.

Rasulullahu shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تحروا (و في روية: التمسوا) ليلة لقدر في (الوتر من) العشر الأواخر من رمضان

“Carilah malam lailatul qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Bahkan dalam hadits lainnya kemungkinan malam lailatul qadar pada tujuh malam terakhir yaitu tanggal 22 Ramadhan ke atas.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

التمسوها في العشر الأواخر فأن ضعف أحدكم فلا يغلبن على السبع البواقى

“Carilah di sepuluh malam terakhir, apabila tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh malam tersisa.” [HR. Bukhari  & Muslim]

Dalam hadits-hadits lainnya dijelaskan bahwa lailatul qadar ada kemungkinan turun pada hari 25 dan 27 Ramadhan.

Sahabat Ubay bin Ka’ab pernah berkata,

وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ ع بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

“Demi Allah aku tahu kapan malam itu, yaitu malam yang kita diperintah Rasulullah untuk menghidupkannya, yaitu malam kedua puluh tujuh” [HR. Muslim]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى

“Carilah malam lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Pada malam kedua puluh Sembilan, kedua puluh tujuh, kedua puluh lima”. [HR. Bukhari]

Demikian semoga bermanfaat

@ Yogyakarta Tercinta

Penyusun: Raehanul Bahraen

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/40009-benarkah-al-quran-turun-tanggal-17-ramadhan.html