Sakaratul maut adalah saat genting. Setan tidak akan pernah berhenti menggoda kita hingga di akhir hayat kita. Orang yang sedang mengalami sakaratul maut seharusnya jangan ditinggalkan seorang diri. Dia harus ditemani. Apabila sedang di rumah sakit, pihak rumah sakit seharusnya memberikan kelonggaran atau izin agar pasien yang mengalami sakaratul maut untuk ditemani.
Orang yang sedang sakaratul maut mengalami puncak tertinggi godaan setan. Tujuannya agar manusia tersebut keluar dari keyakinan Islam alias murtad. Makanya tak boleh ditinggalkan, terus lakukan talqin, menanamkan kalimat “Laa ilaaha illallah”. Tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah.
Berikan pemahaman yang sedang ditalqin bahwa ia adalah orang yang baik. Berikan rasa optimisme yang tinggi kepadanya. “Bapak adalah orang yang baik. Ahli sedekah. Insya Allah akan mendapatkan rahmat ya, Pak!” Dan kalimat sejenisnya.
Kalimat-kalimat motivasi itu untuk menjegal dari bisikan-bisikan setan ketika orang itu akan meninggal dunia.
Sebuah riwayat yang diceritakan Nabi Muhammad SAW. tentang seorang sahabat yang sakaratul maut saat dalam jihad fii sabilillah. Lalu sahabat tersebut tidak kuat menghadapi bisikan, tidak kuat menahan rasa sakit, ia melihat sebilah pedang di sampingnya. Diraih pedang itu, ditusukkan dirinya berkali-kali. Tidaklah ia meraih pedang itu kecuali menerima bisikan ke hatinya sampai ia menusuk dirinya berkali-kali.
Dari situ ulama menyampaikan sesungguhnya setan itu ada sampai detik-detik kematian kita. Perlu digarisbawahi: jangan sekali-kali meninggalkan orang yang sakaratul maut.
Memang tidak tega melihat orang yang merintih kesakitan di ujung hayatnya. Tapi harus ditega-tegakan. Tahan dadanya tahan tangisnya. Apabila aturan rumah sakit tidak membolehkan kerabat atau kita untuk menemani, sebaiknya pasien dibawa pulang agar kita bisa menemani akhir hayatnya. Daripada tidak boleh ada yang menemaninya di akhir hayat dan tidak ada yang mentalqin.
Di situ puncak gentingnya. Karena menjaga keimanan hingga akhir hayat itu tidak gampang.
…Wala tamutunna illa wa antum muslimun. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali ‘Imron: 102)
Menjaga diri agar tetap beragama Islam saat sakaratul maut tidaklah mudah. Kecuali para kerabat atau kita ikut berupaya menjaga si sakaratul maut hingga meninggal dunia. Wallahua’lam. [@paramuda/BersamaDakwah]