Bantuan Allah itu Datang Tengah Malam Persis Sesuai yang Dibutuhkan

ASRAMA santri yang biasanya gaduh kini sudah tak bersuara lagi. Ratusan santri yang mondok di situ mungkin sejak tadi terlelap. Maklum, malam sudah cukup larut. Jarum jam telah menunjukkan pukul 22.30 WITA.

Para guru dan pengasuh juga demikian. Mereka sejak tadi pagi sudah beraktifitas. Mendampingi ratusan santri, mulai dari asrama dan masjid, hingga mengajari mereka di sekolah.

Di waktu yang sama, saat kebanyakan orang sudah menikmati istirahat, tampak seseorang masih duduk di sudut ruangan sebuah kantor yayasan. Ialah Ustadz Adri Al-Amin. Adri terlihat menerawang. Sejak beberapa waktu lalu, ia mendapat laporan bahwa kas pesantren sedang menipis, tidak cukup untuk menggaji guru-guru pesantren.

Adri sadar, beberapa pembangunan gedung belakangan cukup menyedot biaya yang tidak sedikit. Namun, ia juga tahu bahwa hak guru-guru mendapatkan gaji tidak boleh ditunda untuk ditunaikan. Mereka telah bekerja siang malam, tentu punya hak atas mujahadah tersebut.

Masih di ruang yang sama, keyakinan Adri tak pernah berubah. Bahwa selama Muslim itu gemar berinfak/sedekah, niscaya Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi Rezeki akan membantu hamba-hamba-Nya.

Alhamdulillah. Rezeki tak dapat ditolak, tiba-tiba, tepat pukul 23.00 seseorang datang bertamu ke pesantren. Tamu yang berpakaian militer itu kepada pengurus pesantren mengaku gelisah sampai tidak bisa tidur di rumah. Entah kenapa. Seolah ada yang menyuruhnya datang ke pesantren. Tujuannya pun tak disangka-sangka. Personel TNI itu mau bersedekah. Malam itu, amplop berisikan uang ia serahkan kepada pengurus pesantren.

Adri seakan tak percaya. Ia bertakbir sekaligus bersyukur kepada Allah. Apalagi setelah amplop itu dibuka, ternyata jumlah isinya sesuai dengan kekurangan biaya yang dibutuhkan pesantren. “Alhamdulillah, pas Rp 30 juta, persis sesuai yang dibutuhkan,” ucap Adri menceritakan.

Kisah itu terjadi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Adri menceritakannya saat bersilaturahim dengan jamaah Masjid Ar-Riyadh di Pondok Pesantren Hidayatullah Ummulqura, Gunung Tembak, Kota Balikpapan, Rabu (22/12/2021) bakda shalat subuh.

Masjid Ar-Riyadh saat ini sedang dalam pembangunan, jamaah Hidayatullah se-Indonesia berbondong-bondong menyelesaikannya. Ustadz Adri lewat yayasan dan pesantren yang dipimpinnya selama ini turut serta menyalurkan infaq untuk Masjid Ar-Riyadh. Padahal, Yayasan Al-Ihsan juga masih membutuhkan banyak dana untuk pembangunan internal. Namun infaq untuk dakwah Islam di tempat lain seperti Masjid Ar-Riyadh justru tetap menjadi perhatian.

Adri pun meyakini, lewat infaq yang dikeluarkan itulah, Allah banyak memberikan bantuan kepada pesantren yang dipimpinnya.

Mengambil ibrah dari kisah itu, Adri berpesan kepada umat Islam untuk menjaga dan meningkatkan kebiasaan berinfaq dan membantu orang lain.

“Jika memberi, jangan ambil ukuran minimal, apalagi setengah-setengah atau ragu. (Tapi ambil ukuran maksimal) karena Allah pasti akan membalas dengan maksimal,” ujar Ketua Yayasan Al-Ihsan, Pondok Pesantren Hidayatullah Berau ini.

Menurut dai pegiat olahraga tersebut yang memang dikenal ringan tangan itu, semua infak dan sedekah bisa dianggap sebagai tabungan di langit. “Kapan itu dibutuhkan, Allah pasti turunkan bantuan-Nya dari langit,” lanjut Adri. Ia sudah berkali-kali merasakan bukti nyatanya.

Adri berharap, umat Islam harus yakin, bahwa Allah tidak pernah jauh, Dia Maha Dekat, Maha Kaya, Maha Pemberi Rezeki, Dia tidak pernah mengantuk apalagi tidur. “Jadi selama itu untuk kebutuhan dakwah, menolong orang lain, apalagi sejalan dengan program organisasi (dakwah), mari kontribusi dan ambil bagian dengan maksimal,” pungkasnya.* (Masykur/MCU)

HIDAYATULLAH

Apa yang Mesti Kita Perbuat agar Allah SWT Menolong Kita?

Allah SWT memberikan pertolongan jika hamba-Nya menolong agama-Nya

Segala yang ada di alam semesta, termasuk suasana dan keadaan di dalamnya ada di tangan Allah SWT. Tak ada satu lembar daun pun yang jatuh tanpa izin Allah SWT.  

“Maka usaha kita adalah bagaimana Allah menolong kita. Karena tanpa pertolongan Allah usaha apa saja yang kita buat tidak ada kekuatan apa-apa, tapi jika Allah sudah tolong kita tidak ada satu kekuatan apapun yang bisa menghalaunya. Yakinlah,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an dan Ilmu Hadist Barokah Madinah al-Minangkabawi, KH Zulkifli Ahmad Jundim Lc, saat menyampaikan tausiyah virtualnya, Jumat (4/12). 

Lalu apa yang mesti kita buat agar Allah SWT menolong kita? Jawabannya, kata KH Zulkifli, sudah disebutkan dalam Alquran 47 ayat 7: 

 إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ “Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

“Allah akan tolong kita bila kita mau bantu Agama Allah dengan mengajak manusia sebanyak banyak kembali kepada jalan Allah bukan kepada jalan setan,” katanya. 

Maka dari itu, kata KH Zulkifli, luangkanlah waktu dan fokuskanlah diri kita serta libatkan diri, harta, pikiran, dan waktu kita dalam usaha nubuwah dakwah illallaah dengan sungguh sungguh.

Jika tidak mau juga karena sibuk urusan dunia maka waktu kita juga akan habis tapi bukan dalam perkara agama yang diridhai Allah “Tingkatkan pengorbanan sampai nanti Allah ridha dan Allah turunkan nushrotullah, pertolonganya,” katanya.   

KHAZANAH REPUBLIKA

Cukup Allah Sebagai Pembelaku!

Di akhir Surat at-Taubah, Allah Swt Berfirman :

فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقُلۡ حَسۡبِيَ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُۖ وَهُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ

Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.” (QS.At-Taubah:129)

Secara umum, ayat ini di tujukan untuk Baginda Nabi Muhammad Saw.

Yakni فَإِن تَوَلَّوۡاْ (jika mereka berpaling), artinya apabila mereka menolak dan menentang risalah yang kau bawa wahai Muhammad. Yang sebenarnya akan membawa mereka menuju kebaikan dunia dan akhirat, maka ucapkan : حَسۡبِيَ ٱللَّهُ (Cukuplah Allah bagiku). Cukuplah Allah sebagai tempat ku bersandar, tempat ku mencari pertolongan dan yang akan mencukupi segalanya dalam hidupku. Dan tiada selain-Nya yang mampu untuk mencukupiku !

وَإِن تَوَلَّوۡاْ فَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَوۡلَىٰكُمۡۚ نِعۡمَ ٱلۡمَوۡلَىٰ وَنِعۡمَ ٱلنَّصِيرُ

“Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.” (QS.Al-Anfal:40)

Pada ayat di atas, Rasulullah Saw diperintahkan untuk benar-benar mengucapkan kalimat : حَسۡبِيَ ٱللَّهُ dengan lisan, bukan sekedar diperintah untuk bertawakal sebagaimana dalam ayat :

فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۖ إِنَّكَ عَلَى ٱلۡحَقِّ ٱلۡمُبِينِ

“Maka bertawakallah kepada Allah, sungguh engkau (Muhammad) berada di atas kebenaran yang nyata.” (QS.An-Naml:79)

Dan bukan hanya sebagai pemberitahuan saja, seperti dalam ayat :

فَإِنَّ حَسۡبَكَ ٱللَّهُۚ

“Maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu.” (QS.Al-Anfal:62)

Ayat di atas ingin mengajarkan kepada Rasulullah Saw dan kaum mukminin agar apabila ada orang-orang yang berpaling dari petunjuk Al-Qur’an, menentang syariat dan menolak kebenaran, maka JANGAN BERSEDIH !

Ucapkan حَسبِيَ اللَّه !

Cukuplah Allah sebagai pelingdungku, pembelaku dan penolongku. Kuasa-Nya tak terbatas oleh segala sesuatu.

Tiada penentang-Nya yang bisa lari dari siksa-Nya. Dan tiada pula pembela-Nya yang tidak mendapatkan ganjaran yang setimpal.

Maka sebanyak apapun orang yang berpaling dari-Nya tidak akan pernah mengurangi kekuatan dan kuasa-Nya. Jangan pernah bersedih karena kehilangan pembela, karena pembela sejatimu adalah Allah Swt !

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Pertolongan Allah

Pada saat mengalami kesulitan hidup, apapun bentuknya, pendekatan spiritual merupakan solusi yang paling utama, yakni segera memohon pertolongan kepada Allah. Sebab, Dialah yang mengatur urusan langit dan bumi, termasuk hidup manusia yang fana ini.

Sikap mengeluh dan putus harapan tidak sepatutnya terjadi pada diri setiap mukmin, apalagi berprasangka buruk terhadap ketetapan Allah. Sebab, pertolongan-Nya adalah sangat dekat (QS al-Baqarah [2]:214). Selain itu, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS al-Syarh [94]:5).

Selain dekat, pertolongan Allah itu sungguh dahsyat. Manakala pertolongan Allah itu sudah turun, tidak seorang pun yang mampu menahan dan mencegahnya. Bahkan, sesuatu yang dipandang mustahil oleh manusia justru bisa terjadi melampaui nalar dan rencananya. Allah Mahakuasa, Pengasih, dan Penyayang.

Hebatnya pertolongan Allah ini di abadikan dalam sejumlah ayat Al qur an. Yaitu, ketika pertolongan yang menakjubkan itu turun kepada orang-orang atau segolongan umat yang diridhai-Nya.

Misalnya, vonis hukuman mati dengan cara dibakar yang dijatuhkan ke pada Nabi Ibrahim AS oleh Raja Namrudz. Namun, dengan pertolongan-Nya, api yang akan membakar Nabi Ibrahim menjadi dingin (QS al-Anbiya [21]: 69).

Kita simak lagi kisah semisalnya, yakni armada gajah besutan Abrahah yang hendak menghancurkan ba ngun an Ka’bah. Betapa kuatnya angkatan musuh itu sehingga pemimpin dan penduduk Arab tidak berdaya untuk mempertahankan bangunan sucinya dari serangan tersebut. Namun, situasi getir yang dirasakan bangsa Arab pada waktu itu mendadak berubah saat pertolongan Allah tiba.

Berkat rahmat Allah yang Maha kuasa maka dikirimnya kawanan bu rung yang kemudian melempari gerombolan bergajah itu dengan batu-batu yang berasal dari tanah yang dibakar. Dalam sekejap, bala tentara Abrahah itu kocar-kacir dan binasa. Kebinasaan mereka diumpamakan seperti daun-daun yang dimakan ulat (QS al-Fiil [105]: 1-5).

Akhirnya, Baitullah (rumah Allah) yang dibangun oleh baginda Nabi Ibrahim dan Ismail pun aman dan selamat. Hingga kini rumah ibadah itu ma sih utuh, bahkan dikunjungi jutaan manusia dari penjuru dunia, terutama setiap musim ibadah haji.

Peristiwa penting dan berharga dalam kisah-kisah tersebut menyampaikan spirit dan pesan berharga kepada kita bahwa persoalan hidup yang harus dialami oleh orang-orang terdahulu begitu berat dan sulit. Di sisi lain, peristiwa tersebut juga menunjukkan betapa besarnya pertolongan Allah.

Disadari, masyarakat bangsa kita masih dilanda berbagai macam permasalahan, malah makin bertambah banyak. Mulai dari bencana alam, kebodohan, kerusakan akhlak, pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, narkoba, pejabat korup, ketidakadilan, krisis ekonomi, krisis ke pe mimpinan, hingga konflik horizontal. Kompleksnya permasalahan di atas tentu bisa menjadi ujian, cobaan, dan teguran kolektif.

Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini, setiap individu Muslim di tun tut agar banyak berzikir, beristighfar, berusaha dan berdoa, memohon pertolongan Allah dengan sungguh-sungguh, tawadhu dan penuh harap.

Pesimistis, mengeluh, dan galau, apalagi sumpah serapah bukanlah jalan keluarnya sebab hanya mereka yang lemah imannyalah yang sering kali mudah bersikap seperti itu. Pendek kata, pertolongan Allah itu bersifat aksioma, sebagai konsekuensi dari totalitas iman dan ketaatan seorang hamba kepada-Nya. Karena itu, pertolongan Allah menjadi dekat. Sebaliknya, tanpa kekuatan iman dan sungguh-sungguh berbuat amal kebajikan, pertolongan Allah itu tentu menjadi jauh. Wallahu Al- Musta’an.

Oleh: Imron Baehaqi

Hidup dengan Pertolongan Allah

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Menatap, menggolongkan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang istiqomah dalam ketaatan. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Hidup ini sederhana saja sebenarnya, kalau Allah menolong kita niscaya akan ringan dan mudah bagi kita menjalani hidup ini. Sebesar apapun episode kehidupan yang sedang kita jalani. Sedangkan kalau Allah tidak menolong kita maka pasti berat bagi kita menjalani hidup ini, masalah sepele pun akan terasa besar dan rumit.

Orang yang tidak mendapat pertolongan Allah akan sibuk membesar-besarkan masalah yang sebetulnya sepele. Dia juga akan sibuk menyalahkan orang lain tanpa mau sedikitpun memeriksa kesalahan dirinya sendiri. Keadaan seperti ini akhirnya hanya semakin merumitkan masalahnya.

Oleh karena itu, janganlah takut pada masalah. Namun, takutlah kalau kita tidak ditolong Allah. Inilah kuncinya. Lalu, bagaimana agar kita ditolong oleh Allah? Di dalam Al Quran Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqoroh [2] : 153)

Sabar dan sholat adalah pembuka jalan pertolongan Allah. Bersabarlah setidaknya pada tiga tempat. Pertama, sabar ketika mentaati Allah. Kedua, sabar ketika menjauhkan diri dari kemaksiatan. Ketiga, sabar ketika menghadapi kejadian yang tidak diharapkan, yaitu musibah.

Kunci kedua pembuka jalan pertolongan Allah adalah sholat. Sholat adalah doa yang paling lengkap. Dan, Allah menjanjikan bahwa barangsiapa yang berdoa kepada-Nya, niscaya Allah akan mengabulkannya. Apalagi jika sholat kita lakukan dengan khusyu, penuh kesungguhan, maka akan berbuah menjadi perilaku yang Allah ridhoi. Semakin berkualitas sholat kita, semakin berkualitas akhlak kita, maka semakin dekat kita dengan kemudahan dalam hidup ini. Inilah pertolongan Allah.

Semoga kita termasuk orang-orang yang ditolong oleh Allah Swt. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

INILAH MOZAIK

Dzikir Gerbang Pertolongan Allah

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Dialah Dzat Yang Maha Kuasa atas segalanya, tiada yang mampu menciptakan seluruh alam ini dengan segala isinya dan mengurusnya selain Allah Swt. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Hidup akan terasa berat manakala kita tidak mendapat pertolongan Allah Swt. Kalau Allah menolong kita, maka hidup akan terasa ringan dan mudah. Sedangkan kalau Allah tidak menolong kita, maka sesederhana apapun kejadian dalam hidup ini maka akan terasa berat dan besar. Karena sesungguhnya “Laa haulaa walaa quwwata illaa billaah”, makhluk itu tiada daya dan tiada upaya kecuali atas pertolongan Allah Swt.

Salah satu gerbang pertolongan Allah yang memiliki derajat sangat tinggi adalah dzikrulloh. Inilah amalan terbaik, amalan yang paling mensucikan, amalan yang paling meninggikan derajat, amalan yang lebih baik dari menafkahkan emas dan perak, amalan yang lebih baik dari membunuh atau terbunuh dalam jihad di jalan Allah, itu dzikrulloh taala. Karena seluruh perintah dan larangan Allah, muaranya adalah untuk ingat kepada Allah yang berbuah kepatuhan, ketaatan dan kepasrahan kepada-Nya.

Jadi, kualitas seseorang itu tergantung kualitas dzikirnya. Semakin banyak dzikirnya, maka semakin tinggi kedudukannya di hadapan Allah Swt. Karena Allah Swt. berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqoroh [2] : 152)

Orang yang paling spesial di hadapan Allah sehingga Allah mengingatnya adalah orang yang paling banyak dzikrulloh. Sedangkan semakin jauh dari dzikir, maka semakin tidak spesial dia di hadapan Allah, dan semakin jauh dari pertolongan-Nya. Semakin banyak dzikir, semakin dimudahkan oleh Allah agar hatinya menjadi tentram. Sedangkan, semakin jauh dari dzikir, maka semakin mudah hatinya diselimuti kegalauan dan kegelisahan.

Demikianlah keutamaan dzikir bagi kita. Dzikir adalah gerbang pertolongan Allah yang sangat utama. Semoga kita termasuk orang-orang yang istiqomah mengamalkan dzikir sehingga mendapatkan derajat yang tinggi di hadapan Allah Swt. dan sangat dekat dengan pertolongan-Nya. Aamiin yaa Robbalaalamiin.

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

[smstauhiid]

Yakin Pertolongan Allah

Modal utama para Nabi dan Rasul dalam menjalankan amanah dakwah adalah keyakinan yang utuh dan menyeluruh bahwa dirinya akan ditolong Allah Ta’ala. Sebagai bukti kita bisa belajar dari apa yang dialami oleh Nabi Yusuf AS.

Sejak kecil beliau telah menghadapi cobaan hidup luar biasa. Beliau didengki saudaranya sendiri, bahkan dibuang ke dalam sumur hingga akhirnya dijual ke Mesir, difitnah hingga dipenjara. Jika mau didata, Nabi Yusuf tidak pernah mengalami masa hidup kecuali selalu dalam kesulitan demi kesulitan.

Tetapi, Nabi Yusuf memiliki satu keyakinan bahwa Allah pasti menolongnya. Dan, karena itu, komitmen dalam kebenaran menjadi pilihan hidup yang tak pernah tergoyahkan, meski ia harus menghadapi penderitaan. “Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku” (QS. Yusuf [12]: 33).

Ibnu Katsir menjelaskan Nabi Yusuf lebih memilih dipenjara daripada melakukan perbuatan keji (kemesuman). Dan, pilihan demikian itu tidak mungkin terucap kecuali oleh jiwa yang seutuhnya yakin dengan pertolongan Allah.

Ungkapan lain yang penuh keberanian dalam hal keyakinan akan pertolongan Allah ini disampaikan Nabi Nuh AS kepada kaumnya. “Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.” (QS Yunus [11]: 71).

Pertanyaannya kemudian, apa yang membuat mereka memiliki keyakinan utuh-menyeluruh terhadap pertolongan Allah? Ada dua hal yang bisa kita ambil hikmah dari kisah Nabi Yusuf dan Nabi Nuh AS. Pertama, niat yang suci murni dan cita-cita besar bagi kemaslahatan umat manusia. Kedua, tidak ada ketergantungan diri melainkan kepada Allah SWT.

Dengan kata lain ada independensi mental. Hal ini terbukti dari ungkapannya, “Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).” (QS Yunus [10]: 72).

Dengan demikian, selama niat hidup kita adalah suci murni, ikhlas ingin mengharap ridha Allah, kemudian tidak kita pikirkan melainkan maslahat kehidupan umat manusia, yang justru dengan itu semua kesempitan, kesulitan dan ketidaknyamanan hidup terasa terus menghampiri, jangan pernah bingung apalagi putus asa.

Maju terus dan kobarkan semangat independensi mental dalam diri atas dasar iman. Insya Allah akan tiba pertolongan-Nya. Dan, bagaimana keyakinan akan pertolongan-Nya akan Allah abaikan sementara terhadap prasangka baik saja Allah langsung jawab. “Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (HR Bukhari Muslim).

 

 

Oleh: Imam Nawawi

sumber: Republika ONline

Kisah Keluarga Miskin yang Mendapat Pertolongan Allah

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa di zaman Malik bin Dinar ada dua orang bersaudara yang beragama Majusi (para penyembah api). Tidak kurang selama tujuh puluh tahun mereka telah melakukan ritual agama mereka dengan menyembah api.

Pada suatu hari sang adik berkata kepada kakaknya, “Kakak, bertahun-tahun kita telah menyembah api. Oleh karena itu mari kita uji, jika kita masih terbakar karenanya, maka kita akan berhenti menyembahnya. Namun sebaliknya, apabila ternyata api itu tidak membakar kita, maka kita akan terus menyembah api sampai kematian datang kepada kita.”

Maka mulailah sang adik memasukkan jari-jemarinya ke dalam kobaran api yang sedang menyala. Kemudian langsung ditariknya kembali jarinya seraya merintih kesakitan. Lalu sang adik berkata, “Alangkah jahatnya engkau, aku telah menyembahmu sampai bertahun-tahun lamanya dan inikah balasanmu?”

Singkat cerita, sang kakak diajak meninggalkan kepercayaan dan sesembahannya, yakni dengan meninggalkan agama Majusi. Setelah itu, sang adik bersama keluarganya berangkat menuju ke tempat Malik bin Dinar, dan kepadanya ia sekeluarga menyatakan masuk Islam.

Malik bin Dinar kemudian meminta agar mereka sudi menetap di rumahnya. Malik bin Dinar juga mengumpulkan dana dari teman-temannya untuk diberikan kepada mereka. Namun tidak disangka sebelumnya bahwa ternyata para tamunya menolak keinginan baik dari sang tuan rumah. Mereka tidak berkenan menempati tempat yang disediakan oleh Malik bin Dinar. Bahkan mereka lalu menempati sebuah rumah tua yang mau rubuh.

 

Di tempat yang baru itu dia beserta keluarganya senantiasa melakukan ibadah siang dan malam. Setiap pagi dia selalu keluar rumah untuk mencari pekerjaan sehingga bisa menafkahi keluarganya. Tetapi apa yang menjadi harapannya masih belum berhasil, sebab setiap kali keluar dari rumahnya untuk mengharapkan pekerjaan dari berbagai orang, dia selalu pulang pada senja hari dengan tangan hampa.

Pada hari ketiga berangkatlah dia ke pasar untuk mencari pekerjaan. Setelah berkeliling kesana-kemari tiada seorang pun yang mau memberinya pekerjaan. Lalu dengan perasaan putus asa, dia pulang. Namun hari itu dia tidak langsung pulang ke rumahnya karena saat itu adalah hari Jumat. Setelah berada dalam masjid, dia memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Isi do’anya adalah sebagai berikut:

“Ya Tuhanku, demi kehormatan agama-Mu dan hari Jumat yang mulia ini, lepaskanlah kami dari kelaparan dan kesengsaraan. Aku khawatir hal ini berakibat kembalinya keluargaku kepada agama kakakku. Hal inilah yang sangat aku takuti.”

Rupanya Allah mengabulkan do’a orang itu. Karena secara tidak terduga dan tidak disadari olehnya, istrinya di rumah telah didatangi oleh seorang pria tampan yang membawa baki berisi uang emas sebanyak seribu dinar.

Tamu yang mengantarkan uang itu kemudian berkata: “Terimalah uang ini dan katakan pada suamimu, bahwa ini adalah upah amalan yang sedikit namun berpahala banyak.” Setelah bingkisan itu diterima, lalu sang istri membawa baki itu ke juragan emas untuk diperlihatkan padanya dan ditimbang. Ternyata setelah ditimbang, uang emas itu memiliki berat sebanyak dua kali lipat dari uang dinar emas yang biasanya. Demikian pula keadaannya tidak seperti kualitas dinar-dinar yang kebanyakan beredar. Dinar emas dalam baki tersebut mempunyai kualitas yang sangat bagus. Melihat keanehan-keanehan tersebut, sang juragan emas itu menanyakan kepadanya darimana memperoleh emas sebagus itu. Lalu wanita tersebut menceritakan apa yang telah terjadi kepada keluarga dan suaminya.

Tertarik dengan cerita yang dialami oleh wanita itu, sang juragan emas itu memberi seribu uang dinar sebagai ganti dari satu dinar yang ditukarkan tersebut. Dan sang juragan emas itu pun pada akhirnya menyatakan masuk Islam.

Sekarang kembali kepada cerita si suami dari wanita itu. Setelah selesai mengerjakan shalat Jumat, kemudian dia pulang ke rumahnya. Setelah berada di dalam rumah, alangkah herannya dia, sebab menghirup bau makanan yang sedap. Kemudian istrinya menceritakan kejadian saat sang suami pergi menunaikan ibadah shalat Jumat. Akhirnya mereka berdua pun bersujud untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah yang telah memberi mereka rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.

Referensi: Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung

 

sumber: Lampu Islam