KETIKA kita membuka lembaran surat kabar, tabloid, majalah wanita, atau saluran televisi, pemandangan yang satu ini akan kerap kita temukan. Fenomena wanita dengan pakaian seksi yang membentuk garis tubuh dan menggoda kaun Adam telah menjadi hal yang lazim.
Kini fenomena itu menjadi pemandangan bukan hanya di perkotaan, bahkan saat ini di daerah dan desa-desa terpencil sekalipun budaya membuka aurat telah menjadi pemandangan yang lumrah.
Rasulullah bersabda: “Ada dua macam penduduk neraka yang belum pernah kulihat, orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk mencambuki manusia dan wanita-wanita berpakaian tapi telanjang, yang bergoyang dan membuat orang lain bergoyang, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk surga dan tidak mencium baunya, padahal bau surga itu bisa dicium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” ( HR.Muslim)
Imam An-Nawawi memberikan penjelasan yang beragam tentang makna wanita-wanita berpakaian tapi telanjang, adalah:
Pertama: Mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian (menggunakan) nikmat Allah, namun telanjang (tidak menggunakan) dari berbuat syukur.
Kedua: Mereka adalah wanita yang berpakaian namun tidak berperilaku taat dan tidak memperhatikan urusan akhiratnya.
Ketiga: Mengenakan pakaian tetapi tampak sebagaian anggota badannya untuk menampakkan kecantikannya. Mereka itu berpakaian tetapi telanjang.
Keempat: Mengenakan pakaian tipis yang masih memperlihatkan warna kulitnya dan bentuk tubuhnya. Mereka ini berpakaian tetapi telanjang.
Ketahuilah wanita, tidak ada pakaian yang abadi dalam hidup kita. Semua hanya hiasan diri yang bila kita tidak bijak menggunakannya, pakaian-pakaian itulah yang akan mengantarkan kita ke neraka-Nya kelak. Ketahuilah, kafanlah pakaian terakhir kita, penutup seluruh tubuh kita yang telah membeku. Kita kembali dengan seluruh tubuh tertutup, sungguh tidak adil jika kita membukanya, membiarkan orang-orang lain menikmati tubuh kita. Jagalah sebaik mungkin segala titipan-Nya ini sampai kita kembali pada sang pemilik jiwa.