Birrul walidain merupakan ketaatan terhadap perintah Allah SWT, bukan sekadar memenuhi norma kehidupan secara umum.
Katakanlah: “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apapun, berbuat baiklah kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin.” (QS al-An’am [6]: 151).
“Dan Tuhan-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapak .” (QS al-Isra’ (17) : 23).
Dua ayat di atas menempatkan perintah berbakti kepada orang tua (birrul walidain) setelah larangan untuk mempersekutukan Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua termasuk amal utama dan harus mendapat perhatian dengan baik. Berbakti kepada orang tua merupakan ketaatan terhadap perintah Allah SWT dan bukan sekadar memenuhi norma kehidupan secara umum.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada ibu bapak, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan…” (QS al-Ahqaf [46]: 15).
Di samping perintah-Nya untuk berbuat baik kepada orang tua, yang diterangkan pada ayat di atas, Allah juga mengingatkan kita terhadap jasa dan pengorbanan orang tua, terutama ibu. Hal yang sama juga diterangkan pada ayat lain dengan tambahan untuk bersyukur kepada Allah dan kepada orang tua, serta tidak mengikuti mereka, jika mereka memaksa untuk mempersekutukan Allah dengan sesuatu. (QS Luqman [31]: 14-15).
Sikap dan perbuatan yang menunjukkan bakti kepada orang tua adalah bersikap merendah dengan penuh sayang kepada orang tua dan selalu mendoakan mereka, tidak berkata ‘ah’ yaitu ucapan pendek yang menunjukkan kejengkelan, dan tidak membentak mereka. (QS al-Isra’ (17): 23 – 24).
Ada orang yang mendatangi Rasulullah SAW dan meminta izin untuk berjihad, kemudian beliau bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Orang itu menjawab, “Ya, masih hidup.” Rasulullah SAW berkata, “Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya”. (HR Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda, “Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (HR Bukhari).
Pada intinya, birrul walidain meliputi beberapa sikap dan perbuatan kepada orang tua. Pertama, berbuat baik kepada mereka. Kedua, memenuhi hak-hak mereka. Ketiga, taat kepada mereka. Keempat, melakukan perbuatan yang diridhai mereka dan tidak melakukan perbutan yang menyakiti mereka.
Jika orang tua telah tiada, kewajiban anak untuk berbakti kepada orang tua harus terus dilakukan. Selalu mendoakan mereka dan menjaga silturahim dengan para kerabat maupun teman mereka. (HR Ibnu Majah, Abu Daud dan Ibnu Hibban).
Ketika ibunya wafat, Sa’ad bin Ubadah mendatangi Rasulullah SAW untuk bertanya. “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah wafat, apakah jika aku bersedekah untuknya bermanfaat baginya?”
Rasul menjawab: “Ya.” Sa’ad berkata: “Saksikanlah bahwa kebunku yang banyak buahnya aku sedekahkan untuknya.” (HR Muslim).
Kisah pada hadis ini menerangkan bahwa anak bisa bersedekah untuk orang tua tua yang telah tiada, sehingga orang tua mendapat pahala dari amal tersebut.
Wallahu a’lam.
OLEH SIGIT INDRIJONO