Memasuki Tahun Baru, Ini yang Harus Dilakukan Seorang Muslim

Ketua Lembaga Dakwah Muhammadiyah, Ustadz Muhammad Ziyad mengatakan, Islam tidak mengajarkan umatnya untuk berhura-hura, termasuk dalam setiap menyambut tahun baru. Apalagi merayakannya dengan meniup terompet. Menurutnya, itu bukan ajaran Islam.  

“Islam tidak pernah menuntun Muslim untuk berhura-hura dalam suasana perayaan setiap menyambut tahun baru,” kata M Ziyad kepada Ihram.co.id, Kamis (31/12). Islam, kata Ziyad, justru mengaja umatnya menjauhi hura-hura tersebut dan berlaku hidup sederhana, apalagi di masa pandemi seperti ini. 

Sebaiknya, menurut Ustaz Ziyad, setiap Muslim melakukan introspeksi atas apa yang dilakukannya selama ini dan merencanakan target yang ingin dicapai di tahun berikutnya. 

“Tahun baru mestinya disikapi setiap Muslim dengan cara melakukan introspeksi, muhasabah. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam Alquran surah al-Hasyir ayat 18,” ungkap Ustaz Ziyad. Dalam ayat tersebut, Allah SWT menyeru orang-orang beriman agar bertakwa kepada Allah. Selain itu, orang yang beriman juga diingatkan untuk memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, yakni Akhirat.

Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, lanjut Ustaz Ziyad, kaum Muslimin sepatutnya agar lebih banyak melakukan tafakur, menghidupkan masjid dengan merefleksikan diri, memohon rahmat Allah SWT. 

“Mudah-mudahan Allah menurunkan pertolongannya sehingga pandemi ini diangkat Allah dari muka bumi, wabil khusus dari tanah Indonesia,” ucapnya. Ia juga mengajak, kaum Muslimin untuk membantu orang-orang yang dalam kesulitan ekonomi, dibanding hura-hura di malam tahun baru. 

“Saya kira justru tindakan yang terpuji dan sesuai dengan spirit tuntunan agama dan sesuai imbauan negara untuk tolong menolong dan saling membantu,” tegasnya. Tahun baru, kata dia, harus dimanfaatkan sebagai refleksi dan muhasabah, untuk melihat keadaan dan merencanakan apa yang akan dilakukan di tahun depan agar lebih baik. 

“Seperti Nabi SAW menyatakan, siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka dia orang yang beruntung, siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin menjadi orang yang merugi, dan siapa yang hari besok lebih buruk dari hari ini maka dia orang terkutuk,” ujar Ustaz Ziyad.  

IHRAM

Islam di Amerika tak Lepas dari Jasa Mualaf Alexander Russel

Berkembangnya Islam di Amerika tak lepas dari jasa seorang mualaf bernama Muhammad Alexander Russel.

Russel yang seorang penulis menggunakan bakatnya dalam mengenalkan Islam yang rahmatan lil-alamin di negeri Paman Sam itu.

Dalam buku Tujuh Mualaf yang Mengharumkan Islam karya Tofik Pram dijelaskan, Russel dikenal sebagai seorang yang teguh terhadap pendirian.

Sehingga baginya tidaklah mungkin untuk mengambil keputusan berdasarkan hasil ikut-ikutan, termasuk dalam keputusannya untuk memeluk Islam.

Pria yang di masa mudanya pernah bekerja di perusahan perhiasan logam mulia ini pada akhirnya menekuni dunia jurnalistik lantaran cukup familier dengan pekerjaan ayahnya yang seorang editor di salah satu surat kabar.

Singkat kata, kemampuan Russel dalam hal menulis juga tak berbeda jauh dengan ayahnya sehingga ia pun akti di bidang jurnalistik hingga politik.

Di New York, jiwa sastra ia pun makin dalam sehingga tulisan-tulisannya mampu mempengaruhi pembaca sedemikian luas.

Totalitasnya di dalam dunia literasi pada akhirnya mengantarkan dia menduduki jabatan tertinggi sebagai ketua dewan redaksi surat kabar Missouri Republican.

Di saat menggeluti profesinya sebagai jurnalis inilah, Russel mulai merasa jenuh dan kering tentang ajaran-ajaran agama yang diwariskan ayahnya.

Ia kemudian mempelajari sejumlah agama seperti Konghucu, Zoroaster,  termasuk agama Yahudi dan Nasrani lengkap dengan ‘madzhab’ yang ada dalam ajaran tersebut.

Sampai kemudian ia mempelajari Alquran dan belajar Islam. Di akhir abad 19, Amerika memasuki era baru dalam dunia jurnalistiknya.

Dalam hal ini, Russel menjadi tokoh yang cukup diperhitungkan. Dalam perjalanan karirnya itu, Russel mulai yakin terhadap ajaran Islam.

Kemampuannya dalam karir jurnalistik juga mengantarkan dia sebagai politisi yang pada akhirnya ia berhasil menjadi pejabat di Kedutaan Besar Amerika di Filipina.  

Namun di tahun 1893, ia mengundurkan diri dari dunia diplomatik dan memutuskan untuk pergi ke India untuk mempelajari Islam lebih jauh dan bertemu tokoh serta pemikir Muslim.

Setelah Russel yakin, ia pun memeluk Islam dan ia menerbitkan The Moslem World sebagai sarana dakwahnya.

Ia juga aktif memberikan kuliah-kuliahnya tentang Islam di berbagai kota, Islam pun mulai dikenal di Negeri Paman Sam itu berkat jasanya.

Boleh dibilang, Russel adalah salah satu mualaf berpengaruh generasi awal di Amerika. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Apakah Kaum Musyrikin Quraisy Menetapkan Al Asma’ Was Shifat?

Telah kita ketahui bersama bahwa kaum musyrikin terdahulu, mereka semua menetapkan tauhid rububiyah, namun mereka tidak menetapkan tauhid uluhiyyah. Allah ta’ala berfirman,

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”(QS. Az Zukhruf: 87)

Allah ta’ala juga berfirman,

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”(QS. Al Ankabut: 61)

Ini tauhid rububiyah. Adapun tauhid uluhiyah, mereka enggan menetapkannya dan inilah inti kekufuran mereka. Allah ta’ala sebutkan perkataan mereka dalam Al Qur’an,

أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ ؛ وَانْطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَى آلِهَتِكُمْ إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ

“’Mengapa ia (Muhammad) ingin menjadikan sesembahan-sesembahan yang banyak ini menjadi sesembahan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.’  Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), ’Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) sesembahan-sesembahanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki’” (QS. Shaad: 5-6).

Namun, apakah kaum musyrikin, terutama kaum musyrikin Quraisy, menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah ta’ala atau tauhid al asma’ was shifat?

Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan menjawab pertanyaan ini:

“Betul, mereka menetapkan tauhid al Asma’ was Shifat. Mereka menetapkan tauhid rububiyah. Mereka meyakini bahwa Allah adalah Al Khaliq (Yang Menciptakan) Ar Raziq (Yang Memberi Rezeki). Bukankah Al Khaliq dan Ar Raziq termasuk nama-nama dan sifat-sifat Allah? Mereka mengatakan bahwa Allah Ar Raziq, Ar Raziq, Al Muhyi (Yang Menghidupkan), Al Mudabbir (Yang Mengelola Semesta ), dst. Demikian”

(Sumber: https://www.youtube.com/watch?&v=u50NKcSG960).

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah juga menjawab:

“Mereka mengingkari sebagian nama Allah. Diantaranya, mereka mengingkari nama Ar Rahman. Dalam perjanjian Hudaibiyah, ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam perintahkan penulisnya untuk menuliskan “bismillahir rahmanir rahim”, mereka mengatakan:

ما نَعرِفُ الرَّحمنَ الرَّحيمَ، اكتُبْ في قَضيَّتِنا ما نَعرِفُ

“Kami tidak mengenal nama Ar Rahman Ar Rahim. Tulislah apa yang kami kenal saja, dalam perjanjian kita ini” (HR. Ahmad no.16800, dishahihkan Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij Al Musnad).

Dalam riwayat lain mereka mengatakan:

ما نعرف الرحمن إلا رحمن اليمامة

“Kami tidak mengenal Ar Rahman kecuali Rahman al Yamamah”

Kemudian Nabi perintahkan untuk menuliskan “bismika Allahumma”, karena itu nama Allah yang diakui oleh orang Quraisy”

(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=6K7rUzj1WhU)

Kesimpulannya, kaum musyrikin Quraisy menetapkan sebagian asma’ was shifat Allah, dan mengingkari sebagiannya. Dan ini juga merupakan salah satu penyimpangan yang ada pada mereka. Karena Allah ta’ala tegaskan bahwa Ia memiliki nama-nama dan sifat-sifat, maka wajib bagi kita untuk menetapkan dan mengimani semua nama dan sifat Allah. Allah ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Allah memiliki Al-Asma al-Husna (nama-nama yang paling indah). Oleh karena itu, berdoalah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama tersebut. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (QS Al-A’raf : 180)

Wallahu a’lam. Semoga Allah memberi taufik.

Penulis: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.or.id

Khutbah Jumat: Umur Kita Terbatas, Lalu Apa Saja Amalan yang Bisa Ditinggalkan?

Umur kita berapa saat ini? Intinya, umur kita terbatas. Kita butuh amalan yang ditinggalkan yang terus langgeng.

Yuk, pelajari Khutbah Jumat berikut ini.

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Amma ba’du …

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang memerintahkan kita untuk terus bertakwa kepada-Nya.

Pada hari Jumat penuh berkah ini, kita diperintahkan bershalawat kepada Nabi akhir zaman, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ada hadits yang menunjukkan keutamaan bershalawat kepada beliau. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408)

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Sekarang kita masuk di tahun yang baru 2021. Namun perlu diketahui, waktu bertambah sebenarnya ajal kita semakin dekatwaktu kita terbatas.

Basyr bin Al-Harits rahimahullah pernah berkata,

مَرَرْتُ بِرَجُلٍ مِنَ العُبَّادِ بِالبَصْرَةِ وَهُوَ يَبْكِي فَقُلْتُ مَا يُبكِيْكَ فَقَالَ أَبْكِي عَلَى مَا فَرَّطْتُ مِنْ عُمْرِي وَعَلَى يَوْمٍ مَضَى مِنْ أَجْلِي لَمْ يَتَبَيَّنْ فِيْهِ عَمَلِي

“Aku pernah melewati seorang ahli ibadah di Bashrah dan ia sedang menangis. Aku bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia menjawab, “Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah berlalu. Ajalku ternyata semakin dekat, tetapi belum jelas juga amalku.” (Mujalasah wa Jawahir Al-‘Ilm, 1:46, Asy-Syamilah).

Sudah berganti tahun harusnya kita renungkan bahwa umur kita terbatas, ajal kita semakin dekat. Yang bisa menolong kita adalah ada amalan yang bisa kita tinggalkan setelah kita meninggal dunia, tetapi akan bermanfaat seterusnya.

Apa saja amalan yang bisa kita tinggalkan?

Pertama: Kesalehan

Manfaat kesalehan adalah akan mendapatkan doa baik dari orang saleh lainnya, sampai juga malaikat. Di antara dalilnya adalah surah Ghafir (Al-Mukmin) ayat 7-9.

Dalil lainnya adalah hadits tentang tasyahud, di mana ketika tasyahud kita membaca:

السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

“ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALA ‘IBADILLAHISH SHOLIHIIN (artinya: salam untuk kami dan juga untuk hamba Allah yang saleh).”

Disebutkan dalam hadits tentang bacaan tasyahud ini,

فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمُوهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِى السَّمَاءِ وَالأَرْضِ

Jika kalian mengucapkan seperti itu, maka doa tadi akan tertuju pada setiap hamba Allah yang saleh di langit dan di bumi.” (HR. Bukhari no. 831 dan Muslim no. 402).

At-Tirmidzi Al-Hakim berkata,

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَحْظَى بِهَذَا السَّلَام الَّذِي يُسَلِّمهُ الْخَلْق فِي الصَّلَاة فَلْيَكُنْ عَبْدًا صَالِحًا وَإِلَّا حُرِمَ هَذَا الْفَضْل الْعَظِيم

“Siapa yang ingin meraih ucapan salam yang diucapkan oleh setiap orang yang sedang shalat, maka jadilah hamba yang saleh. Jika tidak, maka karunia yang besar (berupa doa selamat) diharamkan untuk diperoleh.” (Fath Al-Bari,2:314)

Kedua: Kesalehan sebagai orang tua yang akan berpengaruh pada keturunan

Disebutkan dalam surah Al-Kahfi,

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا

Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh.” (QS. Al-Kahfi: 82)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan dalam kitab tafsirnya, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (5:185), “Ini jadi dalil bahwa laki-laki saleh akan membuat keturunannya terjaga dan termasuk juga mendapatkan berkah dari ibadah yang ia lakukan pada keturunannya di dunia dan akhirat. Orang saleh ini akan memberikan syafaat kepada keturunannya tadi. Ia pun akan mengangkat derajat mereka hingga derajat tinggi di surga. Karena anak-anak ini jadi penyejuk mata baginya. Demikian hal ini juga dibicarakan dalam ayat lainnya dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Ketiga:  Menjadi pelopor kebaikan (sunnah hasanah)

Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh.” (HR. Muslim, no. 1017)

Keempat: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang diambil manfaatnya, dan doa anak yang saleh yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim, no. 1631)

Kelima: Berbagai amalan yang kemanfaatannya luas untuk umat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah:

  1. Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan.
  2. Anak saleh yang ia tinggalkan.
  3. Mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan.
  4. Masjid yang ia bangun.
  5. Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun
  6. Sungai yang ia alirkan.
  7. Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup.

Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.” (HR. Ibnu Majah, no. 242; Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dihasankan oleh Al-Mundziri. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Jadikan umur kita saat ini untuk meninggalkan bekas yang baik.

Dari ‘Abdullah bin Busr, ada seorang Arab Badui bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapakah manusia yang paling baik. Jawaban Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

“(Yang paling baik adalah) yang panjang umur dan baik pula amalnya.” (HR. Tirmidzi, no. 2329; Ahmad, 4: 190. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Demikian khutbah pertama ini.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah Kedua

أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ. وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا:

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Selesai disusun di Darush Sholihin, Jumat pagi, 17 Jumadal Ula 1442 H, 1 Januari 2021

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Jangan Boros, Jangan Berlebihan!

Harta adalah salah satu nikmat dari Allah Swt yang dipergunakan oleh manusia untuk menjalani dan mempertahankan kehidupannya. Dalam bahasa Al-Qur’an, harta disebut sebagai salah satu hiasan dunia.

ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ أَمَلٗا

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS.Al-Kahfi:46)

Islam melarang perilaku boros dan berlebihan karena keduanya adalah termasuk akhlak buruk yang membawa efek negatif yang sangat berbahaya bagi pelakunya maupun orang sekitarnya.

Allah Swt berfirman ketika melarang manusia agar tidak berlebihan :

وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS.Al-A’raf:31)

Dan Allah Swt juga melarang perilaku boros dalam Firman-Nya :

وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِيرًا – إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS.Al-Isra’:26-27)

Lalu apa perbedaan antara berlebihan dan boros?

Sebagian ulama menyebutkan berlebihan itu melampaui batas dalam segala sesuatu. Seperti dalam makan, minum dan lain sebagainya.

Sementara boros adalah menghamburkan harta bukan pada tempatnya, walau itu sedikit. Karena terkadang seseorang berlebihan dalam mengeluarkan hartanya di tempat yang tepat, tentu ini tidak bisa disebut pemborosan walaupun nilainya besar.

Sayyidina Ja’far As-Shodiq pernah berpesan :

“Barangsiapa yang berinfak bukan di jalan ketaatan kepada Allah, maka sebenarnya itu pemborosan. Dan barangsiapa yang berinfak di jalan Allah maka sebenarnya itu disebut hemat.”

Nah, mengapa orang-orang yang boros mendapat label “Saudara Setan” di dalam Al-Qur’an?

Sebabnya adalah karena mereka mengingkari nikmat Allah Swt dengan tidak meletakkan nikmat tersebut di tempat yang layak. Penggunaan kata “saudara” dalam ayat ini memiliki makna bahwa perbuatan orang yang boros memiliki kesamaan dengan setan sebagaimana dua saudara yang memiliki kemiripan. Atau dalam makna lain karena keduanya menjadi teman dekat dan teman duduk kelak di Neraka.

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَنَا قَالَ يَٰلَيۡتَ بَيۡنِي وَبَيۡنَكَ بُعۡدَ ٱلۡمَشۡرِقَيۡنِ فَبِئۡسَ ٱلۡقَرِينُ

Sehingga apabila orang–orang yang berpaling itu datang kepada Kami (pada hari Kiamat) dia berkata, “Wahai! Sekiranya (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat! Memang (setan itu) teman yang paling jahat (bagi manusia).” (QS.Az-Zukhruf:38)

Kikir itu tercela, berlebihan juga tercela. Dan yang terbaik adalah di antara keduanya, seperti yang telah disebutkan dalam Firman Allah Swt ketika mensifati Ibadur Rohman :

وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُواْ لَمۡ يُسۡرِفُواْ وَلَمۡ يَقۡتُرُواْ وَكَانَ بَيۡنَ ذَٰلِكَ قَوَامٗا

“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.” (QS.Al-Furqan:67)

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN