Nabi Isa disebut ibnu Maryam, karena lahir tanpa bapak, namanya dinisbatkan ibunya. Ini sekaligus bantahan terhadap delegasi Nasrani Najran (orang Nasrani secara umum) bahwa Nabi Isa anak seorang manusia bukan anak Allah
AL-QURAN memberikan tempat istimewa kepada Nabi Islam alaihissalam, yang oleh kaum Nashrani dikenal dengn Yesus, Sang Juru Selamat. Hanya saja, ada perbedaan mendasar antara dua agama ini, di mana di dalam Islam, Isa ‘alaihissalam hanya Nabi dan utusan Allah Swt, sebagaimana nabi-bai lain, bukan Tuhan yang disembah.
Kelahiran Nabi Isa
Al-Quran menjelaskan kedudukan Nabi Isa ‘alaihissalam pada beberapa surat, di antaranya Surat Ali Imran (3): 45.
اِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُۖ اسْمُهُ الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيْهًا فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ
“(Ingatlah), ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang putra), namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS. Ali- Imram [3] : 45).
Isi kandungan surat ini ada beberapa hal;
Kandungan Pertama: Kabar Gembira
Ayat ini melanjutkan kembali pembicaraan tentang Maryam, setelah berhenti sejenak, untuk menjelaskan bahwa peristiwa-peristiwa yang diceritakan merupakan wahyu dari Allah bukan karangan dan rekayasa Nabi Muhammad ﷺ.
Ayat ini menjelaskan bahwa malaikat Jibril memberitahukan kabar gembira kepada Maryam akan lahirnya seorang anak dari rahimnya. Kedatangan malaikat Jibril kepada Maryam diterangkan secara rinci di dalam surat Maryam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman;
فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُوْنِهِمْ حِجَابًاۗ فَاَرْسَلْنَآ اِلَيْهَا رُوْحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا قَالَتْ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِالرَّحْمٰنِ مِنْكَ اِنْ كُنْتَ تَقِيًّا قَالَ اِنَّمَآ اَنَا۠ رَسُوْلُ رَبِّكِۖ لِاَهَبَ لَكِ غُلٰمًا زَكِيًّا قَالَتْ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّلَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ وَّلَمْ اَكُ بَغِيًّا قَالَ كَذٰلِكِۚ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌۚ وَلِنَجْعَلَهٗٓ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِّنَّاۚ وَكَانَ اَمْرًا مَّقْضِيًّا
“Lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna. Dia (Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa. Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.’ Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!” Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.” (QS. Maryam [19] :17-21 )
Malaikat Jibril memberikan kabar gembira kepada Maryam dengan “kalimat dari-Nya “ maksudnya bahwa kelahiran Nabi Isa Alaihi Sallam tidaklah seperti kelahiran manusia biasa. Tetapi kelahirannya melalui penciptaan luar biasa melalu kalimat (كُنْ فَيَكُوْنُ) ‘Jadilah maka jadilah dia’. Ini seperti pada ayat sebelumnya, (ayat 39) ketika menjelaskan bahwa Nabi Yahya membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah.
Kandungan Kedua: Arti Al-Masih
Nama anak yang akan lahir adalah “Al-Masih Isa Ibnu Maryam.” Apa artinya dibalik nama tersebut?
Al-Masih (الْمَسِيْحُ) artinya secara bahasa adalah orang yang diusap. Adapun artinya secara istilah mempunyai 3 arti:
-Orang yang melakukan perjalanan di muka bumi untuk menyebarkan keberkahan dengan mengajarkan ilmu dan hikmah, serta mengobati orang-orang yang sakit. Allah berfirman;
وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam [19]: 31 )
-Orang yang mengusap para penderita penyakit buta, kusta dan penyakit-penyakit lainnya, sehingga mereka sembuh.
-Orang yang diusap dengan keberkahan atau dengan minyak yang digunakan untuk mengusap para nabi. Minyak tersebut memiliki bau yang harum.
Nabi Isa memiliki tiga sifat yang disebut di atas.
Selain Nabi Isa, terdapat orang lain yang dijuluki Al-Masih juga, yaitu Al-Masih Ad-Dajjal. Dajjal disebut Al-Masih karena dua hal;
Pertama, karena matanya diusap satu, maksudnya dibutakan satu. Jadi Dajjal hanya mempunyai satu mata saja.
Kedua, karena Dajjal mengusap bumi, yaitu melakukan perjalanan di seluruh muka bumi. Bahkan, tidak ada kota yang luput dari kedatangannya, kecuali Makkah, Madinah, dan Baitul Maqdis.
Hal ini disebutkan di dalam hadist Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,
ليسَ مِن بَلَدٍ إلَّا سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ، إلَّا مَكَّةَ والمَدِينَةَ؛
“Tidak ada suatu kotapun kecuali akan didatangi oleh Dajjal kecuali Makkah dan Madinah.” (HR. Muslim)
Di dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud disebutkan,
الا الكعبة و بيت المقديس
“Kecuali ka’bah dan Baitul Maqdis.”
Lantas apa perbedaan Al-Masih Isa bin Maryam dengan Al-Masih Dajjal?
Menurut Imam Al-Qurthubi ;
فالدجال يمسح الأرض محنة ، وابن مريم يمسحها منحة
“Dajjal mengelilingi dunia sebagai ujian dan fitnah, sedangkan Ibnu Maryam mengelilingi dunia sebagai pemberian (Allah) (untuk manusia).”
Nabi Isa ibnu Maryam
Nabi Isa disebut ibnu Maryam, karena beliau lahir tanpa bapak, sehingga namanya dinisbatkan kepada ibunya yang melahirkan. Ini sekaligus sebagai bantahan terhadap delegasi Nasrani Najran atau orang-orang Nasrani secara umum bahwa Nabi Isa adalah anak seorang manusia bukan anak Allah, keduanya juga memakan makanan sebagaimana manusia pada umumnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُۗ وَاُمُّهٗ صِدِّيْقَةٌ ۗ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ اُنْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْاٰيٰتِ ثُمَّ انْظُرْ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ
“Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya biasa memakan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahli Kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (oleh keinginan mereka).” (QS. Al-Maidah [5] : 75).
Kandungan Ketiga:Empat Sifat Nabi Isa
اِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُۖ اسْمُهُ الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيْهًا فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ
وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِى الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَّمِنَ االصّٰلِحِيْنَ
“(Ingatlah), ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang sebuah kalimat (fir-man) dari-Nya (yaitu seorang putra), namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). Dan dia berbicara dengan manusia (sewaktu) dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang saleh.” (QS. Ali-Imran [3]: 45-46).
Empat Sifat Nabi Isa (dalam Surat Ali Imran ayat 45 dan 46);
1). Orang yang terhormat di dunia dan akhirat (وَجِيْهًا)
Nabi Isa adalah seorang Nabi yang penampilannya sangat terhormat, perawakannya sedang dan berwibawa, terpancar dari wajahnya rasa kasih sayang.
Nabi Isa terhormat di dunia, karena memiiki kedudukan yang mulia di mata para pengikutnya dan di hadapan orang-orang beriman. Juga terhormat di akhirat karena kedudukannya yang tinggi diantara ummat yang lain.
2). Orang yang didekatkan kepada Allah (وَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ).
Beliau termasuk nabi dalam golongan Ulul Azmi (para Nabi yang mempunyai ketabahan yang luar biasa) ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
وَاِذْ اَخَذْنَا مِنَ النَّبِيّٖنَ مِيْثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُّوْحٍ وَّاِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖوَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًاۙ
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.”(QS. Al-Ahzab [33]: 7).
Ini dikuatkan dengan firman-Nya,
شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِۗ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَا تَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِۗ اَللّٰهُ يَجْتَبِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يُّنِيْبُۗ
“Diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).”(QS. Asy-Syura [42]: 13)
3). Mampu berbicara dengan manusia baik di waktu kecil maupun ketika sudah dewasa.
Kemampuan berbicara di waktu kecil ditunjukkan secara detail di dalam surat Maryam. Allah berfirman;
فَاَشَارَتْ اِلَيْهِۗ قَالُوْا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِى الْمَهْدِ صَبِيًّا قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا
“Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?’ Dia (Isa) berkata, ‘Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.’” (QS. Maryam [19]: 29-30)
Dalam Al-Quran disebutkan, bayi yang bisa berbicara ada tujuh;
- -Bayi yang menjadi saksi Nabi Yusuf. Ini terdapat di dalam firman-Nya,
قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِيْ عَنْ نَّفْسِيْ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِّنْ اَهْلِهَاۚ اِنْ كَانَ قَمِيْصُهٗ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ وَاِنْ كَانَ قَمِيْصُهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ
“Dia (Yusuf) berkata, ‘Dia yang menggodaku dan merayu diriku.’ Seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian, ‘Jika baju gamisnya koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang dusta, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang benar.’”(QS. Yusuf [12]: 26-27)
- -Bayi Siti Masyitah, tukang sisir rambut Asiyah istri Firaun
- -Nabi Isa alaihissalam
- -Nabi Yahya
- -Bayi dalam kisah Juraij
- -Bayi dalam kisah orang yang sombong dan sewenang wenang
- -Bayi dalam kisah Ashabul Ukhdud yaitu kisah yag tersebut di dalam surat Al-Buruj, Allah berfirman;
قُتِلَ اَصْحٰبُ الْاُخْدُوْدِۙ النَّارِ ذَاتِ الْوَقُوْدِۙ
اِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُوْدٌۙ وَّهُمْ عَلٰى مَا يَفْعَلُوْنَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ شُهُوْدٌ ۗوَمَا نَقَمُوْا مِنْهُمْ اِلَّآ اَنْ يُّؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِۙ
“Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman, yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin. Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji.” (QS. Al-Buruj [85] : 4-8)
***
Kemampuan berbicara ketika sudah dewasa menunjukkan bahwa Nabi Isa akan tetap hidup sampai umur di mana dia masih mampu berbicara.
Kata (كَهْلًا/ kahlan) artinya usia lanjut atau dewasa. Para ulama menafsirkan (kahlan) pada ayat di atas dengan usia antara 30-40 tahun. Diriwayatkan bahwa Nabi Isa menerima wahyu pada usia 30 tahun dan masa kenabiannya hanya sekitar 3 tahun, kemudian setelah itu Nabi Isa diangkat ke langit.
4.) Dan beliau berasal dari kalangan orang-orang yang shaleh. (وَّمِنَ الصّٰلِحِيْن )
Berkata Ibnu Katsir; “Yaitu shaleh dalam perkataan dan perbuatan. Dan beliau mempunyai ilmu yang benar dan beramal dengan amal-amal shaleh.”
Kandungan Keempat: Kun Fayakun
قَالَتْ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ وَلَدٌ وَّلَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ ۗ قَالَ كَذٰلِكِ اللّٰهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
“Dia (Maryam) berkata, ‘Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?’ Dia (Allah) berfirman, ‘Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu itu.” (QS. Ali-Imran [3] : 47).
Ketika malaikat Jibril menyampaikan kabar gembira kepada Maryam akan lahirnya anak dari rahimnya. Maryam kaget dan heran seraya mengatakan; “Bagaimana aku punya anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang pernah menyentuhku dan aku tidak bersuami?”
Di dalam ayat lain disebutkan,
قَالَتْ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّلَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ وَّلَمْ اَكُ بَغِيًّا
“Dia (Maryam) berkata, ‘Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!’.”(QS. Maryam [19]: 20)
Maka Malaikat Jibril menjawab;
قَالَ كَذٰلِكِ اللّٰهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗ
“Dia (Allah) berfirman, ‘Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.”
Pada ayat ini ditegaskan bahwa Allah “menciptakan siapa yang dikehendaki.” Sedangkan dalam ayat 40 dalam kisah Zakariya, malaikat menjawab;
كَذٰلِكَ اللّٰهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاۤءُ
“Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”
Perbedaan redaksi pada dua ayat di atas, yaitu ; ayat 40 dan ayat 47, dikarenakan mukjizat lahirnya anak dari seorang wanita yang tidak bersuami, jauh lebih dahsyat dari lahirnya seorang anak dari suami istri yang sudah lanjut usia dan mandul.
Oleh karenanya, dalam kisah Maryam ditegaskan bahwa Allah, “menciptakan” apa yang dikehendaki-Nya. Ini juga bertujuan untuk menghilangkan syubhat (kesalahpahaman) dan keraguan.
Al-Quran mengatakan;
اِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
“Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu itu.”
Ungkapan ini menguatkan ungkapan sebelumnya, yaitu jika Allah menghendaki sesuatu. Maka Dia berfirman, “Kun (jadilah) maka jadilah sesuatu itu.”
Terdapat dua pelajaran dari kalimat (كُنْ فَيَكُوْنُ)
Pertama, perintah yang terdapat dalam kata ‘kun’ adalah perintah untuk penciptaan sesuatu, bukan perintah kepada seseorang untuk mengerjakan sesuatu, seperti perintah “ tegakkanlah salat.”
Kedua, ungkapan ini mengandung keagungan Allah dan kepastian terlaksananya kehendak-Nya dalam waktu cepat.
Ketiga, jadi kata “Kun” untuk menggambarkan betapa mudahnya bagi Allah untuk menciptakan sesuatu yang dikehendaki-Nya dan betapa cepat proses terciptanya sesuatu tersebut, walaupun bagi Allah untuk menciptakan sesuatu tidak memerlukan apapun untuk mewujudkan kehendak-Nya.
Keempat, kata ‘Kun” pada ayat ini seperti firman Allah dalam penciptaan langit dan bumi.
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ مَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا شَفِيْعٍۗ اَفَلَا تَتَذَكَّرُوْنَ
“Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun penolong maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. As-Sajdah [32]: 4)
Penciptaan langit dan bumi dalam waktu enam hari hanya pendekatan yang sesuai dengan akal pikiran manusia, bahwa segala sesuatu itu memerlukan proses. Tetapi bagi Allah menciptakan sesuatu tidak memerlukan waktu, termasuk menciptakan langit dan bumi.*/Dr Ahmad Zain an-Najah, Pusat Kajian Fiqih Indonesia (PUSKAFI)
HIDAYATULLAH