Berprasangka Baik kepada Allah

Berbaik sangkalah kepada Allah, maka Allah pun akan memberi kebaikan kepadamu.

Sebuah riwayat dituturkan Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin Jilid 4 bab al-Khauf wa al-Raja’, tentang harapan akan ampunan Ilahi bagi seorang Bani Israil yang dimasukkan ke dalam neraka selama 1.000 tahun. Dia terus menjerit memanggil nama Allah.

Lantas Jibril diperintahkan membawanya ke hadapan-Nya. Allah bertanya, “Bagaimana keadaan tempatmu?“

“Jelek sekali, ya Allah,“ jawabnya.

Maka Allah pun menyuruhnya kembali masuk ke neraka. Dia berjalan keluar dan tiba-tiba membalik badannya kembali kepada Tuhan. Lalu ditanya, “Kenapa engkau balik badan?“.

Si pendosa itu menjawab, “Karena aku benar-benar berharap Engkau tak kembalikan aku ke neraka setelah sejenak aku dikeluarkan.“

Tuhan lalu perintahkan para malaikat untuk memasukkannya ke dalam surga. Karena, ternyata dia masih punya harapan akan rahmat dan ampunan Allah. Subhanallah. Saya tidak tahu apakah itu hanya kisah rekaan sang Hujjatul Islam untuk menggambarkan pemikiran dan pandangannya atau memang benar-benar riwayat yang beliau baca untuk ditularkan kepada kita semua.

Namun, yang jelas, Imam al-Ghazali ingin mengajak kita, para pembaca setia pemikirannya, untuk memohon keselamatan lewat ampunan dan kasih sayang Allah. Mereka yang penuh dosa namun masih berharap pada ampunan-Nya akan dipeluk oleh kasih sayang-Nya.

Berbaik sangkalah kepada Allah, maka Allah pun akan memberi kebaikan kepadamu. Yakinlah bahwa Allah itu Maha Pengampun, niscaya Dia pun akan mengampuni dosa hamba-Nya.

Berharaplah kepada Allah untuk meminta apa saja yang engkau butuhkan selama itu masih berupa kebaikan untuk mencari ridha-Nya. Jangan tutup harapan dan kecerahan masa depanmu hanya karena engkau tidak yakin bahwa Allah akan menolong hidupmu.

Dalam keseharian, Rasulullah senantiasa mendidik dan mengarahkan para sahabatnya agar selalu berbaik sangka terhadap Allah. Dari Jabir r.a. dia berkata, aku mendengar Rasulullah tiga hari sebelum wafatnya beliau bersabda,

لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ  ( رواه مسلم، رقم  2877

“Janganlah seseorang di antara kalian meninggal dunia, kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah.” (HR Muslim).

Berbaik sangka kepada Allah adalah kenikmatan yang agung dan menjadi jaminan kebahagiaan hidup seseorang di dunia dan akhirat. Hadits Qudsi lengkap tentang sangkaan kepada Allah dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW.

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً  (رواه البخاري، رقم  7405 ومسلم ، رقم 2675

”Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (HR Bukhari dan Muslim).

Laksana Do’a

Beberapa bentuk husnuzh-zhann kita kepada Allah adalah bahwa doa kita akan diterima oleh Allah. Setidaknya, ada tica cara Allah menerima doa kita, yaitu langsung dinyatakan dalam kehidupan di dunia, dihindarkan dari keburukan hidup dan dibalas di hari akhir nanti. Jika orang sudah tidak yakin, maka ia tidak akan mendapatkan apapun kecuali kehampaan dan keputusasaan.

Adapun bentuk su’uzh-zhann kita kepada-Nya adalah bahwa “Allah itu tidak adil”, “dengan sakit Allah ingin menyiksaku”, “bahwa ujian ini adalah adzab Allah kepadaku”, “hanya aku yang diuji dan disakiti seperti ini” dan sebagainya. Semoga kita selalu berbaik sangka kepada Allah dan dihindarkan dari berburuk sangka kepada Allah. Amin.

*Bahrus Surur-Iyunk adalah guru SMA Muhammadiyah I Sumenep, penulis buku Agar Imanku Semanis Madu (Quanta EMK, 2017), Nikmatnya Bersyukur (Quanta EMK, 2018), Indahnya Bersabar (2019) dan 10 Langkah Menembus Batas Meraih Mimpi (SPK, 2020).

KHAZANAH REPUBLIKA

Berbaik Sangka itu Penting

DI acara pertama malam kemarin saya mendapatkan bukti nyata bahwa dunia ini berputar, tak tetap, bergerak terus.Tentang gerakannya menuju mana adalah tergantung kebersihan hati dalam berbaik sangka.

Tuan rumah pengajian pertama dulunya adalah orang yang derajatnya di bawah standar biasa. Saat ini menjadi orang berstatus luar biasa. Meski demikian, dia tetap tampil biasa-biasa saja. Saya salut atas kesabarannya, tak pernah mengeluh.

Dulu, banyak yang menghina dan merendahkannya. Dia tetap tersenyum dan berkata: “Tak apa, mereka mungkin niatnya motivasi saya dengan cara itu. Mari semakin percaya pada Allah.” Yang menghinanya dulu, kini memujinya setinggi langit. Ternyata, semua hanya soal waktu.

Di acara kedua malam ini saya berhadapan dengan kelompok manusia yang benar-benar berburu masa depan. Beragam latar belakang mereka, namun ada satu kesamaan, yaitu tak memiliki “modal” menata masa depan kecuali percaya bahwa Allah pasti memberikan jalan. Mereka tersenyum dan tak putus asa. Saya sampaikan bahwa “itu adalah modal utama.”

Memiliki Allah adalah modal utama. Memiliki Allah menghilangkan putus asa dan menghalangi diri dati keluhan. Memiliki Allah membebaskan diri dari ketergantungan. Saya sampaikan kepada mereka bahwa bunga yang tumbuh di antara bebatuan cadas selalu tampak lebih indah dan berharga lebih mahal di bandingkan bunga biasa yang tumbuh di tanah kelaziman dengan aliran air yang dibutuhkan. Salam, AIM. [*]

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Tiga Manfaat Berbaik Sangka

MEMBANGUN hubungan baik antara manusia satu dengan manusia lainnya dan lebih khususnya muslim satu dengan muslim lainnya, adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dengan sebaik-baiknya.

Karena di dalam Alquran Allah SWT, telah menggariskan bahwa setiap mukmin itu bersaudara (QS. Al-Hujurat Ayat 10).

Karena itulah, segala sesuatu dalam bentuk sikap dan sifat yang akan memperkuat dan memantapkan persaudaraan harus dijaga dan dipelihara, untuk segala bentuk sikap dan sifat yang dapat merusak ukhuwah harus dihilangkan. Agar hubungan ukhuwah islamiyah itu tetap terjaga dengan baik, salah satu sifat positif yang harus dilakukan adalah husnuzh zhan atau berbaik sangka.

Karena itulah, jika kita mendengar hal-hal yang buruk terhadap saudara sesama muslim sebaiknya kita tabayyun (pengecekan) terlebih dahulu sebelum mempercayai apalagi meresponnya secara negatif. Allah SWT, berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat Ayat 6)

Manfaat Berbaik Sangka

Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh seorang muslim jika ia memiliki sifat husnuzh zhan kepada orang lain. Pertama, hubungan persahabatan dan persaudaraan akan menjadi lebih baik. Hal ini karena berbaik sangka dalam berhubungan antara sesama muslim akan menghindari terjadinya keretakan hubungan. Bahkan keharmonisan hubungan akan semakin terasa karena tidak ada kendala-kendala psikologis yang mengahambat hubungan itu.

Kedua, terhindar dari rasa penyesalan dalam berhubungan dengan sesama. Karena buruk sangka terhadap orang lain akan membuat seseorang menimpakan keburukan kepada orang lain tanpa bukti yang benar, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Q.S Al-Hujurat Ayat 6 di atas.

Ketiga, selalu merasa bahagia atas kemajuan yang dicapai orang lain, walaupun kita sendiri belum bisa mencapainya. Hal ini memiliki arti yang sangat penting, dengan demikian jiwa kita akan menjadi tenang dan terhindar dari iri hati yang bisa berkembang pada dosa-dosa bari sebagai kelanjutannya.

Kerugian Berburuk Sangka

1. Mendapat Nilai Dosa

Berburuk sangka adalah hal yang jelas-jelas dosa, karena di samping kita tanpa dasar yang jelas sudah menganggap orang lain itu tidak baik, berusaha menyelidiki atau mencari-cari kejelekan orang lain. Hal ini membuat kita melakukan dan mengungkapkan segala sesuatu yang buruk tentang orang lain. Alla SWT, berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa.” (QS. Al-Hujurat Ayat 12)

2. Dusta yang Besar

Berburuk sangka akan menjadikan kita menjadi rugi, karena apa yang kita utarakan merupakan suatu dusta yang sebesar-besarnya. Hal ini disabdakan oleh Rasulullah SAW “Jauhilah prasangka itu, sebab prasangka itu pembicaraan yang paling dusta.” (HR. Muttafaqun alaihi)

3. Menimbulkan Sifat Buruk

Berburuk sangka kepada orang lain tidak hanya akan mengakibatkan pada penilaian dosa dan dusta yang besar, namun juga akan berakibat munculnya sifat-sifat buruk lainnya yang sangat berbahaya, baik dalam perkembangan pribadi maupun hubungan kepada orang lain. Sifat-sifat yang akan muncul antara lain yaitu ghibah, kebencian, hasad, menjauhi hubungan dengan orang lain dan lain-lain.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda,”Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga. Selama seseorang benar dan selalu memilih kebenaran, dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seseorang dusta dan selalu memilih dusta, dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari)

Larangan Berburuk Sangka

Berburuk sangka adalah suatu yang sangat tercela dan dapat mengakibatkan kerugian, maka dari itu perbuatan ini sangat dilarang dan di dalam Islam sebagaiman yang sudah disebutkan pada Q.S Al-Hujurat Ayat 12. Untuk menjauhi perasaan berburuk sangka, maka pribadi masing-masing harus bisa menyadari berapa hal ini sangat tidak baik dan tidak benar dalam hubungan persaudaraan, apalagi dengan sesama saudara muslim.

Di samping itu, jika ada benih-benih perasaan berburuk sangka di dalam hati, maka hal itu harus segera diberantas dan dijauhi karena hal itu berasal dari godaan setan yang bermaksud buruk kepada kita. Yang paling utama dan penting , harus terus memperkuat jalinan persaudaraan antarsesamaMuslim agar yang selalu kita kembangkan adalah berbaik sangka, bukan malah berburuk sangka.

Pesan Khalifah Umar bin Khattab r.a “Janganlah kamu menyangka dengan satu kata pun yang keluar dari seorang saudaramu yang mukmin kecuali dengan kebaikan yang engkau dapatkan bahwa kata-kata itu mengandung kebaikan.”

 

 

MOZAIK

Berbaik Sangka kepada Allah

Al-Harits Al-Muhasibi berkata, “Wahai diri, berdoalah, dan merasa malu kepada-Nya, karena engkau terlalu lama tidak memiliki rasa malu kepada-Nya.”

Wahai Tuhanku, siapa lagi yang mendengarkan betapa besar kelemahanku, dan siapa lagi yang telah melihat begitu buruknya derajatku. Maka, hanya kepadaMu-lah aku mengadu, dan hanya kepadaMu aku meminta pertolongan, meski yakin bahwa aku tak pantas untuk Engkau beri pertolongan dan Engkau lepaskan dari kepedihanku. Akan tetapi, Engkaulah yang patut memberikan kelapangan kepadaku, dan mengasihi kelemahanku (maskanati), karena pengetahuanku bahwa tidak ada yang memiliki hak memberikan pertolongan kepadaku selain Engkau, yang amat mendorong keputusasaanku untuk mendapatkan jalan keluar, kecuali dari sisiMu.

Harapanku kepadaMu, agar Engkau mengabulkan doaku dan mengentaskanku dari keterpurukanku. Sehingga, harapanku tidak sia-sia… Dan segerakanlah mewujudkan harapanku, karena keberanianku untuk mengajukan permintaan, tidak lain (karena) apa yang telah Engkau karuniakan kepadaku dengan marifat tentang keberadaanMu yang Agung, rahmatMu yang luas dan rasa ibaMu terhadap orang-orang yang lemah sebelum aku; juga pengetahuan akan orang-orang yang telah Engkau ubah derajatnya, dari beban berat dosa, banyaknya kesalahan-kesalahan, dan perbuatan-perbuatannya yang buruk.

Selamatkanlah aku, wahai Yang Maha menyelamatkan, dan kasihilah aku, wahai Yang Maha Pengasih. Karena aku, pada hari ini, berada dalam kemakmuran pada kehidupan duniaku ini, bersaman dengan buruknya kelakuanku pada segi keagamaanku.

Padahal telah dekat kepadaku sirnanya kehidupan; keterpurukanku dalam kepedihan yang susul menyusul, bencana yang bertubi-tubi dan kesedihan-kesedihan yang berlipat-lipat, berupa tibanya sang maut dan kesusahannya, dengan kecemasan yang genting (khathr) apakah yang kelak menimpa padaku adalah maaf dan pengampunan dosa (ghufran) dariMu, atau justru kemurkaan (sukhth) atas perbuatan-perbuatan maksiat (ishyan) yang telah kulakukan.

Kemudian persinggahan dalam kubur, dengan himpitan tanah, pertanyaan dari dua malaikat dan masa tinggal yang cukup lama di alam Barzakh. Kemudian dikumpulkan, dan semuanya disingkap.

Jika aku menjumpai-Mu, sementara keadaanku masih tetap seperti ini, maka betapa panjang kesedihanku di dalam kubur, dan betapa mengerikannya hari kebangkitan yang akan kujalani. Kemudian, perasaan yang selalu mencemaskan kalbuku ialah tatkala Engkau tidak segera menyelamatkanku di dunia. Sehingga menggantikan apa saja yang membuatMu marah dengan apa saja yang membuatMu ridha kepadaku.

Jika penyelamatan dari sisi-Mu atas kecemasan itu tidak aku dapatkan, kebinasaan demi Allah pasti tidak akan pernah putus sampai waktu perjumpaan denganMu, serta kehinaan di Hari Kebangkitan (an-Nasyr).

Betapa terasingnya diriku pada Hari Kiamat, betapa panjang penyesalan dan keputusasaanku, betapa lamanya tangisanku di Hari Kiamat, dan di dalam neraka ditawan terhalang dari indahnya berada di sisiMu dan penglihatan (an-nazhr) akan kemuliaan-Mu.

Aku begitu berharap meskipun Engkau menangguhkan pertolonganMu kepadaku agar Engkau tidak meninggalkanku karena buruknya kondisi spiritual (hal)-ku, hingga Engkau berbelas menyegerakan jalan keluar dan perubahan kondisiku. Maka, aku memohon kepadaMu, demi WajahMu yang Maha Mulia, KeperkasaanMu atas segala sesuatu, demi IradahMu yang mesti terlaksana dalam semua Yang Engkau kehendaki, demi sifatMu Yang Awwal yang tidak bermula, dan sifat baqa-Mu yang tak pernah berakhir, agar Engkau membuka tirai yang menyelimutiku dan tidak menyiksaku betapapun besar dosaku, betapapun banyak maksiat yang kulakukan, dan sedikitnya rasa malu yang ada padaku. [ ]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2280835/berbaik-sangka-kepada-allah#sthash.vKf0HBFQ.dpuf