Amanah

Amanah

Menurut Al-Kafwi, amanah segala sesuatu yang Allah ﷻ wajibkan, namun amanah yang paling ditekankan adalah menyembunyikan rahasia

AMANAH atau ٱلْأَمَانَةَ (Al-Amaanah) adalah kata dalam bahasa ‘Arab yang maknanya ketentraman hati. Kata ini berasal terdiri dari tiga huruf yakni أَ مِ ن/ Alif Mim Nun.

Ibnu Manzhur berkata ﺍلْأَمَانَة/ Al-Amaanah, Al-Aman dan Al-Iman memiliki makna yang sama. Adapun al-Amanah merupakan lawan kata dari al-khiyanah.

Imam Al-Qurthubi berkata menurut mayoritas ulama tafsir, sifat terpercaya mencakup semua perintah agama. Jadi ia adalah kewajiban-kewajiban yang Allah ﷻ percayakan untuk dilaksanakan oleh seluruh hamba. Akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang perinciannya.

Ada ulama yang mengatakan bahwa sifat itu berkenaan dengan harta, seperti barang titipan. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa sifat itu mencakup semua kewajiban. Tetapi paling berat adalah terpercaya memegang harta.

Sebagian ulama yang lain berkata, jika seorang perempuan menjaga kemaluannya, itu juga termasuk bersifat amanah. Dikatakan pula, mandi besar itu termasuk bersifat amanah.

Ulama yang lain memapaparkan contoh sifat amanah antara lain: sholat (karena jika berkehendak, kita bisa saja mengatakan: “Aku sudah melaksanakan shalat”), puasa, mandi besar, menjaga kemaluan, telinga, mata, lisan, perut, tangan, kaki. Semua itu bersifat amanah.

Rosulullah ﷺ bersabda yang artinya, “Orang yang tidak bersifat amanah tidak bisa sempurna imannya.”

Ulama lain mengatakan, amanah (titipan) yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang dititipkan Allah di langit, bumi, gunung-gunung dan semua ciptaan yang merupakan bukti-bukti ketuhananya. Dia memerintahkan menampakkan amanah.

Terminologi amanah

Defini al-Amanah disebutkan oleh Al-Kafwi, amanah adalah segala sesuatu yang Allah ﷻ wajibkan seperti sholat, zakat, puasa dan pelunasan hutang. Adapun amanah yang paling ditekankan adalah menyembunyikan rahasia.

إِنَّا عَرَضْنَا ٱلْأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱلْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا ٱلْإِنسَٰنُ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

“Sesungguhnya kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya, lalu dipikullah amanah itu oleh manusia.  Sungguh manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.” (QS: Al Ahzab: 72)

Ayat itu menunjukkan Allah ﷻ telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung dengan penawaran yang sebenar-benarnya. Dia telah memberikan daya perasa dan pemahaman kepada semua ciptaanNya itu.

Allah menyatakan bahwa sikap manusia ketika dibebani kewajiban-kewajiban agama terdapat tiga macam. Karena itu setelah menyampaikan ayat penawaran amanah, Dia selanjutnya berfirman pada ayat 73.

لِّيُعَذِّبَ ٱللَّهُ ٱلْمُنَٰفِقِينَ وَٱلْمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلْمُشْرِكِينَ وَٱلْمُشْرِكَٰتِ وَيَتُوبَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًۢا

“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: Al-Ahzab: 73)

Dari ayat di atas kita bisa menyimpulkan bahwa manusia terbagi menjadi tiga bagian;

Pertama, orang-orang yang meninggalkan amanah yang telah dibebankan, baik secara lahir maupun batin. Bahkan lebih dari itu, mereka malah mengingkari amanah itu. Mereka ini adalah orang-orang musyrik.

Kedua, orang-orang yang berpura-pura menjalankan amanah itu, tetapi sebenarnya hati mereka membenci dan menolaknya. Mereka ini adalah orang-orang munafik.

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ

“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (QS: Al-Baqarah 8-10).

يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”

فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْذِبُونَ

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”

Ketiga, orang-orang yang menjalankan amanah dengan benar, baik secara lahir maupun batin. Mereka ini adalah orang-orang mukmin sejati. */Haryono Madari, Ensiklopedia Akhlak Muhammad, Mahmud Al Mishri, Pena Pundi Aksara, 2009

HIDAYATULLAH