Islam memberikan resep sederhana agar kita bisa memperoleh umar panjang.
Seseorang bisa berumur panjang meski usianya pendek jika selama hidupnya gemar berbuat baik. Sebaliknya, seseorang berumur pendek meski usia hidupnya lama karena sedikitnya amal kebaikan selama hidupnya.
Menurut Dr Muhammad Mahmud Abdullah dalam bukunya Asbab Thulil `Umr, ajal Allah itu terbagi dua. Pertama, ajal yang ditentukan. Kedua, ajal yang ditangguhkan (dikurangi atau ditambah sesuai kehendak-Nya). Allah SWT berfirman:
أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ
“Sembahlah Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai batas waktu yang ditentukan.” (QS Nuh [71]: 3-4).
Selanjutnya Dr Mahmud menyebut enam rahasia panjang umur. Pertama, beriman kepada Allah SWT. Keimanan berarti optimisme hidup. Riset kesehatan membuktikan, seorang yang optimistis menghadapi hidup biasanya berusia panjang daripada mereka yang pesimistis dan penuh kerisauan jiwa.
Dale Carnegie memberi contoh, pernah ada seorang yang berpenyakit akut divonis dokter hidupnya tinggal satu bulan lagi. Ia kalut dan panik menunggu hari-hari kematiannya.
Alih-alih terus larut dalam kesedihan, ia lalu menikmati sisa-sisa hidupnya justru dengan keceriaan dan tidak menghiraukan vonis itu. Hasilnya sungguh ajaib, hidupnya ternyata bisa jauh lebih panjang dari perkiraan sang dokter!
Kedua, gemar berbuat baik. Ketiga, silaturahim, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, perpanjanglah silaturahim.” (HR Bukhari). Keempat, zikir dan tasbih. Zikir merupakan bukti bersihnya hati.
Demikian pula ajal suatu bangsa. Sejarah menjadi saksi kebinasaan kaum-kaum yang ingkar pada ajakan kebenaran para nabi. Kaum `Ad, Tsamud, dan kaum Nuh menjadi sepenggal kisah kegetiran manusia.
Keselamatan perahu Nuh AS yang ditumpangi orang-orang beriman, simbol lugas bahwa hanya orang-orang berimanlah yang kelak selamat dari azab Allah SWT.
Kekufuran akan mengantarkan siapa pun pada kebinasaan. Sebagaimana doa Nabi Nuh AS: رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” (QS Nuh [71]: 26).
Naskah karya Yusuf Burhanuddin didokumentasikan Harian Republika 2007