LELAKI ini dikenal sangat fanatis dalam beragama. Sayangnya fanatismenya itu tidak diserati dengan pengetahuan agama yang luas dan sempurna. Sangat biasa bahwa fanatisme tanpa pengetahuan seringkali menghadirkan potret keberagamaan yang emosional minus logika.
Lelaki ini dikaruniai 11 anak perempuan. Tak usah ditanya mengapa kok perempuan semua dan tak usah bertanya bagaimana supaya punya anak laki-laki. Bagi saya, punya anak atau tidak, laki-laki atau perempuan semua atau campuran adalah bukan aib dan kelebihan melainkan takdir yang harus dijalani. Nah, lelaki itu melarang semua puterinya sekolah karena, menurutnya, sekolah terlalu banyak efek negatifnya pada anak perempuan.
Menurutnya, wanita kalau berpengetahuan itu cenderung tidak taat sama suami dan tidak becus mengurus keluarga. Wanita tak hanya perlu tahu memasak, membersihkan rumah dan melahirkan. Suatu hari kesebelas puterinya itu sakit bersama-sama dengan penyakit yang berbeda-beda. Lelaki inipun bingung luar biasa karena kesulitan mencari dokter perempuan.
Kaum perempuan harus dididik dan disekolahkan. Kaum perempuan akan lebih paham tentang perempuan ketimbang pahamnya lelaki. Kaum perempuan lebih mudah sepaham dan sehati dengan sesama perempuan ketika ada masalah yang melibatkan rasa perempuan.
Namun, ini tak bermakna perempuan tak butuh laki-laki dalam memikirkan perempuan. Lelaki dan perempuan harus bersama membangun generasi yang pasti ada yang berjenis kelamin lelaki dan perempuan. Salam, AIM. [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2298933/lelaki-dan-perempuan-harus-bersama-bangun-generasi#sthash.Af9fkw3w.dpuf