Menjadi Manusia yang Berkualitas

Berikut ini penjelasan terkait menjadi manusia yang berkualitas. Kita tahu, ajaran akhlak (budi pekerti) yang ditulis Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin adalah melakukan segala hal secara tengah-tengah (wasathiyah). Mengerjakan segala hal secara tepat. Tidak ekstrim kanan atau pun ekstrim kiri. Itu artinya, kalau anda ingin hidup bahagia (berkualitas), maka anda harus mempunyai akhlak.

Sebetulnya, watak manusia pada hakikatnya cenderung dan selalu ingin berlebihan. Al-Qur’an mengatakan: 

كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓ اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰىۗ 

Artinya: “Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup.” (QS. Al-Alaq [96]: 6-7).

Manusia mempunyai tendensi kecenderungan alamiah dalam dirinya, yang ketika mengerjakan segala sesuatu selalu cenderung melewati batas. Kenapa melewati batas sangat mudah? Jawabannya karena dalam diri manusia terdapat hawa nafsu (kesenangan). Dengan hawa nafsu, potensi manusia untuk menyenangi sesuatu dengan berlebihan akan sangat mudah.

Menempuh Titik Tengah

Ketika dikatakan “Islam Moderat”, sebenarnya itu Islam yang susah, dan yang mudah justru menjadi “Islam Ekstrim”. Kenapa dikatakan susah? Karena dengan berakhlak yang moderat, maka anda harus menjaga diri untuk berada di tengah-tengah. Seperti seorang pemain sirkus yang berjalan diatas tali di ketinggian. Anda akan mudah jatuh dalam kondisi seperti itu jika tidak mempunyai keseimbangan.

Dengan demikian, tak keliru jika katakan bahwa, akhlak yang sesungguhnya adalah bukanlah suatu tindakan, melainkan sikap dalam jiwa manusia yang dalam istilah Al-Ghazali disebut dengan “haiatun raskihatun fi an-nafsi”. Adalah suatu sifat permanen yang menetap dalam diri manusia.

Sifat atau watak itu selamanya akan menetap dalam diri manusia. Terkadang, sifat-sifat itu akan muncul pada manusia dalam konteks tertentu, dan pada waktu yang terbatas. Begitu pada masa Pemilu, orang yang menjadi Caleg tiba-tiba dermawan. Dan begitu Pemilu sudah lewat, ia kembali lagi menjadi manusia pada biasanya. Tentu saja, hal yang demikian ini bukanlah akhlak (bukan sifat yang datang dan pergi karena ada sifat tertentu).

Itu sebabnya, hemat saya, ekstremitas di dalam agama sekarang ini jangan-jangan bukan sesuatu yang datang dari agama itu sendiri, melainkan karena bagian dari kecenderungan peradaban modern yang sekarang melanda semua orang.

Karena dengan zaman modern, segala barang bisa diproduksi secara massal, akhirnya manusia bisa tergoda dan cenderung berlebihan dalam segala hal. Sebuah zaman yang menuntut semua orang untuk bertindak dalam hal apa pun.

Dalam kompetisi yang keras, seorang pedagang yang tidak bisa menampilkan sesuatu yang menarik perhatian pembeli, dengan sendiri ia tidak akan diperhatikan. Jelasnya, segala hal yang menarik perhatian pasti akan dilakukan, termasuk dengan cara-cara yang sensasional. Dengan kondisi yang demikian cenderung berlebihan, maka menjalankan akhlak seperti yang diajarkan oleh Al-Ghazali terasa sangat berat sekali.

Para ahli tasawuf memberikan analogi bahwa orang akan bisa hidup bahagia jika dalam hidupnya ia seperti batu yang tegak di tengah-tengah padang pasir. Batu itu tetap tegak meski dalam hembusan badai. Bahkan tidak bergerak dari posisinya. Jika seseorang bisa hidup seperti batu itu, maka ia akan mencapai hidup yang bahagia. Ini persis sama dengan ajaran filsafat stoa (stoikisme).

Sekalipun gembira dan sedih bersifat alamiah, akan tetapi ia bisa menjaga level sedih dan gembira pada level yang tidak berlebihan. Sekiranya ia menjumpai kesedihan, tetapi kesedihannya tidak sampai menguasai dirinya. Tidak oleng. Pun juga ketika gembira. Ia bisa mengontrol kegembiraannya sehingga tidak membuat hidupnya menjadi kacau-balau. Inilah yang disebut akhlak tengah-tengah.

Penting juga dicatat, ada baiknya jika moderasi beragama diterjemahkan kedalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, tidak saja membicarakan soal HTI, Salafi, Wahabi dan aliran lainnya. Sebab, ekstremisme itu tidak hanya terjadi pada level ideologi, melainkan juga pada level kehidupan praktik sehari-hari kita seringkali ekstrem. Dan inilah yang membutuhkan moderasi beragama.

Tak hanya itu, zaman modern sekarang, seolah-olah kebahagiaan akan meningkat ketika kepemilikan kita terhadap benda-benda yang bersifat material bertambah terus tanpa ada batasnya. Dengan kata lain, kebahagiaan dalam persepsi banyak orang sekarang ini akan dicapai ketika memiliki sesuatu lebih secara material. Semakin kamu memiliki banyak, maka kamu semakin bahagia.

Padahal, dalam ajaran akhlak yang diajarkan Al-Ghazali dan dalam filsafat stoa justru bukan memiliki lebih, melainkan memiliki secara moderat. Dalam hal ini, bukan berarti mengajak untuk hidup “kere massal”, melainkan untuk hidup sebagaimana kehidupan yang normal. Tidak berlebih-lebihan.

Demikian penjelasan terkait menjadi manusia yang berkualitas. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab.

BINCANG SYARIAH

Kapan Kita Ditekankan untuk Membaca Basmalah?

Muslim yang baik adalah muslim yang menjadikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai role model, suri teladan bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari dan berusaha meniru dan melaksanakan setiap detail kehidupannya sesuai dengan tata cara (sunah) yang telah beliau ajarkan.

Seribu tahun lalu Rasulullah telah menyampaikan kepada umatnya agar selalu menapaki sunah-sunah beliau. Beliau bersabda yang artinya,

“Maka, wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunahku (cara yang telah aku lakukan).” (HR. Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676)

Di antara sunah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa lakukan dan beliau ajarkan kepada umatnya adalah mengucapkan basmalah di setiap aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembahasan kali ini, kami akan paparkan beberapa kondisi yang sangat ditekankan untuk mengucapkan basmalah, kondisi-kondisi di mana terdapat dalil dan hadis yang sahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan basmalah di dalamnya.

Di dalam membaca serta mengamalkannya tuntunan mengucapkan basmalah, terdapat dua lafaz berbeda yang berbeda juga kapan dibacanya.

Yang pertama: Dibaca secara lengkap, yaitu “Bismillahirrahmanirrahim”

Saat membaca Al-Qur’an

Terkhusus ketika mulai membaca awal-awal surah yang ada di dalamnya, kecuali pada surah Bara’ah (At-Taubah). Karena basmalah merupakan ayat yang diturunkan bersamaan dengan setiap surah di dalam Al-Qur’an, kecuali surah Bara’ah. Oleh karenanya, basmalah ditulis di setiap permulaan surah dalam Al-Qur’an, walaupun ia bukanlah termasuk ayat pada surat tersebut secara spesifik.

Di permulaan penulisan buku-buku, surat-menyurat, naskah khotbah, dan jurnal ilmiah

Hal ini merupakan salah satu bentuk meniru dan mencontoh Al-Qur’an dan kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena beliau memulai surat-surat yang beliau tulis untuk para raja dengannya, sebagaimana surat beliau kepada Heraclius kaisar Romawi. Beliau memulai suratnya dengan,

بسم الله الرحمن الرحيم، من محمد رسول الله، إلى هرقل عظيم الروم

“Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dari Muhammad, Utusan Allah, kepada Heraclius, yang agung di Roma.”

Hal ini juga dilakukan oleh nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana surat Nabi Sulaiman ‘alaihis salam kepada Bilqis. Allah Ta’ala mengisahkan,

قَالَتۡ يٰۤاَيُّهَا الۡمَلَؤُا اِنِّىۡۤ اُلۡقِىَ اِلَىَّ كِتٰبٌ كَرِيۡمٌ * اِنَّهٗ مِنۡ سُلَيۡمٰنَ وَاِنَّهٗ بِسۡمِ اللّٰهِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيۡمِۙ * اَلَّا تَعۡلُوۡا عَلَىَّ وَاۡتُوۡنِىۡ مُسۡلِمِيۡنَ

Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.” Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Naml: 29-31)

Para pendahulu dan penerus bangsa ini juga telah menggunakan dan mengaplikasikannya di dalam buku-buku, surat, pidato, dan artikel mereka.

Yang kedua: Dengan mengucapkan “bismillah” saja

Hal ini diperintahkan untuk diucapkan pada beberapa kondisi:

Ketika berwudu

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ

“Tidak ada salat bagi yang tidak memiliki wudu. Dan tidak ada wudu bagi yang tidak membaca bismillah di dalamnya.” (HR. Abu Daud no. 101 dan Ibnu Majah no. 399. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini hasan)

Sebagian ulama mendaifkan hadis ini, namun dari berbagai jalur, hadis ini menjadi kuat. Sedangkan pe-nafi-an (peniadaan) yang disebutkan dalam hadis adalah peniadaan kesempurnaan dan bukan keabsahan wudunya. Jadi, maksudnya adalah wudunya tidak sempurna, bukan berarti tidak sah.

Saat menaiki kendaraan

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ ٱرْكَبُوا۟ فِيهَا بِسْمِ ٱللَّهِ مَجْر۪ىٰهَا وَمُرْسَىٰهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan Nuh berkata, ‘Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS. Hud: 41)

Di dalam hadis Jabir radhiyallahu ‘anhu yang panjang, hadis yang mengisahkan kendaraan ontanya, disebutkan di dalamnya,

ثُمَّ قالَ لِي: ارْكَبْ باسْمِ اللَّهِ

“Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku, ‘Naikilah kendaraan untamu dengan mengucapkan bismillah (dengan menyebut nama Allah).’” (HR. Muslim no. 715)

Saat menyembelih dan berburu

Berdasarkan firman Allah Ta’ala,

فَكُلُوْا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ اِنْ كُنْتُمْ بِاٰيٰتِهٖ مُؤْمِنِيْنَ

“Maka, makanlah dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am: 118)

Dan juga firman Allah,

فَكُلُوا۟ مِمَّآ أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَٱذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ عَلَيْهِ ۖ

“Maka, makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya).” (QS. Al-Ma’idah: 4)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

إذَا أَرْسَلْتَ كَلْبَكَ المُعَلَّمَ، وَذَكَرْتَ اسْمَ اللهِ عليه فَكُلْ

“Apabila kamu melepas anjing pemburu yang terlatih setelah kamu menyebut nama Allah ketika melepasnya, makanlah tangkapannya.” (HR. Muslim no. 1929)

Sebelum makan

Berdasarkan hadis yang sangat masyhur tentang nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada seorang anak,

يا غُلَامُ، سَمِّ اللَّهَ، وكُلْ بيَمِينِكَ، وكُلْ ممَّا يَلِيكَ فَما زَالَتْ تِلكَ طِعْمَتي بَعْدُ

“Wahai anak, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa yang di hadapanmu.” (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

Sebelum melakukan hubungan suami istri

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَمَا لو أنَّ أحَدَهُمْ يَقولُ حِينَ يَأْتي أهْلَهُ: باسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي الشَّيْطانَ، وجَنِّبِ الشَّيْطانَ ما رَزَقْتَنا، ثُمَّ قُدِّرَ بيْنَهُما في ذلكَ، أوْ قُضِيَ ولَدٌ؛ لَمْ يَضُرَّهُ شَيطانٌ أبَدًا.

“Sekiranya saat mereka mendatangi isterinya membaca, ‘Bismillahi allahumma jannibnisy syaithaana wa jannibisy syaithaana ma razaqtanaa.’ Lalu mereka pun ditakdirkan mendapat keturunan dari hasil pergaulan itu, atau mereka dikaruniai anak, maka ia tidak akan diganggu oleh setan selama-lamanya.” (HR. Bukhari no. 5165 dan Muslim no. 1434)

Ketika keluar rumah

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺇِﺫَﺍ ﺧَﺮَﺝَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﺘِﻪِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻮَﻛَّﻠْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻳُﻘَﺎﻝُ ﺣِﻴﻨَﺌِﺬٍ : ﻫُﺪِﻳﺖَ، ﻭَﻛُﻔِﻴﺖَ، ﻭَﻭُﻗِﻴﺖَ، ﻓَﺘَﺘَﻨَﺤَّﻰ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﻄَﺎﻥٌ ﺁﺧَﺮُ : ﻛَﻴْﻒَ ﻟَﻚَ ﺑِﺮَﺟُﻞٍ ﻗَﺪْ ﻫُﺪِﻱَ ﻭَﻛُﻔِﻲَ ﻭَﻭُﻗِﻲَ؟

“Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa, “Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah” (Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan-Nya). Maka, disampaikan kepadanya, ‘Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi kebutuhannya, dan kamu dilindungi.’ Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya. Lalu, salah satu setan berkata kepada temannya, ’Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.’ (HR. Abu Daud no. 5095 dan An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra no. 9917)

Ketika hendak masuk ke dalam kamar mandi

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سَتْرُ ما بينَ أَعْيُنِ الجِنِّ و عَوْرَاتِ بَنِي آدمَ إذا دخلَ أحدُهُمْ الخلاء أنْ يقولَ : بسمِ اللهِ

“Penutup antara mata jin dan aurat manusia yaitu, apabila seorang dari mereka melepaskan pakaian mengucapkan, ‘Bismillah (dengan menyebut nama Allah).’” (HR. Tirmidzi no. 606 dan Ibnu Majah no. 297)

Saat mendapati rasa sakit pada salah satu anggota tubuh

Jika seorang muslim merasakan sakit pada salah satu anggota tubuhnya, disyariatkan baginya untuk meletakkan tangan kanannya pada bagian yang sakit tersebut sembari membaca bismillah dan membaca doa yang telah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan kepada sahabat Utsman bin Abi Al-Ash radhiyallahu ‘anhu saat ia mengeluhkan rasa sakit yang tak kunjung sembuh pada tubuhnya,

ضَعْ يَدَكَ علَى الَّذي تَأَلَّمَ مِن جَسَدِكَ، وَقُلْ: باسْمِ اللهِ، ثَلَاثًا، وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ: أَعُوذُ باللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِن شَرِّ ما أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

“Letakkan tanganmu pada tempat yang sakit di badanmu dan ucapkanlah, ‘Bismillah.’ sebanyak tiga kali. Dan ucapkan juga sebanyak tujuh kali, ‘Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-nya, dari keburukan apa yang kurasakan dan kukhawatirkan.’” (HR. Muslim no. 2202)

Saat hendak meletakkan mayit ke dalam liang lahad

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ كان إذا وَضع الميتَ في القبرِ قال باسمِ اللهِ وباللهِ وعلى مِلَّةِ وفي لفظ وعلى سُنَّةِ رسولِ اللهِ

“Bahwasanya apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan mayit di dalam kubur, maka beliau mengatakan, “Bismillahi wabillahi wa’alamillati” dan dalam riwayat lain dengan lafadz “wa’ala sunnati rasulillah” (Dengan nama Allah dan aku bersumpah dengan nama-Nya serta di atas ajaran/sunah Rasulullah).” (HR. Abu Dawud no. 3213, Tirmidzi no. 1046, dan Ibnu Majah no. 1550)

Saat menutup pintu, mematikan lampu, menutup wadah air, dan tempat makan di malam hari

Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إذا كانَ جُنْحُ اللَّيْلِ -أوْ أمْسَيْتُمْ- فَكُفُّوا صِبْيانَكُمْ؛ فإنَّ الشَّياطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ، فإذا ذَهَبَ ساعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخلُّوهُمْ، فأغْلِقُوا الأبْوابَ، واذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ؛ فإنَّ الشَّيْطانَ لا يَفْتَحُ بابًا مُغْلَقًا، وأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ، وخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ واذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ، ولو أنْ تَعْرُضُوا عليها شَيئًا، وأَطْفِئُوا مَصابِيحَكُمْ

“Apabila malam mulai gelap atau malam telah tiba (waktu magrib), maka tahanlah anak-anak kalian (agar tidak keluar dari rumah), karena saat itu setan berkeliaran. Apabila hari sudah malam, maka lepaskanlah mereka dan tutuplah pintu-pintu (rumah kalian) dan sebutlah nama Allah, karena setan tidak mampu membuka pintu yang tertutup. Ikatlah wadah (air minum) kalian sambil menyebut nama Allah dan tutup pula bejana-bejana kalian sambil menyebut nama Allah walaupun hanya dengan menaruh sesuatu di atasnya, dan matikanlah lampu-lampu kalian.” (HR. Bukhari no. 5623 dan Muslim no. 2012)

Ketika akan tidur di malam hari

Berdasarkan hadis,

أن رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، كان إذا أخذ مضجعَه من الليلِ قال: بسم اللهِ وضعتُ جنبي، اللهم اغفر لي ذنبي، وأخْسئْ شيطاني، وفكَّ رِهاني، واجعلني في النديِّ الأعلى.

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersiap tidur di malam hari, beliau berdoa, (yang artinya), ‘Ya Allah, aku rebahkan diriku. Ampunilah semua dosaku, cacatkanlah setanku, lepaskanlah gadaiku, dan jadikanlah aku berada pada jajaran yang tinggi bersama malaikat.’” (HR. Abu Dawud no. 5054)

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita salah satu hamba-Nya yang mampu menjalankan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kehidupan sehari-hari, tak terkecuali mengamalkan hadis-hadis yang berkaitan dengan bacaan basmalah yang baru saja kita paparkan sebelumnya. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Wallahu A’lam bisshawab.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/87794-kapan-kita-ditekankan-untuk-membaca-basmalah.html

Apakah Benar Penghafal Al-Quran 30 Juz Tidak Akan Masuk Neraka?

Fatwa Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin

Pertanyaan:

Semoga Allah memperbaiki kondisi engkau. Seorang wanita bertanya, “Wahai Syekh, apakah benar penghafal Al-Qur’an 30 juz akan Allah haramkan dari api neraka?”

Jawaban:

Saya tidak mengetahui hal tersebut datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagi yang menghafal Al-Qur’an 30 juz atau hanya sebagiannya, maka Al-Qur’an akan datang sebagai hujjah untuknya (yang membela dirinya, pent.) atau sebaliknya, (menjadi) hujjah atas dirinya.

Al-Qur’an akan datang menjadi hujjah baginya itu tidak terhadap semua penghafal Al-Qur’an. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

القرآن حجة لك أو عليك

Al-Qur’an adalah hujjah untukmu atau hujjah atasmu.

Maka, jika seseorang beramal dengan Al-Qur’an, membenarkan beritanya, dan menerima hukum-hukumnya, maka Al-Qur’an akan menjadi hujjah baginya. Namun, jika seseorang berpaling dan menjauh darinya, maka Al-Qur’an akan datang menjadi hujjah atas dirinya.

Allah Ta’ala berfirman,

فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى ەۙ فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقٰى وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْٓ اَعْمٰى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرًا قَالَ كَذٰلِكَ اَتَتْكَ اٰيٰتُنَا فَنَسِيْتَهَاۚ وَكَذٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسٰى وَكَذٰلِكَ نَجْزِيْ مَنْ اَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْۢ بِاٰيٰتِ رَبِّهٖۗ وَلَعَذَابُ الْاٰخِرَةِ اَشَدُّ وَاَبْقٰى

Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata, ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?’ Dia (Allah) berfirman, ‘Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.’ Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Sungguh, azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.” (QS. Thoha: 123-127)

Akan tetapi, saya mengajak saudaraku muslim, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menghafal kitabullah. Karena kitabullah tabaraka wa ta’ala adalah harta simpanan dan ghanimah. Jika seseorang menghafalnya, maka dia dapat membacanya di setiap waktu, di setiap tempat, kecuali di waktu dan tempat yang terlarang membacanya di sana. Dia dapat membacanya saat berbaring di atas tempat tidur, di pasar, saat jalan ke masjid, atau saat perjalanan ke sekolah, atau saat berjalan ke majelis zikir, atau saat akan pergi berdagang.

Dan Al-Qur’an itu tidak sama seperti hal yang lain. Al-Qur’an yang mulia itu setiap hurufnya mengandung kebaikan. Setiap kebaikannya diganjar dengan 10 kali lipat hingga 700 kali lipat, dan dengan ganjaran yang berlipat-lipat.

Seorang yang senantiasa men-tadaburi (merenungkan makna) Al-Qur’an akan menambah kecintaannya pada Allah Ta’ala, dan bertambah (pula) pengagungannya. Sehingga Al-Qur’an menjadi teman baginya yang senantiasa dibacanya, sebaliknya dia akan sedih dengan jauh darinya.

Nasihatku untuk saudara muslim seluruhnya, saya nasihatkan untuk bersemangat menghafal Al-Qur’an, dan terlebih pada pemuda. Hal ini karena dengan menghafal di usia muda, dia akan mendapatkan dua keutamaan:

Pertama: Pemuda lebih mudah mengingat/menghafal dibandingkan yang tua.

Kedua: Pemuda lebih jarang lupa dibandingkan yang tua.

Maka, kedua hal ini merupakan keutamaan yang pertama. Yang kedua kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita termasuk dari orang yang membaca kitabullah dengan sebenar-benarnya bacaan.

Demikian. Semoga bermanfaat.

***

Penulis: dr. Abdiyat Sakrie, Sp.JP, FIHA

Artikel: Muslim.or.id

Sumber:

Diterjemahkan dari https://binothaimeen.net/content/12445

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/87585-apakah-benar-penghafal-al-quran-30-juz-tidak-akan-masuk-neraka.html

Peran Pemuda Muslim di Zaman Milenial

Peran pemuda muslim di zaman sekarang (milenial) tidak terlepas dari tuntutan perubahan zaman yang sangat pesat perubahannya. Sebagai seorang muslim, semestinya mampu menyesuaikan dan membawa nilai agama yang syar’i pada tatanan kehidupan sekarang tanpa menodai syariat yang sudah dituliskan dalam Qur’an dan As-Sunnah. Ini merupakan nasihat penting bagi seorang pemuda yang hari ini hidup dalam kondisi penuh fitnah dan penuh syubhat dengan benturan peradaban dan kondisi zaman.

Berdasarkan penjelasan di atas, pemuda telah dijanjikan akan mendapatkan naungan dari Allah Ta’ala. Yakni, ia yang memiliki peran penting dalam mengambil posisi strategis, baik dalam hal keilmuan agama, disiplin ilmu, dan kebermanfaatan di lingkungan masyarakat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ»

Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali), kecuali naungan-Nya: … Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 1357 dan Muslim no. 1031)

Hadis ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap seorang pemuda muslim yang mampu mendatangkan kebaikan, sekaligus menjelaskan keutamaan bagi seorang muslim yang memiliki sifat yang alim (taat dalam ibadah) seperti dijelaskan dalam hadis tersebut.

Imam Abul ‘Ula Al-Mubarakfuri rahimahullah berkata, “(Dalam hadis ini), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhususkan (penyebutan) ‘seorang pemuda’ karena (usia) muda adalah (masa yang) berpotensi besar untuk didominasi oleh nafsu syahwat. Disebabkan kuatnya pendorong untuk mengikuti hawa nafsu pada diri seorang pemuda, maka dalam kondisi seperti ini untuk berkomitmen dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah (tentu) lebih sulit dan ini menunjukkan kuatnya (nilai) ketakwaan (dalam diri orang tersebut).” (Tuhfatul Ahwadzi, 7: 57)

Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ»

Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah.” (HR. Ahmad, 2:263, Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir, 17:309 dan lain-lain. Dinyatakan sahih dengan berbagai jalurnya oleh Syekh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 2843)

Yaitu, pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dia membiasakan dirinya untuk melakukan kebaikan, dan berusaha keras menjauhi berbagai macam keburukan

Inilah sosok pemuda muslim yang Allah Ta’ala cintai dan pandai dalam mensyukuri nikmat besar yang Allah Ta’ala anugerahkan kepadanya. Maka, beberapa hal yang sekiranya bisa kita lakukan sebagai seorang pemuda muslim saat ini adalah:

Pertama: Lakukan hal positif

Yaitu, dengan melakukan hal positif yang sesuai dengan syariat, tentunya apa yang sudah tertuang dalam ajaran islam, seperti halnya mencari ilmu, ikut agenda-agenda dakwah, mengikuti agenda yang bermanfaat, serta mengamalkan amalan saleh.

Kedua: Membentengi diri

Yaitu, dengan berbagai kondisi dan syubhat yang ada. Kita dianjurkan untuk senantiasa berhati-hati dan membentengi diri serta mempertebal keimanan kita untuk mengantisipasi berbagai hal yang dapat meracuni keimanan dan pemikiran.

Ketiga: Menjaga akhlak

Menjadi pemuda yang berakhlak mulia dan beradab itu bagaikan buih di tengah lautan. Ia sulit ditemui dan sulit didapatkan. Maka, senantiasa berusaha untuk selalu ber-akhlakul karimah sebagaimana telah dicontohkan oleh teladan kita, yakni Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam, seperti: tawadhu (rendah hati), lemah lembut, sabar, berbuat baik kepada orang lain, dan memaafkan kesalahan orang yang berbuat buruk pada kita dan membalasnya dengan kebaikan.

Keempat: Menjaga hubungan dengan keluarga

Patuh terhadap orang tua adalah bagian dari kita menjaga diri di era yang penuh ujian dan era penuh kerusakan saat ini. Yakni, sebagai rumah untuk pulang dan doa yang tidak tertolak oleh Allah Ta’ala. Ini menjadi kunci utama untuk kita agar senantiasa menerapkan birrul walidain dan meminta doa akan diberikan kemudahan dalam menjalankan syariat-Nya dan menjalani pahitnya hidup.

Kelima: Menjaga hubungan dengan masyarakat

Menjaga hubungan sosial tidak kalah penting, seperti halnya kita menjaga hubungan kita terhadap diri dan keluarga. Hubungan ini yang kemudian bisa menjaga kesalehan sosial kita. Hal ini juga sudah banyak dicontohkan oleh Rasulullah, bagaimana beliau bermuamalah dengan sahabatnya, dengan para pengikutnya, dan termasuk berbuat baik pada orang yang berbuat buruk padanya.

Semoga dari tulisan yang sedikit ini mampu mengalirkan keikhlasan dari penulis dan mengalirkan keberkahan dari Allah Ta’ala untuk kaum muslimin sekalian yang hari ini hidup di zaman penuh ujian. Semoga Allah menjaga kita, anak-anak kita, sanak saudara kita, dan orang di sekitar kita. Amin.

***

Penulis: Kiki Dwi Setiabudi S.Sos.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/87590-peran-pemuda-muslim-di-zaman-milenial.html

MUI: Pemerintah Harus Buat Regulasi Lindungi UMKM dari Ancaman TikTok Shop

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Anwar Abbas, mengungkapkan keprihatinannya terhadap dampak ekspansi TikTok Shop terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

Karena itu MUI berharap pemerintah membuat regulasi yang melarang media sosial dipergunakan untuk bertransaksi dan bisa menghambat masuknya barang-barang impor ke dalam negeri agar tidak merugikam UMKM.

“Tapi kalau dari perspektif  UMKM dan ketenagakerjaan dalam negeri maka kehadiran TikTok shop tersebut jelas merugikan karena 80% barang yang dijual oleh reseller tersebut adalah produksi impor sehingga produksi dalam negeri bisa tiarap karena tidak bisa bersaing dengan barang-barang dari china yang harganya jauh lebih murah,” demikian ujar Buya Anwa Abbas dalam pernyataan yang diterima hidayatullah.com, Senin (18/9/2023).

Buya Anwar Abbas berharap hal ini tidak menjadikan gerakan PHK dan pengangguran yang diakibatkan pendapatan dan daya beli masyarakat yang menurun.  “Tugas pemerintah adalah melindungi  dan mensejahterakan rakyat, maka tidak dapat tidak pemerintah harus melindungi UMKM  karena dia merupakan salah satu tiang dan inti dalam ketahanan ekonomi nasional sebab  99,99 persen dari dunia usaha nasional itu adalah UMKM,” ujarnya.

Pertama, pemerintah membuat regulasi yang melarang media sosial dipergunakan untuk bertransaksi. “Kalau mereka akan bertransaksi silahkan mempergunakan e-commerce.”

Kedua, pemerintah membuat regulasi yang bisa menghambat masuknya barang-barang impor dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan internasional tapi  memberi peluang besar bagi UMKM untuk maju.

Ketiga, pemerintah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan literasi digital dari pengusaha UMKM sehingga diharapkan mereka juga akan bisa berselancar di media e-commerce dalam memasarkan barang-barang mereka karena saat ini baru sekitar 13-20 persen UMKM yang telah melakukan digitalisasi.

Keempat, pemerintah harus bisa membantu UMKM agar bisa memproduksi barangnya dengan kualitas yang lebih bagus dan harga yang lebih kompetitif dengan barang-barang impor dari China.

Kelima, mendorong dan menginisiasi UMKM agar membangun jaringan sehingga diharapkan UMKM akan bisa menjadi satu kekuatan raksasa yang dahsyat.

Keenam, kita harus bisa menciptakan dan mengkondisikan anak-anak bangsa ini untuk lebih mencintai produk-produk dalam negeri dari pada  produk-produk impor karena hal demikian jelas akan memberi keuntungan dan kemashlahatan yang sangat besar bagi bangsa dan negara kita tidak hanya untuk masa kini tapi juga masa depan.

Ia berharap enam langkah ini membawa kehadiran UMKM Indonesia lebih berjaya. ”Keenam langkah di atas diharapkan  keadaan UMKM di negeri ini akan semakin menjadi lebih baik sehingga mereka bisa menjadi tuan di negaranya sendiri,” ujarnya.*

HIDAYATULLAH

Doa Habib Umar Bulan Rabiul Awal

Berikut ini adalah doa yang dibaca Habib Umar bin Hafidz di setiap datangnya bulan Rabiul Awal. Kita telah menginjak bulan Rabiul Awal, yang mana bulan ini adalah salah satu bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam, lantaran pada bulan inilah ada momentum hari lahir baginda Nabi Muhammad Saw sang junjungan semesta alam. 

Rangkaian upaya pun banyak dilakukan pada bulan ini untuk menunjukkan wujud cinta kepada Rasulullah Saw, mulai dari adanya kumpulan majelis shalawat hingga perayaan maulid nabi yang diselenggarakan secara besar-besaran.

Pada bulan Rabiul Awal ini hendaknya kita mengharap dan memohon kepada Allah Swt agar bisa mendapatkan keberkahan dari-Nya agar tetap senantiasa bisa berbahagia dengan mencintai Nabi Muhammad Saw. karena sebagaimana sabda beliau sendiri bahwa tidaklah sempurna iman seseorang kecuali ia mencintai Rasulullah Saw melebihi segalanya.

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ. رواه البخاري

Artinya; “Tidaklah sempurna iman seseorang sehingga ia menjadikan aku lebih dicintai dari pada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia. (HR. Imam Bukhari).

Berikut ini adalah doa memohon keberkahan bulan Rabiul Awal dari Habib Umar bin Hafidz.

Doa Habib Umar bin Hafidz Pada Bulan Rabiul Awal

Di dalam salah satu daurahnya di kota Tarim beliau mengajak seluruh umat muslim untuk memanjatkan doa mengharap keberkahan bulan Rabiul Awal.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ إِقْبَالِ شَهْرِ رَبِيْعِ الْأَوَّلِ، وَمَا جَعَلْتَ فِيْ قُلُوْبِ أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ فِيْ شَرْقِهَا وَغَرْبِهَا مِنْ نُوْرِ سِرِّ الفَرَحِ بِكَ وَبِرَسُوْلِكَ الَّذِيْ هُوَ عِنْدَكَ أَجَلَّ وَأَعْلَى فَوَسِّعْ نَصِيْبَنَا فِيْ قُلُوْبِنَا مِنْهُ، وَأَكْثِرْ اللَّهُمَّ حَظَّنَا مِن حَقِيْقَتِهِ، وَاجْعَلْهُ فَرْحاً يَتَّصِلُ بِالْفَرَحِ عِنْدَ الْمَوْتِ، وَاْلفَرَحِ فِي اْلبَرْزَخِ، وَاْلفَرَحِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَاْلفَرَحِ فِي دَارِ اْلكَرَامَةِ.. آمِيْن.

Allahumma bārik lanā fī iqbāli syahri rabīil awwali wa mā jaalta fī qulūbi ahadin min ahlil ardhi fī syarqiā wa gharbihā min nūri sirril farahi bika wa birasūlikal ladzi huwa indaka ajalla wa alā fawassinashībana fi qulūbinā minhu, wa aktsir Allahumma haddzanā min haqīqatihi waj alhu Farhan yattasilu bil farahi i`ndal maut wal farahi fil barzakhi wal farahi yaumal qiyāmati wal farahi fi dāril karāmati āmīn.

Artinya; “Ya Allah berhakilah kami di bulan Rabiul Awal, dan apa-apa yang Engkau titipkan di dalam setiap hati penduduk bumi baik yang ditimur maupun di barat, yaitu berupa cahaya rahasia kebahagiaan dengan-Mu dan kebahagiaan dengan Rasul-Mu yang sangat agung dan mulia di sisi-Mu,

Maka luaskanlah bagian kami di dalam hati-hati kami dari kebahagian itu, dan perbanyaklah bagian kami daripada hakikat kebahagian itu, dan jadikanlah kebahagian itu sebagai kebahagiaan yang bersambung dengan kebahagiaan di saat kematian, dan kebahagiaan di alam barzakh, dan kebahagiaan di hari kiamat, dan kebagiaan di surga, āmīn.”

Demikian doa Habib Umar bin Hafidz pada bulan Rabiul Awal. Semoga bermanfaat, Wallahu a`lam.

BINCANG SYARIAH

Benarkah Surah Al-Waqiah Mempermudahkan Rezeki?

Tentunya kita sering mendengar bahwasannya faedah atau keutamaan membaca surah al-Waqiah mempunyai keutamaan yang banyak, salah satunya yaitu mempermudahkan seseorang dalam mendapatkan rezeki, bahkan beberapa orang percaya ketika mempunyai hutang yang tidak lunas-lunas, dianjurkan untuk membaca surah al-Waqiah. Lantas benarkah surah Al-Waqiah mempermudahkan rezeki?

Al-Waqiah sendiri merupakan surah Makkiyah atau surah yang turunnya di Makkah, yang mana surah ini turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Salah satu ciri dari  surah Makkiyah adalah berisi mengenai hal-hal yang bersifat ubudiyah atau berisi hal-hal syariat seperti shalat, doa, dll.

Keutamaan Al-Qur’an tersebut tentunya mempunyai dampak baik, salah satunya yaitu banyaknya umat muslim membaca surah al-Waqiah atau ayat Al-Qur’an untuk mendapatkan kemuliaan-kemuliaan yang telah dijanjikan.

Lalu, yang menjadikan pertanyaannya, apakah benar membaca surah al-Waqiah dapat mempermudahkan rezeki? Apakah Nabi mengajarkan hal ini? Untuk itu, tulisan ini akan mengulas pertanyaan benarkah surah Al-Waqiah mempermudahkan rezeki?

Jawabannya adalah benar. Kabar bahwasannya surah Al-Waqiah mempermudahkan rizki bermula dari Ibnu Mas’ud yang memerintahkan putrinya untuk membaca Al-Waqiah setiap malam dengan tujuan mempermudahkan rezeki.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من قرأ سورة الواقعة في كل ليلة لم تصبه فضيقة أبدا. 

Artinya: Rasulullah SAW bersabda, barangsiapa yang membaca surat Al-Waqiah di setiap malamnya, maka ia tidak akan terkena kemiskinan selamanya.

 Hal ini juga dikuatkan dengan hadis lainnya, 

أخرج ابن مردويه عن أنس عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “سورة الواقعة سورة الغنى، فاقرؤوها، وعلّموها أولادكم.

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Mardiwaih dari Anas dari Rasulullah SAW berkata, ‘Surah Al-Waqiah adalah surah mempermudah untuk mendapatkan rizki, maka dari itu, bacalah dan amalkan kepada anak-anak kalian. 

Sebagai umat muslim yang beriman, keutamaan ayat Alquran yang turun kepada kita bukan hanya omong kosong belaka. Dari dua hadis di atas, bukan suatu hal yang mustahil bahwasannya surah Al-Waqiah adalah surah yang mempermudahkan rezeki. Di setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan, Allah selalu memberikan faedah-faidah yang sangat luar biasa.

Demikian penjelasan terkait benarkah surah Al-Waqiah mempermudahkan rezeki? Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

6 Golongan yang Harus Menghindari Tindakan Ini agar Mencium Bau Surga

Mencium bau surga merupakan harapan tertinggi bagi umat Muslim, bukan sekadar menjadi penghuni surga. Berbagai bentuk ibadah seperti sedekah, puasa, sholat, dan amal makruf nahi munkar dilakukan untuk meraih tiket surga. Namun, tahukah Anda bahwa ada golongan yang harus berhati-hati agar tidak kehilangan aroma surga? Berikut adalah 6 golongan yang perlu dihindari agar tetap mencium bau surga.

1. Orang yang Menyemir Rambut

Pertama-tama, golongan yang harus berhati-hati adalah orang yang menyemir rambutnya. Ini tertuang dalam hadis dari HR. Abu Daud dan Ahmad. Namun, perlu dicatat bahwa ada pengecualian, yaitu orang yang hanya menyemir rambutnya dengan warna hitam.

“Di akhir zaman, akan ada orang-orang yang mengecat rambutnya dengan warna hitam seperti mayoritas dada merpati, mereka tidak akan mencium bau surga,” (HR. Abu Daud dan Ahmad).

2. Wanita yang Meminta Cerai Tanpa Alasan

Perceraian adalah tindakan yang dibenci oleh Allah SWT, meskipun diperbolehkan. Maka, pasangan suami istri harus menjauhi perbuatan ini. Selain itu, seorang istri yang meminta cerai tanpa alasan yang jelas juga berisiko kehilangan aroma surga.

“Siapapun wanita yang meminta talak pada suaminya tanpa alasan yang jelas, maka bau surga haram baginya,” (HR. Tirmidzi, Abu Daud).

3. Orang yang Mengaku Sebagai Keturunan Orang Lain

Golongan berikutnya adalah mereka yang mengaku sebagai keturunan orang lain. Padahal, dalam hadis HR. Ahmad, disebutkan bahwa aroma surga sudah dapat tercium dari jarak 70 tahun.

“Barang siapa yang mengaku sebagai keturunan orang lain yang bukan ayahnya sendiri, tidak akan mencium bau surga. Padahal, bau surga sudah dapat tercium dari jarak 70 tahun perjalanan,” (HR. Ahmad).

4. Orang yang Sombong

Orang yang memiliki sifat sombong tidak hanya menjadi hina di mata manusia, tetapi juga tidak akan mencium bau surga bahkan tidak akan masuk surga. Sifat sombong sangat dibenci oleh Allah SWT.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (QS. Luqman ayat 18).

“Tidak masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan, meskipun seberat biji sawi,” (HR. Muslim).

5. Orang yang Menuntut Ilmu Akhirat untuk Tujuan Duniawi

Golongan selanjutnya adalah orang yang menuntut ilmu akhirat hanya untuk kepentingan duniawi. Meskipun menuntut ilmu adalah wajib, niat yang tidak baik yang mengarah pada kehidupan dunia bisa menghalangi mencium bau surga.

“Barang siapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk Allah, tetapi hanya untuk mencari dunia, maka di hari kiamat, dia tidak akan mencium bau surga,” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).

6. Wanita yang Berpakaian Seperti Telanjang

Di zaman sekarang, banyak wanita yang tidak malu memamerkan aurat mereka dengan pakaian yang tidak pantas. Padahal, Islam menuntut agar seorang wanita menutup auratnya. Wanita yang berpakaian seperti telanjang juga berisiko tidak mencium bau surga.

“Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat: Kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya mereka memukuli orang, dan wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka berlenggak lenggok dan condong dari ketaatan, rambut mereka seperti punuk unta miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Padahal bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini,” (HR. Muslim).

Demikianlah 6 golongan yang harus berhati-hati agar tetap mencium bau surga. Semoga bermanfaat.

ISLAMKAFFAH

Parkir Mobil Sembarangan di Jalanan: Haram, Begini Penjelasanya

Memiliki kendaraan pribadi khususnya roda empat merupakan hak semua orang, namun terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya memiliki tempat parkir atau garasi dirumah sehingga tidak parkir sembarangan terlebih mengganggu jalanan. Sekarang ini, banyak kita melihat orang yang memarkir kendaraan pribadinya sembarang tempat karena tidak mempunyai garasi untuk menaruh kendaraan sehingga mengganggu orang lain atau menggunakan hak orang lain.

Kementerian Agama (Kemenag) menjelaskan tidak boleh mengganggu kepentingan umum untuk kepentingan pribadi. Dilansir dari laman resmi Kementerian Agama Indonesia, Senin (18/9/2023), menurut Syekh Zakariya al Anshori dalam kitab Manhaj Thullab, jalanan umum tidak boleh dijadikan sesuatu (termasuk parkir) yang bisa mengganggu pengguna jalan raya. Hal itu dikarenakan akan mempersulit pengguna jalan raya yang mengaksesnya. Untuk itu, ketika ingin memarkirkan mobil di bahu jalan atau halaman rumah tetangga, seyogianya mendapatkan izin dari yang punya lahan. Syekh Zakariya berkata:

الطَّرِيقُ النَّافِذُ لَا يُتَصَرَّفُ فِيهِ بِبِنَاءٍ أَوْ غَرْسٍ وَلَا بِمَا يَضُرُّ مَارًّا فَلَا يُخْرِجُ فِيهِ مُسْلِمٌ

“Jalanan umum tidak boleh dimanfaatkan untuk dibangun sebuah gedung, atau tanaman. Demikian pula dilarang menggunakannya (dengan model apapun), ketika bisa mengganggu para pengguna jalan”. (Syekh Zakariyya Al-Anshary, Manhaj al-Thullab, Juz 3 Halaman 359).

Di sisi lain, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan bahwa memarkir mobil di depan rumah yang bisa menggangu pengguna jalan hukumnya dilarang. Apalagi sudah ada larangan tegas terkait memarkir mobil di jalan umum. Pada Pasal 38 disebutkan bahwa setiap orang dilarang menggunakan ruang manfaat jalan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan. Pasal itu berbunyi:

“Setiap orang dilarang memanfaatkan ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37 yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.”

Lebih lanjut, dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 5 Tahun 2014 tentang Transportasi dalam Pasal 140 ayat 1-3 dijelaskan sebagai berikut:

Setiap orang atau badan usaha pemilik Kendaraan Bermotor wajib memiliki atau menguasai garasi;
Setiap orang atau badan usaha pemilik Kendaraan Bermotor dilarang menyimpan Kendaraan Bermotor di ruang milik jalan;
Setiap orang atau badan usaha yang akan membeli Kendaraan Bermotor wajib memiliki atau menguasai garasi untuk menyimpan kendaraannya yang dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan garasi dari kelurahan setempat.

Tak hanya larangan, bagi pelaku parkir sembarangan, akan dikenakan sanksi denda untuk memberikan efek jera bagi pelanggar parkir. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan angkutan jalan, pelaku akan mendapatkan denda maksimal sebesar Rp. 500.000,- yang diberikan oleh kepolisian dengan menerapkan tilangan slip biru.

Tak hanya itu, mobil yang melanggar parkir sembarangan juga akan dilakukan penderekan kendaraan yang dilaksanakan oleh petugas Dinas Perhubungan. Penderekan kendaraan akan dilakukan bagi kendaraan yang parkir di badan jalan dan mengganggu arus lalu lintas dapat dipindahkan atau diderek dan biaya penderekan menjadi tanggung jawab pelanggar, yang besarannya di tetapkan di Perda No. 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Daerah yaitu biaya penderekan dan penyimpanan kendaraan sebesar Rp. 500.000,-/hari/kendaraan.

“Dengan demikian sebagai kesimpulan hukum memarkir mobil di jalan depan rumah dapat mengganggu pengguna jalan, maka hukumnya adalah haram. Seyogianya, pemilik mobil itu memperhatikan kenyamanan publik. Pun ketika ingin parkir kendaraan, seyogianya di lahan sendiri,” tulis situs Kemenag.

ISLAMKAFFAH

Seorang Pemuda yang Mendatangi Imam Hassan Al-Basri, Memberitahukan bahwa Dia Lakukan Dosa namun Allah Tidak Menghukumnya …

SEORANG pemuda mendatangi Al-Hassan Al-Basri dan berkata kepadanya: “Aku dengar bahwa setiap dosa ada hukumannya, aku sering berbuat dosa kepada Allah, kenapa DIA tidak menghukumku?”

Al-Hassan Al-Basri: “Anakku, sudah berapa banyak Allah telah menghukummu tanpa kamu sadari.”

Pemuda: “Bagaimana bisa begitu?”

Al-Hassan Al-Basri:
▪️Bukankah DIA telah mencabut darimu manisnya bermunajat padaNYA?

▪️ Bukankah hari-harimu berlalu tanpa tilawah Al-Quran?

▪️Bukankah kamu telah melewatkan malam-malam panjang tanpa melakukan Qiyam?

▪️ Bukankah lidahmu tertahan untuk tidak menyebut AsmaNYA?

▪️ Bukankah DIA telah menyibukkanmu dengan cinta, ketenaran dan harta ?
▪️Bukankah hatimu terasa berat untuk taat padaNYA?

▪️ Bukankah DIA mudahkan bagimu melakukan dusta, gossip dan ghibah?

▪️ Bukankah Dia yang menjadikanmu lupa akhirat dan menjadikan dunia pusat perhatian terbesarmu?

▪️ Bukankah musim kebaikan telah berlalu, Ramadhan, 4 bulan Haram, enam hari Syawal, sepuluh hari Dzulhijjah, belum maksimal kamu manfaatkan sebagaimana mestinya?

▪️ Siksa Allah yang paling ringan bisa kamu rasakan, berupa anak, keluarga, Kesehatan dan harta, namun siksaNYA yang paling besar tak terasa di dalam lubuk hatimu.

▪️ Siksa Allah paling besar tanpa kamu sadari, justru Dia bukakan kepadamu pintu dunia yang membuatmu lupa Akhiratmu,

▪️Dia bukakan kepadamu ilmu duniawi yang mengalihkan perhatianmu dari ilmu akhiratmu.

▪️Dia memberimu banyak harta tetapi merampas kenikmatanmu dalam beribadah.

▪️Telah banyak Allah menghukummu tanpa kamu sadari!!

▪️Dan ini adalah bentuk hukuman yang seberat-beratnya.

▪️Tidak ada hukuman yang paling berat melebihi berpalingnya Allah padamu.

▪️Dia tidak lagi mau ‘berbicara’ dan ‘mendengar’ mu,

▪️DIA biarkan kamu terlena panjang dalam kesibukan dan kenikmatan dunia.

▪️Cukuplah Allah menarik nikmat dan kelezatan tahajjud dalam dirimu itu sebagai hukuman kepadamu. []

SUMBER: WHATSAPP GROUP

ISLAMPOS