TERKADANG kecerdasan dan kejeniusan Iyas ada juga yang bisa mengalahkan dengan argumen yang mematahkannya. Beliau bercerita tentang dirinya: “Aku belum pernah kalah kecuali dengan satu orang. Ketika itu di sidang pengadilan Bashrah seseorang menjadi saksi bahwa kebun anu adalah benar-benar milik si Fulan dan dia menguatkannya kepadaku.”
Aku bertanya untuk menguji kebenaran pengakuannya, “Berapa jumlah pohon di dalamnya?” Orang tersebut menunduk sejenak, lalu balik bertanya, “Berapa lama tuan menjabat qadhi di majelis ini?” Aku menjawab, “Sejak beberapa tahun yang lalu.” Lalu dia bertanya, “Berapa jumlah genting di pengadilan ini?” Aku tak mampu menjawabnya, lalu aku katakan, “Kebenaran ada di pihakmu,” lalu kuterima kesaksiannya itu.
Di saat memasuki usia 76 tahun, Iyas bin Muawiyah bermimpi bertemu ayahnya yang telah wafat. Keduanya berlomba naik kuda, ternyata tak ada yang menang. Ayah Iyas wafat tatkala berusia 76 tahun. Suatu malam Iyas bertanya kepada keluarganya, “Kalian tahu ini malam apa?”
“Tidak”, jawab mereka. Beliau melanjutkan, “Malam ini adalah bertepatan dengan malam kematian ayahku.” Keesokan harinya, didapatkan bahwa Iyas telah wafat. Semoga Allah merahmati Iyas, hakim yang dikenal sangat cerdas dan jenius pada masanya.
[Sumber: Mereka adalah Para Tabiin, Dr. Abdurrahman Raat Basya, At-Tibyan]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2365663/berpulangnya-sang-kadi-cerdas#sthash.KVKOMztb.dpuf