Perjalanan menuju hidayah kemudian dimulai. Don menjalin kerja sama bisnis dengan orang-orang Mesir. Ia pun kemudian segera pindah ke Kairo. Don menginjak pertama kali Negeri Kinanah bertepatan saat Muslimin menjalankan puasa Ramadhan. Ia pun begitu tertarik dengan ritual ibadah Ramadhan Muslimin.
Don bahkan sempat ikut menahan lapar dan haus pada siang hari dalam rangka menghormati. Namun, saat Ramadhan usai, Don mencari informasi mengenai ibadah puasa. Sebetulnya, ia sangat tertarik dan antusias pada ibadah puasa Muslimin.
Tak hanya ibadah puasa, Don juga terpesona dengan shalat. Ia kagum dengan Muslimin yang meluangkan waktunya untuk ibadah lima kali sehari. Awalnya, saat rekan kerjanya selalu izin shalat, ia merasa jengkel. Namun, ketika mengetahui tentang ibadah itu, Don justru merasa kagum dan sangat menghormati.
“Aku kagum dan hormat pada mereka. Aku pun iri melihatnya dan ingin memiliki perasaan betapa pentingnya Tuhan dalam hidup. Perlahan-lahan, aku pun bertanya tentang Islam dan bagaimana rasanya menjadi seorang Muslim,” kata Don.
Selama bekerja di Kairo, Don pun sembari mencari tahu mengenai Islam. Kepada rekan-rekan Muslimin, Don pun tak malu-malu bertanya. Ia pun mendapat banyak penjelasan mengenai Islam dari mereka. Salah seorang rekan kerjanya yang banyak membantunya, yakni Noah. Don bahkan dibekali olehnya sekoper buku-buku Islam saat akan meninggalkan Kairo.
Don meninggalkan Kairo, namun keingintahuannya pada Islam belum penuh terjawab. Pada 2001, ia kembali ke Kairo. Namun, perjalanannya ke Kairo kali ini hanya beberapa hari. Ia pun tak cukup banyak waktu untuk menghilangkan dahaganya mengenai Islam. Saat itu, ia telah merasa jatuh hati pada Islam.
“Satu hal penting yang aku sadari, yakni aku telah jatuh cinta. Aku merasa bahwa hatiku telah menemukan sebuah rumah,” ujar Don tersedu.
Setelah enam bulan terakhir dari Mesir, ia pun kembali lagi ke sana. Namun, saat itu ia bukan untuk bekerja. Pasalnya, perusahaan tempatnya bekerja telah gulung tikar. Pada malam musim panas, perasaan Don meluap-luap. Ia merasa hatinya begitu terbuka. Ia pun menghubungi Noah hingga kemudian bertolak ke Mesir untuk menenangkan diri.
Don kemudian mendapat pekerjaan kembali di perusahaan telekomunikasi. Ia menjadi konsultan untuk perusahaan Mesir. Ia pun dapat berlama-lama lagi tinggal di Mesir. Kali ini, Don benar-benar berharap dapat menemukan segala keingintahuannya tentang Islam.
Ia berharap perjalanan ke Mesir kali ini menjadi perjalanan terakhirnya menuju hidayah. Di Mesir, ia pun makin serius mempelajari Islam. Ia mempelajari Alquran dan mengenal siapa Nabi Muhammad. Don bahkan pernah ikut shalat jamaah dan merasakan ketenangan yang sangat.
Belum usai perjalanan Don menemukan hidayah, insiden bom 9/11 terjadi. Don bahkan belum sempat bersyahadat. Isu Islam sebagai agama terorisme telah mencuat begitu hebat akibat insiden tersebut. Namun, Don telah jatuh hati pada Islam, ia pun mencari penjelasan yang benar mengenai isu tersebut.
Hanya, isu itu secara tak langsung menghambatnya menjadi seorang Muslim. Pasalnya, keluarganya menentang keras keinginan Don karena lebih percaya isu terorisme yang mendunia. Namun, Don tak pantang arang. Tekadnya telah bulat. Tak lama, ia pun memutuskan untuk berislam.
“Pada 2 Oktober 2001, seorang teman menjemputku untuk pergi ke Al-Azhar yang terkenal. Di sana, aku menyatakan tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Air mataku tertumpah. Wallahu akbar,” pungkas Don.