Menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Perintah puasa adalah seruan bagi orang-orang yang beriman agar menuju taraf Taqwa
HINGGA saat ini umat Islam sedang merayakan hari-hari terbaiknya bersama bulan Ramadhan.
Sebuah bulan dalam penanggalan Hijriyah yang ditetapkan sebagai bulan penuh ampunan, sarat berkah dan pahala yang dilipatgandakan.
Dalam bulan Ramadhan juga terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Layaknya kado pernikahan, seorang beriman bisa memanfaatkan bulan Ramadhan untuk menyiapkan dua mahar terbaik sekaligus.
Yaitu menghiasi Ramadhan di siang hari dengan berpuasa dan amal shaleh lainnya serta menghidupkan malam dengan shalat malam (shalat Tahajud).
Disadari, meski Allah menjanjikan keutamaan dan derajat terpuji, rupanya tak semua kaum Muslimin punya kesadaran dan kesempatan untuk melaksanakan shalat malam tersebut.
Allah berfirman;
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً مَّحْمُوداً
“Dan pada sebahagian malam, lakukanlah shalat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji”. (QS. Al-Isra [17]: 79).
Disebutkan, tempat yang terpuji adalah suatu tempat yang prestisius. Tempat yang hanya bisa dicapai oleh orang yang senantiasa bangun shaat Tahajud atau shalat malam.
Di saat kebanyakan orang menikmati kenyamanan tidur, orang tersebut bangun atas kesadaran iman dan takwa.
Jika dijalani secara ikhlas, semata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala (Swt) niscaya terjalin kemesraan antara hamba dengan Rabb-nya.
Dengan doa-doa yang dipanjatkan, luruh semua beban kesempitan dunia yang menghimpit dada manusia beriman selama ini.
Dengan untaian doa yang dilandasi kepasrahan dan harapan tersebut, menguatkan keyakinan, bahwa tanpa rahmat dan bantuan Allah, seluruh urusan hidup menjadi susah dijalani manusia.
Sebab kekuatan ruhani dan kelapangan jiwa manusia hanya bisa disadap melalui ibadah shalat malam atau tahajjud.
Terlebih ketika orang itu ingin memenangkan pertarungan ideologi dan benturan peradaban saat ini.
Untuk itu selayaknya seorang Muslim memanfaatkan secara maksimal waktu di malam hari sebagai upaya meraih mahar terbaik di bulan Ramadhan.
Kedua, menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Perintah puasa adalah seruan bagi orang-orang yang beriman agar menuju taraf Taqwa.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).
Bagi orang beriman, esensi dari berpuasa adalah meraih nilai ketakwaan sebagaimana ibadah dan syariat lainnya.
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim menyebutkan dalam kitabnya Shahih Fiqh Sunnah, setidaknya ada dua keutamaan berpuasa.
Pertama, puasa merupakan bentuk ketaatan yang terbesar untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Seorang mukmin memperoleh pahala yang tiada batasnya atas puasa yang dilakukannya.
Dengannya dosa-dosa yang lalu diampuni, Allah, tubuhnya dijauhkan dari api neraka, jaminan memasuki surga dari pintu Ar-Rayyan, khusus disiapkan bagi orang-orang berpuasa.
Serta kelapangan hati ketika berbuka puasa dan kegembiraan jiwa saat berjumpa dengan Rabb Sang Pencipta.
Kedua, puasa menjadi pusat pembinaan akhlak terbesar. Puasa juga menjadi jihad melawan hawa nafsu dan berbagai gangguan setan.
Dengannya manusia diantar senantiasa bersabar dari hal-hal yang diharamkan atasnya. Bersabar menghadapi kesulitan, mengajarkan disiplin dan menaati peraturan, serta menumbuhkan kasih sayang, empati, dan tolong menolong yang mempererat ukhuwah sesama kaum muslimin.
Semoga setiap orang beriman senantiasa diberi kekuatan untuk menyiapkan dan meraih dua mahar terbaik tersebut selama bulan Ramadhan.*/Sri Hartati, pegiat komunitas penulis PENA Balikpapan