Berbaik Sangka kepada Allah

Al-Harits Al-Muhasibi berkata, “Wahai diri, berdoalah, dan merasa malu kepada-Nya, karena engkau terlalu lama tidak memiliki rasa malu kepada-Nya.”

Wahai Tuhanku, siapa lagi yang mendengarkan betapa besar kelemahanku, dan siapa lagi yang telah melihat begitu buruknya derajatku. Maka, hanya kepadaMu-lah aku mengadu, dan hanya kepadaMu aku meminta pertolongan, meski yakin bahwa aku tak pantas untuk Engkau beri pertolongan dan Engkau lepaskan dari kepedihanku. Akan tetapi, Engkaulah yang patut memberikan kelapangan kepadaku, dan mengasihi kelemahanku (maskanati), karena pengetahuanku bahwa tidak ada yang memiliki hak memberikan pertolongan kepadaku selain Engkau, yang amat mendorong keputusasaanku untuk mendapatkan jalan keluar, kecuali dari sisiMu.

Harapanku kepadaMu, agar Engkau mengabulkan doaku dan mengentaskanku dari keterpurukanku. Sehingga, harapanku tidak sia-sia… Dan segerakanlah mewujudkan harapanku, karena keberanianku untuk mengajukan permintaan, tidak lain (karena) apa yang telah Engkau karuniakan kepadaku dengan marifat tentang keberadaanMu yang Agung, rahmatMu yang luas dan rasa ibaMu terhadap orang-orang yang lemah sebelum aku; juga pengetahuan akan orang-orang yang telah Engkau ubah derajatnya, dari beban berat dosa, banyaknya kesalahan-kesalahan, dan perbuatan-perbuatannya yang buruk.

Selamatkanlah aku, wahai Yang Maha menyelamatkan, dan kasihilah aku, wahai Yang Maha Pengasih. Karena aku, pada hari ini, berada dalam kemakmuran pada kehidupan duniaku ini, bersaman dengan buruknya kelakuanku pada segi keagamaanku.

Padahal telah dekat kepadaku sirnanya kehidupan; keterpurukanku dalam kepedihan yang susul menyusul, bencana yang bertubi-tubi dan kesedihan-kesedihan yang berlipat-lipat, berupa tibanya sang maut dan kesusahannya, dengan kecemasan yang genting (khathr) apakah yang kelak menimpa padaku adalah maaf dan pengampunan dosa (ghufran) dariMu, atau justru kemurkaan (sukhth) atas perbuatan-perbuatan maksiat (ishyan) yang telah kulakukan.

Kemudian persinggahan dalam kubur, dengan himpitan tanah, pertanyaan dari dua malaikat dan masa tinggal yang cukup lama di alam Barzakh. Kemudian dikumpulkan, dan semuanya disingkap.

Jika aku menjumpai-Mu, sementara keadaanku masih tetap seperti ini, maka betapa panjang kesedihanku di dalam kubur, dan betapa mengerikannya hari kebangkitan yang akan kujalani. Kemudian, perasaan yang selalu mencemaskan kalbuku ialah tatkala Engkau tidak segera menyelamatkanku di dunia. Sehingga menggantikan apa saja yang membuatMu marah dengan apa saja yang membuatMu ridha kepadaku.

Jika penyelamatan dari sisi-Mu atas kecemasan itu tidak aku dapatkan, kebinasaan demi Allah pasti tidak akan pernah putus sampai waktu perjumpaan denganMu, serta kehinaan di Hari Kebangkitan (an-Nasyr).

Betapa terasingnya diriku pada Hari Kiamat, betapa panjang penyesalan dan keputusasaanku, betapa lamanya tangisanku di Hari Kiamat, dan di dalam neraka ditawan terhalang dari indahnya berada di sisiMu dan penglihatan (an-nazhr) akan kemuliaan-Mu.

Aku begitu berharap meskipun Engkau menangguhkan pertolonganMu kepadaku agar Engkau tidak meninggalkanku karena buruknya kondisi spiritual (hal)-ku, hingga Engkau berbelas menyegerakan jalan keluar dan perubahan kondisiku. Maka, aku memohon kepadaMu, demi WajahMu yang Maha Mulia, KeperkasaanMu atas segala sesuatu, demi IradahMu yang mesti terlaksana dalam semua Yang Engkau kehendaki, demi sifatMu Yang Awwal yang tidak bermula, dan sifat baqa-Mu yang tak pernah berakhir, agar Engkau membuka tirai yang menyelimutiku dan tidak menyiksaku betapapun besar dosaku, betapapun banyak maksiat yang kulakukan, dan sedikitnya rasa malu yang ada padaku. [ ]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2280835/berbaik-sangka-kepada-allah#sthash.vKf0HBFQ.dpuf