Syaban sebagai bulan pemantapan iman, persiapan mental-spiritual sebelum Ramadhan.
Bulan Syaban bisa menjadi ajang warming up atau pemanasan menyambut bulan suci Ramadhan. Sebab, Syaban menjadi bulan yang dianjurkan agar memperbanyak puasa sunnah.
“Dia jadi warming up untuk masuk Ramadhan. Makanya nabi menganjurkan memperbanyak puasa di bulan Syaban,” kata Pemimpin Umum Wahdan Islamiyah Ustaz Zaitun Rasmin kepada Republika.co.id, Selasa (9/4).
Dalam sejumlah dalil, dia menuturkan Rasulullah SAW paling banyak manjalankan ibadah puasa sunnah saat bulan Syaban. Dia mengatakan, tidak ada amalan khusus yang harus dilakukan saat bulan Syaban selain berpuasa, sesuai anjuran Rasulullah SAW.
“Tak ada contoh khusus, selain puasa sunnah itu, ditingkatkan kualitasnya jelang Ramadhan,” ujar Ustaz Zaitun.
Dosen pascasarjana FITK UIN Syarif Hidayatullah, Muhbib Abdul Wahab pernah menuliskan Allah SWT ‘memonitor’ semua makhluknya pada malam pertenganan (nishfu) Syaban untuk mengampuni hambanya yang beristigfar, kecuali orang musyrik dan orang saling bermusuhan. Sebagai persiapan memasuki bulan Ramadhan, umat Islam bisa bermuhasabah dengan qiyamulail, bertobat, beristigfar, bermunajad saat bulan Syaban.
Sejarah mencatat, Allah menetapkan perubahan arah kiblat umat Islam dari Masjidil Aqsa di Baitul Maqdis, Palestina ke Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah, Saudi. Perubahan arah kiblat tersebut membawa hikmah besar bagi Rasulullah SAW maupun umat Islam, yakni peneguhan akidah taujid dan signifikasi persatuan umat.
Karena itu, pemaknaan Syaban sebagai bulan pemantapan iman, persiapan mental-spiritual sebelum Ramadhan, dan persatuan umat Islam menjadi revelan dengan arti dan konteks historis bulan tersebut. Nama Syaban karena saat itu orang Arab banyak berpencar mencari mata air, sehingga tercerai berai. Mencari air di tengah padang pasir mengandung makna berjuang mati-matian mempertahankan hidup dan meraih masa depan yang lebih baik.
Manurut dia, bulan Syaban harus diisi dengan memperbanyak amalan sunnah yang dapat menyegarkan spiritualitas dan moralitas. Dengan demikian, umat Islam benar-benar siap berpuasa lahir batin saat Ramadhan.