Suatu ketika seorang bertanya pada Habib Ali Al Jufri tentang pendosa yang penuh maksiat. “Adakah harapan untuk ku, seorang pelaku maksiat yang berlumuran dosa, untuk dicintai oleh Allah dan memperoleh kasih sayang-Nya?,”
Habib Ali Al Jufri menjawab, “Ya mungkin, pintu taubat Allah itu sangat luas dan terbuka lebar. Dan pemberiannya sangat Agung. Pun rahmat dan kurnia Tuhan tiada terbatas. Dan Allah memanggil hamba-Nya setiap malam. Allah berkata; Apakah Ada yang mempunyai hajat, maka akan kupenuhi hajatnya. Sesungguhnya Allah membentangkan rahmat-Nya pada malam hari, agar orang yang berbuat dosa di siang hari bertaubat. Dan Allah juga membentangkan rahmat-Nya di siang hari, untuk bertaubat orang yang berbuat maksiat di malam hari,” begitu nasihat bijak Habib Ali Al Jufri.
Lebih lanjut, Habib Ali Al Jufri juga menceritakan kasih sayang Allah pada hamba-Nya. Menurut Habib Ali Al-Jufri pengampunan Allah meliputi langit dan bumi. Rahmat Allah tiada tara. Allah berfirman pada hamba-Nya; “Wahai hamba ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun dan lagi Maha Penyayang.
Hal ini sebagaimana tercantum dalam firman Allah dalam Q.S Az Zumar ayat 53. Allah berfirman;
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Artinya; “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Seyogianya orang yang bertaubat, kata Habib Ali Al Jufri bahwa ia melaksanakan taubat yang sebenar-benar taubat. Yaitu orang yang bertekad kuat di hatinya untuk meninggalkan maksiat tersebut. Di samping itu, menjauhkan diri dari pelbagai hal yang membuatnya kembali jatuh pada kemaksiatan. Itulah hakikat taubat pada Allah.
Di samping itu, terkait persoalan dengan manusia—yang bersangkutan dengan hak manusia—, seyogianya seorang yang bertaubat mengembalikan hak manusia tersebut. Jika ada perbuatan salah dan khilaf, senantiasa minta maaf. Pasalnya taubat yang benar itu adalah meninggalkan segala perilaku maksiat yang berkaitan dengan Allah dan Rasul-Nya. Dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Dan berhati-hati agar tidak terulang.
Namun, bila di tengah taubat, seorang yang taubat tadi terjerumus kembali ke dalam dosa, maka ia juga dianjurkan untuk bertaubat kembali. Allah juga akan mengampuni dosanya. Artinya, saban kali kita terjatuh dalam jurang kemaksiatan,kita dianjurkan selalu bertaubat. Pasalnya Allah sangat Maha Pengampun dosa seluruh hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Q.S al-Baqarah ayat 222;
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya; Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
Terkahir Habib Ali Al Jufri menyatakan yang paling berbahaya adalah pelaku maksiat yang tidak menyadari akan dosany atau mengabaikan pelbagai dosanya. Sangat berbahaya bagi seorang apabila mempermudahkan kemaksiatan itu. Dan Allah juga murka dengan orang yang bercanda dengan taubat. Misalnya ia mengatakan, “Aku berbuat dosa hari ini, nanti akan bertaubat. Tapi bohong,”. Manusia ini mempermainkan taubat. Itulah termasuk tipu daya setan.