Tidak ada paksaan dalam beragama. Begitu titah Tuhan dalam surat Al-Baqarah 255. Penegasan ini sangat tegas menggambarkan bagaimana Islam dengan misi dakwahnya tidak pernah sedikitkan mempunyai tendensi untuk memaksa orang lain untuk mengikuti Islam.
Apabila dilihat dari asbabun nuzulnya pun lebih jelas menggambarkan bagaimaan sesungguhnya pilihan keyakinan adalah hak setiap manusia. Orang tidak bisa memaksakan orang lain untuk memeluk apa yang kita peluk. Bahkan orang tua tidak boleh memaksakan keyakinan anaknya ketika sudah memantapkan pada keyakinan tertentu. Itulah, paling tidak salah satu versi sebab turunnya ayat tersebut.
Jadi, Islam menempatkan beragama sebagai hak asasi yang tidak boleh disentuh orang lain melalui pemaksaan apalagi jalur kekerasan. Beragama adalah pilihan seseorang yang tidak boleh dikotori oleh pemaksaan. Begitu indahnya Islam yang sangat maju pada zamannya hingga saat ini.
Lalu, apa pentingnya dakwah jika demikian? Pertama harus dipahami bahwa dakwah adalah esensinya mengajak. Ingat dakwah adalah mengajak, bukan memaksa apalagi menghardik. Mengajak berarti memberikan suatu yang indah tentang Islam, bukan memberikan ketakutan dan kepanikan tentang jati diri Islam.
Jika dakwah tidak membuahkan hasil, apa tidak boleh melakukan pemaksaan? Tuhan menjawab dengan sangat tegas :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
Artinya: Dan jikalau Tuhan menghendak, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS Yunus [10]:99).
Bukan tidak mampu Tuhan menjadikan semuanya beriman kepadaNya. Bukan hal mustahil bagi Sang Pencipta untuk menjadikan satu umay secara seragam. Itulah bagian dari cara Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia yang berakal. Manusia sebagai makhluk sempurna untuk membedakan hak dan batil yang sudah jelas adanya.
Jika demikian, engkau masih mau berlagak ingin mengislamkan semua orang dengan paksaan? Sindiran Tuhan sudah sangat jelas bahwa sekali lagi persoalan keyakinan bukan dengan cara memaksa.
Apakah Allah tidak bisa menyatukan umat menjadi satu warna? Tuhan Maha Kuasa dan Maha Pencitpa, tidak akan sulit bagi-Nya untuk menjadikan umat manusia dalam satu umat. Tetapi Allah mempunyai rencana yang berbeda:
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Artinya : Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (QS: al Maidah [5]: 48).
Bukan Memaksa, Ini Kunci Sukses Berdakwah
Sampai di sini sudah sangat jelas bagaimana Tuhan mengajarkan kepada umat untuk tidak memaksa. Perbedaan adalah keniscayaan. Lalu, Tuhan akhirnya memberikan kunci sukses dalam mengajak orang lain.
Islam telah mengajarkan bagaimana mengajak dan mengingatkan orang yang dalam kategori kita sedang melakukan kesalahan dan kesesatan. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS: al-Nahl [16]125).
Inilah sebenarnya yang dilupakan ketika berdakwah. Prinsip menyeru dalam kebaikan dengan cara yang baik. Mengajak, berjuang, mendidik dan berdakwah di jalan Allah bukan berarti menghalalkan segala cara. Tujuan mulia harus dilakukan dengan cara yang mulia.
Jangan pernah mengotori dakwah yang suci dengan tindakan yang keji. Itulah kesalahan memaknai dakwah, selalu mementingkan tujuan, tetapi melupakan cara untuk meraih tujuan. Tuhan memberikan panduan untuk tidak boleh memaksa apalagi berlagak mengislamkan seluruh manusia.
Tuhan mengajak seluruh umat manusia berlomba-lomba dalam kebaikan dalam perbedaan. Kita tidak boleh merasa angkuh melebihi keangkuhan Tuhan? Hanya Allah yang berhak memberikan hidayah yang menentukan keimanan dan kekafiran? Tugas umat Islam adalah berdakwah dengan baik dengan sikap lembut dan menghargai perbedaan.
Wallahu’alam