Bukan Bertanya: Apa Dalil Maulid, Tapi Mana Dalilmu Menyalahkan Maulid Nabi?

Bukan Bertanya: Apa Dalil Maulid, Tapi Mana Dalilmu Menyalahkan Maulid Nabi?

Hari kelahiran Rasulullah atau biasa disebut Maulid Nabi adalah sebuah tradisi untuk merayakan hari kelahiran Baginda Nabi. Mayoritas ahli sejarah Islam menyepakati hari kelahiran beliau tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal penanggalan hijriah. Berdasarkan hal itu, umat Islam merayakan hari kelahiran beliau di tanggal tersebut, bahkan sepanjang bulan Rabiul Awal perayaan Maulid Nabi berlangsung.

Tak terkecuali umat Islam di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam memperingati Maulid Nabi. Tradisi ini berlangsung dari dulu, sejak era awal masuknya Islam masa Wali Songo. Perayaan Maulid Nabi merupakan apresiasi dan ekspresi kecintaan umat Islam terhadap Rasulullah sebagai suri tauladan agung.

Bagaimana cara mengekspresikan cinta kepada Rasulullah? Pertama, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah dan rasul-Nya. Kedua, mengimplementasikan akhlak beliau dalam kehidupan nyata, seperti lemah lembut, kasih sayang, toleran, mudah memaafkan, selalu berdzikir, dan seterusnya. Ketiga, banyak menyebut nama beliau dengan bershalawat. Sebab siapa yang cinta pada sesuatu ia pasti banyak menyebutnya. Keempat menempatkan sosok Rasulullah dalam lubuk sanubari sehingga pancaran akhlak terpuji beliau selalu diingat dan amalkan.

Dengan demikian, membaca shalawat kepada Rasulullah merupakan ekspresi kecintaan dan sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam, justru sangat dianjurkan sebagaimana firman Allah dalam al Qur’an.

“Sungguh, Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian untuk Nabi. Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al Azhab: 56)

Di antara keutamaan membaca shalawat kepada Nabi sebagimana disabdakan sendiri oleh beliau:

“Siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali saja, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali”. (HR. Muslim).

Tidak diragukan lagi bahwa bershalawat merupakan anjuran kepada umat Islam. Bagaimana caranya? Membaca shalawat merupakan ibadah yang tidak terikat oleh tempat dan waktu, sebagaimana banyak dijelaskan dalam hadits Nabi dan perkataan para ulama. Shalawat boleh dibaca di mana saja yang penting bukan di tempat yang kotor seperti di WC dan tempat kotor yang lain.

Di antara tempat yang disunnahkan untuk membaca shalawat adalah disaat berkumpul di suatu majelis. Sebagimana diriwayatkan oleh Ibnu Umar: “Hiasilah majelis-majelis kalian dengan bershalawat kepadaku. Karena shalawat kalian kepadaku adalah cahaya bagi kalian di hari kiamat”.

Lalu, bagaimana dengan Maulid Nabi? Adakah dalilnya?

Allah berfirman: “Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmat-Nya (Nabi Muhammad) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira”. (QS. Yunus: 58).

Ada ragam penafsiran tentang anugerah dan rahmat Allah pada di atas. Sebagian ulama menafsiri, dua kata tersebut bermakna al Qur’an. Ambil Fadhol Syihabuddin al Alusi dalam Ruhul Ma’ani (11/86), menjelaskan bahwa keutamaan bermakna ilmu sedangkan rahmat adalah Nabi Muhammad. Sebab ayat di atas berkolerasi dengan firman Allah tentang terputusnya Nabi sebagai rahmatan lil ‘alamin.

“Kami tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi semesta”. (QS. Al Anbiya: 107).

Dalam Ikhraj wa Ta’liq fi Mukhtasar Shirah an Nabawiyah, Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki, menjelaskan bahwa bergembira dengan adanya Nabi Muhammad adalah dianjurkan.

Memperingati kelahiran beliau adalah termasuk salah satu cara mengekspresikan kegembiraan terhadap adanya beliau. Sedangkan pembacaan shalawat dalam tradisi perayaan Maulid Nabi tentu tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sebab membaca shalawat juga dianjurkan serta tidak terikat dengan waktu dan tempat kecuali di tempat yang kotor.

Sedangkan suguhan makanan di acara peringatan Maulid juga tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sebab diperuntukkan sebagai sedekah terhadap sesama. Ada sisi berbagai dan nilai sosial yang sangat dianjurkan dalam agama Islam.

Karenanya, tidak layak bertanya tentang dalil Maulid Nabi karena memang ada dalilnya. Bahkan, yang perlu dipertanyakan adalah: apa dalilnya mengatakan tradisi Maulid Nabi bertentangan dengan syariat Islam?

ISLAMKAFFAH