ASRAMA santri yang biasanya gaduh kini sudah tak bersuara lagi. Ratusan santri yang mondok di situ mungkin sejak tadi terlelap. Maklum, malam sudah cukup larut. Jarum jam telah menunjukkan pukul 22.30 WITA.
Para guru dan pengasuh juga demikian. Mereka sejak tadi pagi sudah beraktifitas. Mendampingi ratusan santri, mulai dari asrama dan masjid, hingga mengajari mereka di sekolah.
Di waktu yang sama, saat kebanyakan orang sudah menikmati istirahat, tampak seseorang masih duduk di sudut ruangan sebuah kantor yayasan. Ialah Ustadz Adri Al-Amin. Adri terlihat menerawang. Sejak beberapa waktu lalu, ia mendapat laporan bahwa kas pesantren sedang menipis, tidak cukup untuk menggaji guru-guru pesantren.
Adri sadar, beberapa pembangunan gedung belakangan cukup menyedot biaya yang tidak sedikit. Namun, ia juga tahu bahwa hak guru-guru mendapatkan gaji tidak boleh ditunda untuk ditunaikan. Mereka telah bekerja siang malam, tentu punya hak atas mujahadah tersebut.
Masih di ruang yang sama, keyakinan Adri tak pernah berubah. Bahwa selama Muslim itu gemar berinfak/sedekah, niscaya Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi Rezeki akan membantu hamba-hamba-Nya.
Alhamdulillah. Rezeki tak dapat ditolak, tiba-tiba, tepat pukul 23.00 seseorang datang bertamu ke pesantren. Tamu yang berpakaian militer itu kepada pengurus pesantren mengaku gelisah sampai tidak bisa tidur di rumah. Entah kenapa. Seolah ada yang menyuruhnya datang ke pesantren. Tujuannya pun tak disangka-sangka. Personel TNI itu mau bersedekah. Malam itu, amplop berisikan uang ia serahkan kepada pengurus pesantren.
Adri seakan tak percaya. Ia bertakbir sekaligus bersyukur kepada Allah. Apalagi setelah amplop itu dibuka, ternyata jumlah isinya sesuai dengan kekurangan biaya yang dibutuhkan pesantren. “Alhamdulillah, pas Rp 30 juta, persis sesuai yang dibutuhkan,” ucap Adri menceritakan.
Kisah itu terjadi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Adri menceritakannya saat bersilaturahim dengan jamaah Masjid Ar-Riyadh di Pondok Pesantren Hidayatullah Ummulqura, Gunung Tembak, Kota Balikpapan, Rabu (22/12/2021) bakda shalat subuh.
Masjid Ar-Riyadh saat ini sedang dalam pembangunan, jamaah Hidayatullah se-Indonesia berbondong-bondong menyelesaikannya. Ustadz Adri lewat yayasan dan pesantren yang dipimpinnya selama ini turut serta menyalurkan infaq untuk Masjid Ar-Riyadh. Padahal, Yayasan Al-Ihsan juga masih membutuhkan banyak dana untuk pembangunan internal. Namun infaq untuk dakwah Islam di tempat lain seperti Masjid Ar-Riyadh justru tetap menjadi perhatian.
Adri pun meyakini, lewat infaq yang dikeluarkan itulah, Allah banyak memberikan bantuan kepada pesantren yang dipimpinnya.
Mengambil ibrah dari kisah itu, Adri berpesan kepada umat Islam untuk menjaga dan meningkatkan kebiasaan berinfaq dan membantu orang lain.
“Jika memberi, jangan ambil ukuran minimal, apalagi setengah-setengah atau ragu. (Tapi ambil ukuran maksimal) karena Allah pasti akan membalas dengan maksimal,” ujar Ketua Yayasan Al-Ihsan, Pondok Pesantren Hidayatullah Berau ini.
Menurut dai pegiat olahraga tersebut yang memang dikenal ringan tangan itu, semua infak dan sedekah bisa dianggap sebagai tabungan di langit. “Kapan itu dibutuhkan, Allah pasti turunkan bantuan-Nya dari langit,” lanjut Adri. Ia sudah berkali-kali merasakan bukti nyatanya.
Adri berharap, umat Islam harus yakin, bahwa Allah tidak pernah jauh, Dia Maha Dekat, Maha Kaya, Maha Pemberi Rezeki, Dia tidak pernah mengantuk apalagi tidur. “Jadi selama itu untuk kebutuhan dakwah, menolong orang lain, apalagi sejalan dengan program organisasi (dakwah), mari kontribusi dan ambil bagian dengan maksimal,” pungkasnya.* (Masykur/MCU)