BAGIAN dari sunnatullah, pelaku maksiat akan saling tolong-menolong dalam kemaksiatan. Sebagaimana pelaku kebaikan akan saling membantu dalam kebaikan. Iblis dan bala tentaranya, mereka saling membantu dalam maksiat. Allah berfirman,
“Demikianlah Kami jadikan adanya musuh bagi tiap-tiap nabi, yaitu setan-setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu.” (QS. al-Anam: 112).
Apa pengaruhnya? Orang-orang yang lemah iman, cenderung lebih memihak perkataan yang menipu itu. Allah nyatakan di lanjutan ayat, “Agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman dengan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (setan) kerjakan.” (QS. al-Anam: 113).
Sebagaimana hal ini juga dilakukan antar sesama orang munafiq. Allah berfirman, “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. Sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka saling menyuruh membuat yang munkar dan saling melarang berbuat yang maruf dan mereka menggenggamkan tangannya (sangat pelit).” (QS. At-Taubah: 67).
Sebenarnya kita tidak perlu terlalu heran, ketika kebijakan semacam ini keluar dari orang kafir. Karena tabiat mereka yang menyimpang dari fitrah sucinya. Dalam al-Quran, Allah menyebut mereka Syarra ad-Dawab (makhluk yang paling jelek). Kufur, tidak mau beriman dan tabiatnya buruk.
“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.” (QS. al-Anfal: 55).