MUI: Pemerintah Harus Buat Regulasi Lindungi UMKM dari Ancaman TikTok Shop

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Anwar Abbas, mengungkapkan keprihatinannya terhadap dampak ekspansi TikTok Shop terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

Karena itu MUI berharap pemerintah membuat regulasi yang melarang media sosial dipergunakan untuk bertransaksi dan bisa menghambat masuknya barang-barang impor ke dalam negeri agar tidak merugikam UMKM.

“Tapi kalau dari perspektif  UMKM dan ketenagakerjaan dalam negeri maka kehadiran TikTok shop tersebut jelas merugikan karena 80% barang yang dijual oleh reseller tersebut adalah produksi impor sehingga produksi dalam negeri bisa tiarap karena tidak bisa bersaing dengan barang-barang dari china yang harganya jauh lebih murah,” demikian ujar Buya Anwa Abbas dalam pernyataan yang diterima hidayatullah.com, Senin (18/9/2023).

Buya Anwar Abbas berharap hal ini tidak menjadikan gerakan PHK dan pengangguran yang diakibatkan pendapatan dan daya beli masyarakat yang menurun.  “Tugas pemerintah adalah melindungi  dan mensejahterakan rakyat, maka tidak dapat tidak pemerintah harus melindungi UMKM  karena dia merupakan salah satu tiang dan inti dalam ketahanan ekonomi nasional sebab  99,99 persen dari dunia usaha nasional itu adalah UMKM,” ujarnya.

Pertama, pemerintah membuat regulasi yang melarang media sosial dipergunakan untuk bertransaksi. “Kalau mereka akan bertransaksi silahkan mempergunakan e-commerce.”

Kedua, pemerintah membuat regulasi yang bisa menghambat masuknya barang-barang impor dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan internasional tapi  memberi peluang besar bagi UMKM untuk maju.

Ketiga, pemerintah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan literasi digital dari pengusaha UMKM sehingga diharapkan mereka juga akan bisa berselancar di media e-commerce dalam memasarkan barang-barang mereka karena saat ini baru sekitar 13-20 persen UMKM yang telah melakukan digitalisasi.

Keempat, pemerintah harus bisa membantu UMKM agar bisa memproduksi barangnya dengan kualitas yang lebih bagus dan harga yang lebih kompetitif dengan barang-barang impor dari China.

Kelima, mendorong dan menginisiasi UMKM agar membangun jaringan sehingga diharapkan UMKM akan bisa menjadi satu kekuatan raksasa yang dahsyat.

Keenam, kita harus bisa menciptakan dan mengkondisikan anak-anak bangsa ini untuk lebih mencintai produk-produk dalam negeri dari pada  produk-produk impor karena hal demikian jelas akan memberi keuntungan dan kemashlahatan yang sangat besar bagi bangsa dan negara kita tidak hanya untuk masa kini tapi juga masa depan.

Ia berharap enam langkah ini membawa kehadiran UMKM Indonesia lebih berjaya. ”Keenam langkah di atas diharapkan  keadaan UMKM di negeri ini akan semakin menjadi lebih baik sehingga mereka bisa menjadi tuan di negaranya sendiri,” ujarnya.*

HIDAYATULLAH

Berkorban untuk “Konten” demi Mengejar Popularitas

Banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi orang terkenal. Berbagai cara pun dilakukannya. Mulai dari mempertontonkan kemampuannya, memposting rutinitas kesehariannya, hingga membuat konten adegan berbahaya. Ada yang sampai mengorbankan nyawanya. Sebagai contoh, pernah ada dua remaja melompat ke tengah jalan. Satu dari sisi kanan, satu lagi dari sisi kiri. Secara bersamaan, sebuah truk melintas dan tabrakan tak terhindarkan. Satu remaja selamat, sedangkan satunya meninggal tertabrak truk tersebut. Untuk apa itu semua? Hanya untuk konten, supaya terkenal.

Berkorban untuk “konten”

Tak jarang orang melakukan adegan berbahaya untuk dijadikan konten di media sosial miliknya. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk menarik perhatian netizen sehingga ia menjadi viral. Ya, rasa takut dengan resiko dari perbuatannya itu telah terkalahkan dengan keinganannya untuk menjadi viral. Tak jarang yang menjadikan nyawa sebagai taruhannya. Padahal dalam Islam diajarkan untuk tidak melakukan perbuatan yang membahayakan.

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَعْدِ بْنِ مَالِكِ بْنِ سِنَانٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺقَالَ: لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ)حَدِيْثٌ حَسَنٌ. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالدَّارَقُطْنِيُّ وَغَيْرُهُمَا مُسْنَدًا، وَرَوَاهُ مَالِكٌ فِي المُوَطَّأِ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺفَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ، وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضًا(

Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak boleh berbuat dharar dan tidak boleh dhirar.”  (Hadis hasan riwayat Ibnu Majah, Ad-Daraquthni dan yang lain. Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ dari Amr bin Yahya, dari ayahnya, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tanpa menyebutkan Abu Sa’id, tetapi hadis ini memiliki jalur-jalur yang saling menguatkan)

Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan dharar dan dhirar. Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa dharar adalah kemudaratan yang terjadi tanpa niat, sedangkan dhirar adalah kemudaratan yang terjadi dengan niat (dalam keadaan mengetahui). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menafikan keduanya (baik “dharar” ataupun “dhirar”), dan dhirar lebih parah karena kemudaratan tersebut terjadi dengan niat. (Ta’liqat ‘Ala Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hal. 107)

Beratnya menjadi orang terkenal

Tanpa disadari, sebenarnya menjadi orang terkenal itu berat. Orang yang dikenal banyak manusia akan lebih susah menjaga keikhlasannya dibandingkan dengan orang yang biasa-biasa saja di mata manusia. Ketenaran seringkali membuai seseorang sehingga terlena dari mengingat Allah Ta’ala. Ibadah dan amal saleh yang dikerjakannya pun terkadang menjadi tidak ikhlas untuk Allah Ta’ala semata, melainkan supaya diketahui orang-orang yang mengenalnya. Sedangkan menjaga keikhlasan itu sangatlah berat. Sufyan Ats-Tsauri berkata,

مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَّتِي؛ لِأَنَّهَا تَنْقَلِبُ عَلَيَّ

“Tidaklah aku berusaha untuk membenahi sesuatu yang lebih berat  daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak balik.” (Jami’ul ‘Ulum Wal-Hikam, 1: 70)

Basyr bin Al-Harits Al-Hafiy mengatakan,

لا أعلم رجلا أحب أن يعرف إلا ذهب دينه فافتضح. مااتقى الله من أحب الشهرة. لا يجد حلاوة الاخرة رجل يحب أن يعرفه الناس

“Aku tidak mengetahui ada seseorang yang ingin tenar, kecuali berangsur-angsur agamanya pun akan hilang. Silakan jika ketenaran yang dicari. Orang yang ingin mencari ketenaran sungguh ia kurang bertakwa pada Allah. Orang yang ingin tenar tidak akan mendapatkan kelezatan di akhirat.” (Ta’thirul Anfas, hal. 284)

Allah mencintai hamba yang khafiy

Bukankah salah satu alasan seseorang ingin terkenal adalah supaya dilihat, dibanggakan, dianggap penting, dan dicintai manusia? Sudah selayaknya seorang hamba lebih menginginkan untuk dicintai Allah Ta’ala daripada dicintai manusia. Sedangkan Allah Ta’ala mencintai orang yang tidak berambisi untuk menjadi orang terkenal. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ

“Sungguh, Allah mencintai hamba-Nya yang bertakwa, al-ghaniy (merasa cukup dari manusia dan bersandar hanya kepada Allah), al-khafiy (tersembunyi dan tidak suka mengusahakan diri untuk terkenal).” (HR. Muslim no. 2965 dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu)

Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan;

الخفي: هو الذي لا يظهر نفسه، ولا يهتم أن يظهر عند الناس، أو يشار إليه بالبنان، أو يتحدث الناس عنه

“Al-khafiy yaitu orang yang tidak menampakkan dirinya, tidak berambisi untuk tampil di depan manusia, atau untuk ditunjuk oleh orang-orang atau diperbincangkan oleh orang-orang.” (Syarah Riyadush Shalihin, 3: 511)

Terkenal di dunia vs. Terkenal di langit

Orang terkenal di dunia akan ‘dilihat’ oleh manusia, dijadikan bahan perbincangan dan ‘diperhatikan’ oleh banyak orang. Hal itu memberikan kebanggaan tersendiri bagi orang tersebut. Namun perlu diingat, keterkenalan di dunia tidak dibawa sampai akhirat nanti. Kalau selama di dunia mungkin orang-orang akan peduli dan dengan sukarela membantunya jika ada permasalahan, namun kelak di akhirat orang akan sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Seorang raja di dunia dan seorang rakyat jelata akan diperlakukan sama, tergantung dengan amalannya di dunia, bukan tergantung keterkenalannya di dunia. Semua pujian dan like-nya di media sosial tak lagi berguna.

Berbeda dengan orang yang terkenal di langit, yakni di kalangan malaikat. Orang yang terkenal di langit akan didoakan oleh malaikat. Dalam sebuah hadis, diceritakan bahwa di antara orang yang terkenal di langit adalah orang yang senantiasa berzikir mengucapkan kalimat tasbih (Subhanallah), tahlil (Laa ilaaha illallah) dan tahmid (Alhamdulillaah) (di riwayat lain disebutkan pula kalimat takbir (Allahu Akbar)). Dari an-Nu’man bin Basyir berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 إنَّ مما تذكرون من جلالِ اللهِ : التَّسبيحَ والتهليلَ والتحميدَ ، ينعطِفْنَ حولَ العرشِ ،  لهن دويٍّ كدويِّ النحلِ ، تُذَكِّرُ بصاحبها ، أما يحبُّ أحدُكم أن يكونَ له – أو لا يزالُ له – من يُذكِّرُ به

“Sesungguhnya di antara (kalimat zikir) yang kalian ucapkan dari keagungan Allah seperti tasbih, tahlil, dan tahmid akan berputar mengelilingi ‘Arsy, dan mengeluarkan dengungan seperti suara lebah karena menyebut-nyebut nama orang yang mengucapkan kalimat zikir tersebut. Tidakkah suka seorang di antara kalian membacanya, atau senantiasa akan disebut namanya oleh kalimat zikir itu?” (HR. Ibnu Majah no. 3809, dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani, lihat Silsilah Ash-Shahihah no. 3358 dan Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 1568)

Tidakkah kita lebih bahagia saat nama kita tak asing dan harum di langit, dikenal Allah Ta’ala sehingga saat menghadap Allah Ta’ala kelak nama kita sudah dikenal?

Saat ketenaran tak berguna di hari hisab

Kelak, manusia akan menghadap Allah Ta’ala sendiri, walaupun semasa di dunia ia menjadi orang terkenal dan selalu didampingi banyak orang.

ما مِنكُم أحَدٌ إلَّا سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ ليسَ بيْنَهُ وبيْنَهُ تُرْجُمانٌ، فَيَنْظُرُ أيْمَنَ منه فلا يَرَى إلَّا ما قَدَّمَ مِن عَمَلِهِ، ويَنْظُرُ أشْأَمَ منه فلا يَرَى إلَّا ما قَدَّمَ، ويَنْظُرُ بيْنَ يَدَيْهِ فلا يَرَى إلَّا النَّارَ تِلْقاءَ وجْهِهِ، فاتَّقُوا النَّارَ ولو بشِقِّ تَمْرَةٍ

“Tidak ada seorang pun dari kalian, kecuali nanti akan diajak bicara oleh Rabbnya, tanpa ada seorang penerjemah antara dia dengan Rabbnya. Lalu, ia memandang ke arah kanannya, namun ia tidak melihat kecuali amal yang telah dilakukannya. Ia juga memandang ke arah kirinya, namun ia tidak melihat kecuali amal yang telah dilakukannya. Dan ia memandang ke depannya, namun ia tidak melihat kecuali neraka di hadapan wajahnya. Maka, jagalah diri kalian dari neraka walaupun dengan bersedekah sepotong belahan kurma.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Cukuplah peringatan akan hari hisab mengingatkan kita bahwa ketenaran di dunia tidaklah membantunya kelak di hari hisab. Bahkan, ketenaran yang akhirnya membuatnya riya’ bisa menyebabkan ia menjadi orang yang dilemparkan ke dalam neraka pertama kali sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadis sahih,

“Sesungguhnya manusia yang pertama dihisab pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid, hingga dipanggil seraya ditunjukkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya dan dia pun mengakuinya. Kemudian ditanyakan, “Apa yang telah kamu kerjakan terhadap kenikmatan ini?”

Dia pun menjawab, “Aku telah berperang di jalan-Mu hingga aku terbunuh mati syahid.”

Allah Ta’ala pun berkata kepadanya, “Sungguh, Engkau telah berdusta. Engkau berperang agar disebut sebagai seorang pejuang dan sebutan itu pun sudah engkau dapatkan.”

Kemudian orang tersebut diseret secara tengkurap hingga dilemparkan ke api neraka.

(Yang kedua) seorang pria yang menuntut ilmu lalu mengajarkannya dan mampu membaca (serta menghafal) Al-Qur’an. Dia dipanggil (untuk dihisab) dengan ditunjukkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya. Dia pun mengakuinya. Ditanyakan kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan terhadap kenikmatan-kenikmatan ini?”

Dia menjawab, “Aku telah menuntut ilmu kemudian mengajarkannya dan aku membaca (dan menghafal) Al-Qur’an.”

Allah Ta’ala pun berkata kepadanya, “Sungguh, engkau telah berdusta. Engkau menuntut ilmu agar disebut sebagai alim ulama. Engkau membaca (dan menghafal) agar disebut qari’, dan gelar itu sudah engkau dapatkan.”

Kemudian pria tersebut diseret secara tengkurap hingga dilemparkan ke api neraka.

Dan orang (yang ketiga yang didahulukan hisabnya pada hari kiamat) adalah seorang yang Allah Ta’ala melapangkan kehidupan baginya dan mengaruniainya semua jenis harta kekayaan. Dia dipanggil (untuk dihisab) seraya ditunjukkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya dan dia pun mengakuinya. Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang telah kamu kerjakan terhadap kenikmatan-kenikmatan ini?”

Dia pun menjawab, “Tidak ada satu pun dari jalan yang Engkau inginkan untuk diinfakkan padanya kecuali telah aku infakkan semua demi Engkau, ya Allah!”

Allah Ta’ala  pun berkata kepadanya, “Sungguh, engkau telah berdusta. Engkau lakukan itu semua agar engkau disebut sebagai dermawan, dan sebutan itu sudah engkau dapatkan.”

Lalu diperintahkan agar dia diseret secara tengkurap kemudian dilemparkan ke api neraka.”

(HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu)

Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang senantiasa istikamah, ikhlas melakukan amalan karena Allah Ta’ala.

***

Penulis: Apt. Pridiyanto

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/79820-berkorban-untuk-konten-demi-mengejar-popularitas.html

Leena Brookes Jatuh Cinta pada Islam

Leena Brookes, yang berasal dari Sheffield, South Yorks, Inggris, menjadi seorang Muslim ketika dia baru berusia 13 tahun. Ayah Leena, Stuart Brookes, yang awal tidak suka dengan keputusan putrinya itu, kini mulai menerimanya.

Selama bertahun-tahun sebelumnya, Leena dan ayahnya tidak saling bicara. Brookes khawatir anaknya telah dicuci otak setelah membaca tentang ISIS di berbagai pemberitaan. Namun ia akhirnya sadar, perpindahan agama tersebut tidak mengubah sikap putrinya, apalagi setelah mengenal keluarga calon suaminya, Jamal Eldeen Saeed.

Leena yang berusia 19 tahun sekarang memiliki hubungan yang lebih dekat dengannya dan keduanya membuat video lucu yang mengolok-olok perbedaan mereka untuk dibagikan kepada hampir 50 ribu pengikut TikTok mereka, yang ditonton jutaan kali.

Dalam sebuah video yang dibagikan, Brookes tampak sedang santai sambil minum bir sedangkan di dalam video itu juga ada putrinya yang sedang mengenakan jilbab. Keduanya berdiri dalam keheningan yang canggung saat mereka menyadari bahwa mereka sekarang tidak memiliki apa pun untuk diperdebatkan lagi.

Brookes telah belajar banyak dari agama putrinya dan dia berharap dengan membagikan video tersebut menunjukkan kepada orang lain bahwa siapapun tidak pernah terlalu tua untuk mengubah pandangan Anda, dalam hal ini tentang Islam.

“Saya sangat bangga dengan putri saya karena saya pikir dia bisa melakukan hal-hal yang jauh lebih buruk pada usianya. Dia adalah ibu yang luar biasa dan saya merasa agama ini tidak hanya mengajarinya tetapi mengajarkan banyak hal kepada saya,” kata Brookes.

“Ini telah menjadi berkah tersembunyi dan telah membawakan saya cucu perempuan saya yang cantik dan hubungan yang luar biasa dengan putri saya. Pada awalnya banyak TikToks-nya diposting tanpa saya sadari. Namun, itu telah menunjukkan kepada orang lain bagaimana bahkan pada usia saya orang dapat mengubah pandangan mereka,” kata Brookes menambahkan.

Bagi Leena, yang dibesarkan oleh ayah Inggris dan ibu Thailand, masuk Islam bukanlah sesuatu yang dia perkirakan akan terjadi padanya. “Ketika saya masih muda, saya pergi ke sekolah Gereja Inggris yang didominasi kulit putih,” tuturnya.

“Karena ibuku orang Thailand dan bahasa Inggris ayahku, aku mendapat sedikit intimidasi saat tumbuh dewasa karena tidak bisa berbahasa Inggris sepenuhnya. Tapi daerah saya penuh dengan Muslim. Sahabatku yang tumbuh dewasa adalah Muslim, jadi pergi ke sekolah selalu membuatku merasa tidak pada tempatnya,” kata Leena.

Pada saat Leena masuk sekolah menengah, ia berada di lingkungan multikultural. Islam benar-benar mulai menggelitik dirinya karena semua temannya Muslim. Hal itu membuat dia bertanya-tanya mengapa mereka tidak boleh makan daging babi, mengapa mereka shalat lima waktu, dan mereka menjelaskannya kepada Leena.

“Semakin banyak agama dijelaskan kepada saya, saya jatuh cinta padanya. Itu adalah proses bertahap. Saya mempelajarinya selama sekitar dua tahun sebelum saya benar-benar memutuskan untuk memeluk Islam,” ujarnya.

IHRAM

Hukum Membuat Video Tiktok di Kuburan

Sempat viral di media sosial mengenai seorang remaja yang membuat video tiktok di area kuburan. Dia sedang asyik sendiri membuat video tiktok padahal teman-temannya yang lain sedang membaca zikir untuk para ahli kubur. Sebenarnya, bagaimana hukum membuat video tiktok di kuburan ini?

Ketika kita berjalan di dekat kuburan atau berada di area kuburan, maka kita sepantasnya khidmah dengan penuh kekhusyukan. Kita dianjurkan untuk mengingat kematian, mengingat kehidupan akhirat dan juga mendokan para jenazah saat melintasi atau berada di area kuburan.

Disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Baihaqi dalam kita Syu’abul Iman dari Anas bin Malik, Nabi Saw bersabda;

وَكُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ ثُمَّ بَدَا لِي فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُرِقُّ الْقَلْبَ وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ وَتُذَكِّرُ الآخِرَةَ فَزُورُوا وَلا تَقُولُوا هُجْرًا

Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur. Kemudian sekarang menjadi jelas bagiku, maka hendaklah kalian melakukan ziarah kubur. Hal ini karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat. Berziarhalah namun jangan kalian mengatakan perkataan hujr (perkataan tidak layak saat ziarah).

Hadis ini berisi anjuran agar mengingat akhirat saat ziarah kubur sehingga hati bisa lembut dan mata bisa menangis. Juga saat saat ziarah dan berada di area kuburan dilarang untuk mengeluarkan kata-kata yang tidak layak atau melakukan perbuatan yang bisa menghilangkan kekhusyukan. Menurut para ulama, melakukan hal-hal yang tidak pantas di area kuburan, seperti makan, ketawa, banyak bicara, hukumnya adalah makruh.

Jika makan di area kuburan saja makruh, tentu membuat video tiktok lebih makruh lagi. Ini karena membuat video tiktok, apalagi sambil joget dan ketawa, sangat tidak pantas dilakukan di area kuburan, baik menurut pandangan manusia terlebih dalam pandangan agama.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Hasyiyatus Shawi ‘ala Syarhis Shaghir berikut;

والاعتبار  أي الاتعاظ وإظهار الخشوع عندها  أي القبور ، ويكره الأكل والشرب والضحك وكثرة الكلام

Hendaknya mengambil pelajaran, mengingatkan diri sendiri dan menampakkan kekhusyukan saat berada di area kuburan. Dan dimakruhkan makan, minum, ketawa dan banyak bicara.

Juga disebutkan dalam kitab Bariqah Mahmudiyah berikut;

وَ يُكْرَهُ الْأَكْلُ عِنْدَ الْمَقَابِرِ وَالضَّحِكُ أَيْضًا عِنْدَهَا لِأَنَّ مِثْلَ هَذِهِ مَحَلُّ اعْتِبَارٍ وَتَذَكُّرِ الْآخِرَةِ وَالْأَكْلُ وَالضَّحِكُ مُنَافٍ لَهُمَا

Dimakruhkan makan di area kuburan dan juga tertawa. Hal ini karena tempat seperti di area kuburan merupakan tempat mengambil pelajaran dan mengingat akhirat. Sementara makan dan minum menghilangkan keduanya.

BINCANG SYARAIAH