Antara yang Syar’i, Haram, dan Mubah

Cinta: Antara yang Syar’i, Haram, dan Mubah (Bag. 3)

Bismillah wal-hamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala rasulillah. Amma ba’du,

Dalil-dalil tentang cinta

Dalil pertama: Apakah patokan syirik besar dalam cinta?

Allah Ta’ala  berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman itu lebih besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Dalam surah Al-Baqarah ayat 165 ini terdapat patokan syirik besar dalam cinta, yaitu mencintai selain Allah sebagaimana mencintai Allah. Yang dimaksud adalah cinta yang mengandung puncak cinta dan puncak perendahan diri. Inilah cinta ibadah. Ini berarti mencintai selain Allah dengan jenis cinta ibadah.

Dalil kedua: Apakah patokan cinta yang haram?

Allah Ta’ala  berfirman,

قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ِۨاقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ

“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perdagangan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, lebih kalian cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. At-Taubah: 24)

Surah At-Taubah ayat 24 ini menunjukkan wajibnya mendahulukan kecintaan kepada Allah dan kepada segala yang dicintai oleh Allah di atas kecintaan kepada selain itu semua. Patokan cinta yang haram adalah mencintai selain Allah yang berakibat meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman. Cinta yang diperbolehkan ditujukan kepada makhluk (yaitu cinta tabiat/ naluri, cinta karena kasih sayang atau yang didasari rasa hormat, dan cinta kepada hobi/ kegemaran/ kesukaan yang halal) ini berubah menjadi haram jika mengakibatkan meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman.

Dalil ketiga: Siapakah makhluk yang tertuntut untuk paling dicintai?

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim rahimahumallah berikut ini menunjukkan bahwa yang wajib dicintai tertinggi di antara seluruh makhluk adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحبَّ إليه من ولده ووالده والناس أجمعين

“Tidak sempurna keimanan wajib salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintai daripada anaknya, orangtunya, dan manusia seluruhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang melebihi seluruh makhluk lainnya adalah bagian dari kesempurnaan keimanan yang wajib. Konsekuensinya adalah jika seseorang mencintai diri sendiri/ anak/ orang tua melebihi kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia berdosa, namun tidak sampai kafir. Adapun jika tidak mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sama sekali, maka ini kekafiran karena tidak ada dasar keimanan pada pelakunya.

Dalil keempat: Buah cinta kepada Allah yang benar adalah lezatnya iman dan ibadah

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد إذ أنقذه الله منه كما يكره أن يقذف في النار

“Ada tiga perkara yang barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara tersebut, maka ia pasti mendapatkan manisnya iman, yaitu: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya, (2) mencintai seseorang hanya karena Allah, dan (3) benci kembali kepada kekafiran setelah Allah selamatkan ia darinya, sebagaimana ia benci dicampakkan ke dalam Neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim rahimahumallah ini menunjukkan bahwa barangsiapa terpenuhi tiga perkara yang disebutkan dalam hadis tersebut, maka akan merasakan lezatnya iman dan ibadah ketaatan kepada Allah sehingga tegar dalam menghadapi kesulitan dan musibah dalam ketaatan kepada Allah.

Tiga perkara itu adalah:

Pertama: Mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi selain keduanya.

Kedua: Mencintai manusia hanya karena Allah.

Ketiga: Benci terjatuh ke dalam kedalam kekafiran.

Dalil kelima: Kecintaan bukan karena Allah (karena kemaksiatan) akan terputus di akhirat

Allah Ta’ala  berfirman,

اِذْ تَبَرَّاَ الَّذِيْنَ اتُّبِعُوْا مِنَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا وَرَاَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْاَسْبَابُ

“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus.” (QS. Al-Baqarah: 166)

Surah Al-Baqarah ayat 166 menunjukkan kecintaan bukan karena Allah (karena kemaksiatan) akan terputus di akhirat. Sebaliknya, kecintaan karena Allah akan langgeng dari dunia sampai akhirat. Dalilnya adalah surah Az-Zukhruf ayat 67.

Allah Ta’ala  berfirman,

اَلْاَخِلَّاۤءُ يَوْمَىِٕذٍۢ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ

“Teman-teman yang sangat dicintai pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf : 67)

Wallahu a’lam.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

[Selesai]

***

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/77113-cinta-antara-yang-syari-haram-dan-mubah-bag-3.html