Edisi Panik: Mencari Pengganti Masker

BETAPA panik orang-orang mendengar berita bahwa virus Corona sudah masuk ke negeri tercinta kita. Masker di berbagai tempat sold out alias laku keras. Harganya pun melonjak tajam. Pedagang masker berkata: “Inilah hukum perputaran dunia. Allah memiliki 1001 cara untuk membuat laku sesuatu yang jarang dibeli kecuali oleh orang sakit atau berkebutuhan khusus.

Semalam saya menyampaikan pengajian di lapangan TNI Kabupaten Gianyar Bali. Ada sekitar 4000 lebih jamaah menghadiri acara bertajuk Munajat Cinta itu. Tak saya lihat walau seorangpun yang memakai masker. Mungkin itu karena mereka tidak paham risiko Corona, mungkin juga karena sangat yakin pada takdir dan kekuasaan Allah, atau juga mungkin karena dana yang ada sudah dialokasikan ke keperluan lain. Namun saat saya mau membeli masker semalam, ternyata juga sold out. Itu pun juga dengan harga tinggi.

Pagi ini saya di bandara internasional I Gusti Ngurah Rai Denpasar. Begitu kagetnya saya melihat mayoritas orang di bandara itu memakai masker. Laki perempuan, anak-anak dan dewasa, memakai masker. Saya agak malu juga karena saya tidak mengikuti kekompakan orang-orang itu. Saya tidak membawa masker.

Teringatlah saya pada kisah Mat Kelor saat di Singapore minggu kemaren. Saat dirinya tak menemukan toko yang menjual masker, maka Mat Kelor mencari pengganti masker. Dia berpikir keras agar dirinya tak tertular penyakit virus Corona itu. Pilihannya adalah jatuh pada membeli CADAR.

Mat Kelor senang dengan idenya itu. “Aman saya,” katanya. Namun semua orang yang berpapasan dengannya pasti tertawa ngakak. Saya pun menuliskan ini sambil tertawa. Bagaimana dengan Anda? Siapa memulai pagi harinya dengan senyum tawa, ada potensi besar senang senyum tawa sepanjang hari. Salam, AIM. [*]

INILAH MOZAIK