DIRIWAYATKAN pada saat itu Rasulullah baru tiba dari perang Tabuk, banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan ada uzur.
Ketika mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah bersua dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.
Rasulullah bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali? “Si tukang batu menjawab, “Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.”
Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda, “Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya.
Begitulah tentang gambaran betapa mencari nafkah adalah hal yang sangat mulia. Terutama hal ini diwajibkan kepada seorang laki-laki sebagai kepala keluarga. Namun begitu, bukan berarti ketika sampai di rumah hanya bisa berleha-leha, dan menyerahkan semua pekerjaan rumah kepada istri serta banyak kegiatan di luar saja. Rasulullah sendiri juga orang ‘rumahan’.
Ketika sedang di rumahnya Muhammad SAW adalah seorang manusia seperti manusia lainnya sebagaimana kata Aisyah: “Rasulullah SAW membersihkan bajunya, memberi minum kambingnya, dan melayani dirinya sendiri.”
Aisyah juga berkata: “Rasulullah SAW menjahit baju dan sandalnya sendiri.” Ketika ditanyakan kepada Aisyah, “apa yang Rasulullah SAW lakukan dalam keluarganya?” Aisyah menjawab: “Rasulullah SAW memenuhi kebutuhan keluarganya. Apabila waktu salat tiba, beliau keluar untuk salat.”
Dalam sebuah riwayat dikatakan: “Rasulullah SAW menjahit sandal dan bajunya sebagaimana seseorang di antara kamu berbuat di rumahnya.”
Aisyah berkata: Rasulullah SAW adalah selembut-lembut manusia dan semulia-mulia manusia. Beliau tertawa juga tersenyum.”
Dari Anas ra., ia berkata : “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih menyayangi keluarganya dari Rasulullah SAW.” Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku.”
Abu Hurairah ra berkata: “Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika beliau suka, beliau memakannya. Jika tidak suka, beliau meninggalkannya.”